48. Akhir

11.7K 1.8K 309
                                    

Selamat membaca~

Dua hari sebelum Rachel memberikan flashdisk pada Jasmin. Di rumahnya, dengan tergesa-gesq Zura mengemas pakaiannya ke dalam tas ranselnya. Ia sengaja ingin pergi dari kota yang menurutnya cukup menyebalkan dan menyeramkan ini. Ia sudah membeli tiket pesawat untuk pergi dari pulau yang membuatnya cukup menguras mental dan pikirannya.

Zura baru saja mendapatkan uang. Sumbernya adalah seseorang yang ia kenali. Sekarang dengan hati-hati, ia keluar dari rumahnya. Kemudian, mengenakan topinya untuk menuju ke bandara. Ia memilih berjalan sampai pinggir jalan besar untuk naik bus.

Di sebuah gang, tepat di hadapannya. Sebuah mobil berwarna hitam berhenti. Zura terkejut ketika melihat beberapa orang yang mengenakan masker berdiri menghadang jalannya.

Zura berlari sekuat tenaga agar ia dapat bersembunyi. Ia tidak boleh tertangkap oleh anggota dari mantan organisasinya. Sialnya, gang itu sangat sepi. Ia tidak dapat meminta pertolongan pada siapapun.

Namun, sia-sia saja niatnya untuk kabur. Salah satu anggota menyuntikkan obat bius tepat di leher Zura setelah berhasil menangkapnya. Tak lama, setelah ia memberontak keras. Ia pun tak sadarkan diri.

Zura dibawa ke tempat biasa ia berkumpul. Di sana ada Galih, Alex dan Dokter Aksa. Benar, "A" adalah Dokter Aksa. Tak lupa, di leher dokter itu, sosok yang Jasmin lihat menggelantung.

"Jadi, dia mau kabur?" tanya Dokter Aksa.

Alex tidak menggubris, sedangkan Galih menganggukkan kepalanya sembari menatap iba ke arah Zura. Ia sudah memperingati Zura. Namun, ia tidak berhasil membuat Zura menetap. Galih tidak mengharapkan ini, tetapi ia harus melakukannya demi terjaganya rahasia organisasi yang Alesha dan Nyonya Niandri bangun.

Dokter Aksa, selaku pengganti Alesha. Mendekati Zura, lalu mengatakan, "Galih, kamu tau apa yang harus kamu lakuin."

Galih mengangguk. Namun, ia cukup ragu untuk melakukan seperti yang Dokter Aksa perintahkan. Zura dibawa ke sungai tempat Bapak yang mengikuti Jasmin atau body guard Jasmin dibunuh.
Bapak itu dibunuh oleh Galih di tempat yang sekang ia pijaki.

Di sana, Galih menatap lekat Zura yang masih tak sadarkan diri. Kemudian, menusukkan sebilah pisau ke leher Zura. Darah mengalir dari leher Zura, menyiprati sarung tangan Galih ketika Galih mencabutnya.

"Aku udah peringatin kamu, Zura." Galih mengatakan. Galih pun memasukkan Zura ke dalam koper. Kemudian, menaruhnya di sisi sungai.

Di sisi lain, Rachel menyaksikan hal itu. Ia yang meletakkan cctv di sana. Ia tidak bisa melakukan hal itu di tempat persembunyian antek-antek Alesha karena semua orang di organisasi sudah mencurigainya. Namun, ia masih mengetahui letak dan titik yang sering mereka gunakan untuk menutupi kejahatan mereka seperti membuang mayat atau melakukan aksi pembunuhan mereka.

...

"Woy!" pekik Jasmin. Ia menghampiri Rachel dengan ramah, tetapi langkahnya terhenti ketika ia melihat Alvero berjalan ke tempat mereka berada.

"Dokter Alvero?" tanya Jasmin.

Kaisar dengan sigap berlari ke arah Jasmin berada dan menyembunyikan Jasmin dibalik tubuhnya.

"Apa maksud dari semua ini?" Raut wajah Kaisar terlihat mengerikan. Ia tidak pernah mengizinkan Alvero mendekati Jasmin walaupun Jasmin pernah pergi berdua dengan Alvero. Namun, ia masih belum bisa percaya dengan Alvero.

Alvero tersenyum. Ia pun memutar balik badannya. Ia kembali ke sofa tempat ia berbaring.

Kaisar memegang pundak Jasmin. "Kenapa kamu bawa kami ke sini? Di sini bahaya, jelas-jelas kamu curiga dengan Rachel. Sekarang, kenapa kamu percaya gitu aja?"

