Hi-Fi : Berbeda

60.2K 8.8K 270
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Steffi menyelipkan anak rambutnya di telinga. Setelah tiga hari ia absen dan tak masuk sekolah, ada perasaan tersendiri ketika ia masuk ke dalam kelasnya.

Bukan karena ia senang bisa belajar kembali, bukan. Tetapi karena seseorang yang berhasil membuat Steffi tersenyum akhir-akhir ini. Meskipun sempat dibuat menangis sebelumnya.

Steffi duduk di kursinya dan menopang dagu, mengingat kejadian ketika Dona pergi ke toilet di rumahnya dulu dan meninggalkannya dan Dimas berdua di dalam kamar.

Dimas memang menungguinya, tetapi sibuk bermain ponsel. Sedangkan Steffi mati-matian mengontrol detak jantungnya yang gila-gilaan, ia juga berusaha untuk memejamkan mata dan pergi tidur walaupun terasa sulit sekali.

Dan akhirnya ketika Dona datang setelah sekian lama, Dimas mengucapkan satu kalimat lagi, walau dipaksa Dona.

"Semoga cepet sembuh ya Fi."

Steffi jadi tersenyum sendiri ketika mengingat Dimas saat itu tersenyum ke arahnya, senyuman yang sukses membuat hatinya menghangat.

Steffi kemudian menoleh ke arah pintu kelas, ia gelagapan seketika ketika orang yang dipikirkannya masuk dengan tenang ke dalam kelas.

Dan yang membuat Steffi seakan ingin pingsan adalah Dimas tersenyum kepadanya, di mana hal itu merupakan kejadian langka yang sangat ditunggu-tunggunya.

Steffi bersorak dalam hati, hari ini Dimas terasa sangat berbeda dengan Dimas beberapa hari yang lalu. Dimas yang ketus dan cuek menjadi lebih hangat dan ramah.

Apa yang terjadi? Apa Dimas kerasukan penghuni pohon alpukat dekat komplek rumahnya? Sepertinya ada yang tidak beres, sehingga Steffi hendak mencari tahu nanti.

Mencari tahu ya, bukan tempe apalagi perkedel.

Apa Dimas kini sadar untuk tidak terlalu cuek kepada orang lain? Atau justru Dimas sekarang menyukainya?

Steffi tersenyum-senyum tidak jelas, kegeeran sendiri. Lupakan saja kejadian saat ia ditolak dulu, jadikan itu pelajaran untuk menghadapi apa yang nanti terjadi. Begitu pikirnya.

Steffi membulatkan tekad untuk tidak menyerah, dan tetap mempertahankan rasa sukanya terhadap Dimas.

Steffi meyakinkan dirinya kemudian, ia pasti bisa.

***

Hi-Fi (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now