Satu kata untuknya.
MANUSIA ES BALOK CABUL!!
Ralat! Maksudku adalah satu kalimat, huft.
Sukanya hanya mengatur, menggoda wanita, mesum dan pemaksa!
-Arra
Wanita unik. Dia terlalu Polos untuk seukuran wanita dewasa.
Walaupun pemarah. Tapi aku suka de...
"Nah, nona. Sekarang bagian mana yang harus kugigit duluan?" Izarra merasakan hembusan nafas didaun telinganya. Harum parfum maskulin tercium olehnya.
"Gi-gigit!?" Gila kali ini orang! Ta-tapikan yang mulai duluan aku. Tapi kan itu yang namanya self-defense! Lagian mana tau aku bakal kayak gini akhirnya.
Duh, mati aku!
Auriga menikmati ekspresi wajah Izarra yang menurutnya menarik, berbeda dari setiap wanita yang pernah dimakannya.
Ekspresi wajahnya yang berpikir keras, malu, takut, panik bahkan marah, Ia suka semuanya. Bahkan ia menunggu-nunggu apalagi ekspresi baru yang akan dilihatnya.
Tunggu, ada apa dengannya? Nanti saja akan dia urus setelah ini.
"Yang ini sepertinya memanggil-manggilku. Ini...Terlihat lezat" Izarra yang tidak mengerti apa maksudnya memerhatikan wajah Auriga dihadapannya yang semakin mendekat. Senyum dengan maksud tersirat dan mata pria ini mengarah ke... b-bib-!? Tidak!
Saat nafas mereka sudah menjadi satu, Izarra tahu apa yang akan dilakukan Auriga. Dengan cepat ia menolehkan wajahnya. Ciuman tak berbalas itu mendarat mulus dipipi Izarra.
Hampir saja! Ya Tuhan... Degup jantung Izarra yang tak beraturan terasa sampai telinganya serta nafasnya yang memburu seperti habis lari marathon membuat ia tidak bisa berpikir.
Suara tawa renyah terdengar nyaring ditelinganya. Auriga tidak pernah merasa sekesal ini sebelumnya. Merasa direndahkan terlebih oleh seorang wanita. Dia menolakku!
Sebelah tangan Auriga langsung mencengkram rahang Izarra, menariknya agar kembali melihat kearahnya. Gemeletuk gigi terdengar disamarkan dengan seringaiannya.
"Wah, wah. Berani sekali. Minta dilumat habis rupanya, ya."
"Sakit! Lepas!" Ngilu. Rasa takut yang mulai merambat membuat ia ingin menangis. Tangan yang mungil itu mulai memukul dan mendorong Auriga. Gerakan reflek perlindungan diri untuk berusaha lepas dari rasa sakit.
Usaha yang sia-sia, perbedaan fisik dan kekuatan yang jomplang. Ia tak akan bisa. Tenaganya habis. Pria itu bahkan tak bergerak sedikitpun, sekuat apapun ia mencoba.
Izarra yang mulai terlihat pasrah hanya menutup matanya. Ia tidak ingin melihat sorot mata tajam itu lagi. Izarra berharap Tuhan masih mau melindunginya.
Tidak lagi untuk kali ini! Auriga yang masih kesal dikuasai oleh nalurinya.
Amarahnya surut saat larut menikmati cumbuan sepihak itu. Menjelajahi seluruh ruang yang dibuka paksa olehnya.
Manis ...
"Lep-mmmmpp!" Izarra yang mulai kehabisan nafas mulai memberontak lagi. Memenuhi panggilan paru-parunya. Tindakan yang tak digubris sama sekali oleh Pria arogan yang membungkamnya.
Sesak! Ia tidak bisa bernafas. Kepalanya serasa mau meledak. Dia tidak bisa bergerak sedikitpun.
Auriga yang lupa waktu dan sedikit(banyak) lupa diri mulai sadar wanita dihadapannya tidak bergerak sama sekali, bahkan posisi tangannya sudah berpindah. Ia memeluknya untuk menopang tubuh Izarra.
Saat Auriga menyudahi kegiatannya, tubuh Izarra yang lunglai langsung merosot kebawah. Kenapa aku sampai tidak menyadarinya.
Sial!
Diangkatnya tubuh Izarra dengan mudah, membawanya kesofa disudut ruangan dan membaringkannya.
Auriga hanya mengamati wanita yang tidak sadarkan diri dihadapannya. Ia memijit plipisnya.
Apa aku kelewatan?
-continue-
Bukan kelewatan. Kebablasan gbl*k! *kesel sendiri*
Oh, ya. Baca buku aku juga disebelah yang suka genre werewolf!
(The Scarlet Lips)
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.