Apa alasan lo gak pernah bawa buku?

373 19 4
                                    

"Dio Renandi! Kamu itu ya, kenapa selalu gak bawa buku saat pelajaran saya?" Tanya Pak Dodi yang merupakan guru fisika.

Dio yang dipanggil namanya hanya bisa memandang datar lalu menjawab, "nih ya pak. Saya gak bawa buku bukan cuma pelajaran bapak doang, tapi semua pelajaran. Guru lain biasa aja tuh pas saya gak bawa, kenapa bapak doang yang sewot?" Dengan ekspresi wajah yang terbilang santai, Dio menjawab pertanyaan Pak Dodi.

"Kamu ini ya! Berani ngejawab perkataan saya?"

"Lah saya cuma mengklarifikasi biar gak ada dusta diantara kita." Ucapnya lagi masih dengan nada sesantai mungkin.

Satu kelas yang mendengar penuturan Dio pun mau tak mau menahan tawa sembari merekam bagaimana ekspresi wajah Pak Dodi yang sudah merah padam menahan amarah. Semuanya, kecuali Naura.

Naura merasa Dio itu tidak ada sopam santunnya sama sekali. Masa sih dia gak ada takutnya sama guru? Dasar anak nakal!

"Keluar kamu sekarang dari kelas!" Bentak Pak Dodi.

Senyum terbit diwajah Dio, "dengan senang hati. Assalamu'alaikum." Sambil melambaikan tangan, Dio pun keluar melewati pintu kelas.

Sontak teman-temannya pun menjawab dengan suara yang keras, "Wa'alaikumsalam."

Tidak tahan, Pak Dodi pun menggebrak meja, "diam semua!"

Terdengar bisik-bisik anak kelas yang tidak menyukai cara Pak Dodi seperti itu.

"Lah, orang kita jawab salam doang dia bete. Baperan banget jadi guru." Ucap Melinda, teman sebangku Naura.

"Ya kalian lah yang gak liat kondisi." Ucap Naura pelan takut terdengar Pak Dodi.

"Tapi 'kan jawab salam tuh hukumnya wajib, Ra!"

"Tapi gak harus sekenceng itu juga kali, Mel. Jawabnya ya biasa aja."

Melinda mendecak kesal, "tau deh yang anak kesayangan Pak Dodi mah beda."

"Ih apaan sih?"

Dan mereka pun melanjutkan pelajaran yang sempat tertunda. Hingga jam terakhir pelajaran fisika, pikiran Naura tidak tenang dan selalu mengarah ke Dio.

Punya temen kok nyusahin banget sih?! Batinnya kesal.

^•^•^

"Dio!"

Dio yang sedang menyantap bakwan bersama kedua temannya pun menoleh.

"Ha?"

Tanpa basa-basi Naura langsung menarik tangan Dio dengan kencang dan membawanya ke bawah pohon yang rindang.

"Apaan nih maksudnya narik gini? Udah genit ya Naura sekarang mainnya pegang-pegang tangan." Naura pun langsung melepas genggaman tangannya pada tangan Dio dengan kencang.

"Eh sakit anjrit!"

"Duduk!" Perintah Naura.

Masih dengan gelagat santainya, Dio mengikuti perkataan Naura. Naura pun ikut duduk disamping Dio yang masih menyantap bakwannya.

Tanpa pikir panjang Naura merebut bakwan yang masih tersisa setengah itu dan melemparnya jauh.

Dio terkejut bukan main, pasalnya gigitan terakhir bakwan itu yang paling enak dan itu adalah bakwan terakhirnya.

[SS • 3] - BukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang