18 - Prettier

27.3K 753 10
                                    

---

"Ya ampun! Kita akan memiliki cucu!", ucap Rosanna senang.

"Kalian tidak bercanda kan?", tanya Jasmine semangat. Valencia menggeleng.

Orang tua mereka saling berpelukan melepas kebahagian mereka.

"Kalian tidak marah? Aku hamil diluar nikah.", ucap Valencia bingung.

"Kalian kan nantinya akan menikah. Jadi untuk apa kita marah?", tanya Rosanna tertawa.

"Selamat untuk kalian berdua.", ucap Jeremy memeluk mereka. Begitu juga dengan yang lain.

---

Thomas dan Valencia pun kembali ke rumah.

"Astaga! Aku masih tidak percaya mereka tidak marah denganku!", ucap Valencia semangat.

"Sudah kubilang bukan. Mereka pasti tak masalah.", ucap Thomas tertawa.

Tiba-tiba nama seseorang datang ke otak Valencia. Cecilia.

"Thomas... Cecilia bagaimana?", tanya Valencia.

Thomas terdiam. Ia mengingat ancaman yang diberikan Robert. Namun ia tidak berencana memberitahukannya pada Valencia.

"Sudahlah. Ia pasti sudah menyerah.", ucap Thomas tersenyum.

Sebenarnya Valencia merasa aneh. Sepetinya ada sesuatu yang disembunyikan Thomas. Tapi karena ia sedang berbahagia, ia tidak mau merusaknya.

Tiba-tiba telepon Thomas berbunyi.

"Halo? Siapa ini?", tanya Thomas.

"Hei Thomas. Aku Cecilia.", ucap orang di seberang.

"Apa maumu?", tanya Thomas dingin.

"Aku mau kau menikah denganku. Bersama kita akan kaya Thomas. Turuti saja permintaanku jika kau tak ingin jalang itu dalam bahaya.", ucap Cecilia.

"Terserah kau. Aku tak akan pernah mau menikahi wanita sepertimu.", ucap Thomas memutus sambungan.

"Thomas. Jawab aku. Apa yang terjadi antara kau dan Cecilia?", tanya Valencia.

"Ia memintaku menikahinya dan mengancam akan mencelakaimu jika aku tak mau.", ucap Thomas menghela nafas.

"Lalu... apa pilihanmu?", ucap Valencia.

"Aku tidak akan termakan omongannya. Aku akan selalu menjagamu, orang brengsek seperti itu tidak akan bisa menyakitimu.", ucap Thomas.

Valencia tersenyum.

Mereka pun sampai ke rumah. Mereka memasuki kamar. Thomas membuka baju Valencia hingga perutnya terlihat. Lalu mengelusnya. Ia mencium perutnya pelan.

"Semoga kau selalu sehat. Jangan menyusahkan mamamu oke?", ucap Thomas.

Valencia tersenyum penuh haru. Thomas mencintai bayi di perutnya itu. Thomas mencium lagi perutnya.

"Aduh, sudah Thomas. Geli!", ucap Valencia tertawa.

"Iya iya.", ucap Thomas tertawa lalu menurunkan baju Valencia dan duduk disebelahnya.

***

"Ms. Valencia, bisa kesini sebentar?", tanya seorang pegawai. Di belakangnya terdapat dua lagi pegawai yang menemaninya.

Saat itu Thomas sedang meeting. Valencia ijin untuk tidak ikut dan memilih menunggunya di ruangannya.

"Ada apa?", tanya Valencia keluar ruangan.

"Ikutlah kami sebentar.", ucap pegawai itu. Valencia pun mengikutinya hingga sampai di dekat toilet yang sepi dan jarang dipakai.

"Hm? Untuk apa kesini? Cepat bicara, waktuku tidak banyak.", ucap Valencia serius.

"Bitch! Kenapa kau hamil hah?!", ucap pegawai yang bernama Rina itu mendorong bahu Valencia.

"Apa maksudmu hah?", tanya Valencia geram.

"Gara-gara kau! Ia jadi harus menikahimu nanti kan?!", tanya Rina.

"Kau iri?", tanya Valencia tersenyum licik. Ia sengaja memanas-manasi orang itu karena ia kesal.

"Jalang gila!", ucap Rina mengangkat tangannya namun ditahan Valencia.

"Ingat. Kami saling mencintai dan kami akan menikah atas dasar cinta. Dan kau, pegawai rendahan, aku bisa memecatmu sekarang juga jika aku mau.", ucap  Valencia dingin.

Tepat saat itu juga, Thomas datang. Ia berencana ke toilet karena toilet itu paling dekat dengan ruangan meetingnya.

"Ada apa ini?", tanya Thomas.

"Pak Thomas... Ms. Valencia ingin memyakitiku.", ucap Rina pura-pura dan memelas.

"Kau berpikir aku akan percaya?", tanya Thomas mendekat ke Valencia.

"Ada apa?", tanya Thomas lembut ke Valencia.

"Orang ini memarahiku karena aku hamil, mengira kau harus menikahiku karena kau menghamiliku. Lalu berusaha menamparku.", ucap Valencia dengan nada bosan namun tidak melepaskan tatapan tajammya ke arah Rina.

Wajah Rina berubah pucat dan takut.

"Tidak, sir. Ia bohong!", ucap Rina panik. Kedua temannya telah berlari ketakutan.

"Sudah terlihat dari gerak-gerikmu bahwa kau berbohong.", ucap Thomas. Rina menunduk malu.

"Maaf, sir. Aku memang melakukannya.", ucap Rina.

"Bawa barangmu dan keluar dari sini. Selamanya.", ucap Thomas dingin lalu menggandeng Valencia masuk ruangannya.

Valencia tidak merasa kasihan dengan orang itu. Karena pertama, orang itu bicara yang tidak-tidak tentangnya. Kedua, ia memang jarang merasa kasihan.

Tiba-tiba saat masuk ruangan Thomas Valencia merasa perutnya sakit. Thomas langsung panik.

"Valencia! Kau kenapa?", tanya Thomas.

"Entah. Mungkin gejala kehamilan biasa?", ucap Valencia.

"Baiklah, ayo istirahat dulu.", ucap Thomas. Ia menyelimuti Valencia di sofa. Sementara ia bekerja terlebih dahulu.

"Kau tahu, kau terlihat lebih cantik saat hamil.", ucap Thomas sendiri sambil memperhatikan Valencia yang tertidur.

----------

Maaf ya cuma dikit😅

My SecretaryWhere stories live. Discover now