Jasmin memberikan ponselnya. Ia meminta teman-temannya untuk melihat video yang ia lihat semalam.

Di dalam video itu, terlihat Galih yang menusukkan pisau ke arah leher Zura yang masih tidak sadarkan diri.

Rosa tidak sanggup melihatnya. Ia pun pergi sebelum tontonan itu selesai, sedangkan Wendy terkejut melihat apa yang sedang ia saksikan.

Televisi yang berada di dalam ruangan terdengar sampai dekat pintu. Rachel berjalan menuju ke sumber suara. Di layar itu terdapat Galih yang diborgol tangannya. Polisi sudah membawanya ke kantor polisi.

Jasmin dan Rachel saling tatap. Rachel tersenyum melihat Jasmin, lalu berkata, "Yang hidup harus tetap hidup untuk memperjuangkan kebeneran yang terjadi pada yang sudah mati."

Setelah mendengar perkataan Rachel. Jasmin sadar kalau Rachel yang sudah memberikan video itu ke kantor polisi. Jasmin sadar kalau Rachel bukanlah bagian dari mereka. Begitu pula dengan Alvero yang berada di sana. Semua orang baru mengetahui fakta kalau Galih adalah salah satu dari mereka.

"Seenggaknya, itu cukup biar ngebuat mereka nggak bisa bergerak untuk sementara." Alvero mengatakan masih dengan tubuh yang terbaring.

Rosa menatap punggung Alvero dengan tajam. Begitu pula dengan yang lainnya. Setidaknya, salah satu antek Alesha berakhir di penjara.

Jasmin menatap layar televisi itu kembali. Aku nggak tau ini kabar baik atau buruk. Tapi, aku berharap dengan gini, ada secercah harapan kalau kami bakalan baik-baik aja.

Begitu pula dengan yang lain, mereka memiliki harapan sama dengan yang Jasmin miliki. Rosa yang tidak mengetahui apapun, baru menyadari. Kalau masalah yang dihadapi oleh adiknya sangatlah berat. Ia baru menyadari, alasan Jasmin bersikeras ingin terus berada di sisinya.

Ia pun bertekad, akan menjadi kuat seperti sosok Jasmin.

...

Di sebuah pemakaman. Beberapa murid kelas tiga berada di sana. Begitu pula dengan Wendy. Ia masih menetap di gundukan tanah milik Zura. Ia menatap lekat nama yang terpahat di nisan milik orang yang pernah berperilaku jahat padanya.

Aku tau, kenapa kamu bisa berakhir kayak gini, tapi aku nggak nyangka kamu bisa berpikir untuk ngehentiin tingkah jahat kamu. Zura, kamu udah punya niat baik. Aku juga udah maafin kamu. Jadi, jangan menetap di dunia ini kayak roh-roh yang lain. Kamu harus ke tempat dimana seharusnya kamu berada. Zura, aku bersyukur saat kamu mukulin aku waktu SMP. Itu bener-bener bantu aku ngejauh dari Alex yang ternyata lebih kejam dari kamu. Dulu aku sempet ngebenci kamu, tapi setelah aku pikir-pikir. Seharusnya, aku bersyukur. Yang tenang di sana, terima kasih, Zura. Wendy membatin masih dengan netra yang menatap lekat nama Zura.

Jasmin melihat sosok Zura yang menangis menatap ke arah Wendy. Ia merintih seolah menyesal sudah melakukan hal jahat di dunia.

"Maafin aku, Wendy." Suara Zura terdengar lirih di telinga Sehun dan Jasmin.

Tak lama, tubuh Zura perlahan berubah menjadi kepulan asap. Mata Jasmin dan Zura bertemu. Jasmin tersenyum pada Zura, lalu berkata di dalam hati, Aku belum bisa maafin kamu. Tapi, karena kamu berakhir kayak gini aku cuma mau bilang. Semoga kamu nanggung semua dosa itu di atas sana.

Mereka beranjak dari sana. Di langit kepulan asap milik Zura tertiup angin. Hari itu, langit terlihat lebih cerah dari biasanya.

...

Okay sudah berakhir geng. Gimana? Akhirnya, sudah tamat juga part 2 nya. Untuk part tiganya pada setuju kah? Atau ada yang meminta cerita lain?

✔ INDIGO 2 | Rahasia TerbesarМесто, где живут истории. Откройте их для себя