Arga dan Teman-Temannya

494 51 4
                                    

Aku masih di sini untuk setia.

-Jikustik-

•••

"DOR!"

Sam segera membekap mulut Vino karena suaranya yang kelewat besar. Buktinya, hampir semua orang kini menatapnya aneh. Rufina sendiri tersedak. Air yang masuk ke mulut bukan hanya mengaliri kerongkongan, tetapi ke saluran pernapasannya juga. Rasa perih menjalar dan membuat dirinya terbatuk-batuk.

Arga bergerak cepat mengambil tindakan untuk menepuk-nepuk pelan punggungnya dan satu tangannya lagi menyodorkan tisu terdekat. "Hati-hati dong!" serunya.

Rufina menerima tisu dan segera mengelap air yang keluar dari hidungnya. Vino ikut menarik tisu sehelai demi sehelai dan mengulurkannya pada Rufina. "Maaf ya, Ruf. Duh gue ga tau lo bakal kaget beneran. Gue kira lo udah lihat kita dari jendela tadi," ucapnya dengan rasa bersalah.

Sam menyenggol pelan Vino. "Lo sih kalau bercanda kelewat batas."

Setelah pernapasannya lancar, Rufina mengangguk. "Iya gapapa."

Vino manyun. "Maafin ya, Ruf. Sumpah gue ga tau kalau lo bakal kaget."

Haidar menatapnya datar. Seperti biasa. "Makanya lain kali jangan bercanda sembarangan. Airnya masuk ke saluran epiglotiskan jadinya."

"Ishh mulai deh ini Si Bapa Dosen. Udah ga usah dah jelasin apa tuh glotis-glotis segala," tukas Vino sebal.

Rufina terkekeh. Vino menoleh ke arahnya. "Lo ngapain di sini?"

"Ya makanlah."

Rufina menyipitkan matanya. "Yang ditanyakan gue, bukan lo."

"Perwakilan," jawab Arga enteng.

"Perwakilan apa?"

"Perwakilan lo ngomong. Siapa tahu karena keselek lo jadi ga bisa ngomongkan?"

Karena kursi yang ada di tempat pembelanjaan -seperti sevel- sangat terbatas, jadi Vino dan Arga terpaksa berdiri. "Jadi lo ngapain di sini?"

Rufina lebih dahulu membuka suara sebelum Arga sempat menyela lagi. "Mau makan di sini aja. Udah lama ga ke sini soalnya."

"Rumah lo sekitaran sini juga?" Kini Sam yang buka suara.

"Iya. Ga jauh dari sini kok."

Mereka bertiga menatap Arga serempak. "Oh... jadi lo ngajak kita jalan-jalan sore sekitar sini biar bisa ketemu Rufina?" tanyanya tak lupa dengan seringai manja yang sangat menjijikan.

"Lucu amat sih lo, Ga. Tuh ketemu jugakan ama cewek lo!" seru Sam.

Alih-alih mengelak, Arga justru mengangguk dan berkata, "Emang salah kalau mau ketemuan ama cewek sendiri?" Ia berniat untuk menggoda Rufina. Dan benar saja, ketika ia mengalihkan pandangan, wajah gadis itu sudah tertunduk.

Ia suka melihat Rufina yang salah tingkah. Bukan seperti Rufina yang ia kenal. Entah pergi kemana jiwa beringas gadisnya itu. Vino terperangah. Ia mengulum senyum lebarnya. "Lucu banget sih lo berdua. Ini juga..." Vino menepuk pelan bahu Rufina, "Lo juga pasti malu, ya? Ih jangankan lo, Ruf! Gue yang dengar aja malu!"

RufinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang