Chapter 6

1.3K 265 83
                                    

Waktu adalah sesuatu yang tidak pernah kembali. Terkadang terasa berlari begitu cepat. Terkadang pula terasa merangkak begitu lambat. Cepat dan lambatnya waktu tidak akan bisa dihentikan. Waktu akan terus berjalan tanpa pernah melihat ke belakang.

Seperti keberadaan Wonwoo di rumah itu tidak terasa sudah mencapai satu bulan. Bagi Jisoo, satu bulan terasa begitu singkat. Namun tidak dengan adik-adiknya. Terutama Myungho yang merasa Wonwoo telah tinggal bertahun-tahun bersama mereka. Merenggut sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya.

Semenjak kehadiran Wonwoo, Myungho merasa Jisoo semakin menjauh darinya. Mereka tidak pernah lagi menghabiskan waktu bersama-sama seperti sebelumnya.

Ia pernah sangat merindukan Jisoo yang berubah. Salah satu kakak tertuanya itu menutup diri dari semuanya. Menolak berkomunikasi dengan siapa pun. Hanya mengurung diri dengan tatapan kosongnya.

Dulu Jisoo bagai mayat hidup. Masih bernafas namun raganya seolah kosong. Dan beberapa bulan terakhir Jisoo mengembalikan senyumnya. Kembali bersikap hangat seperti Jisoo yang dulu. Bagi Myungho, tidak ada yang lebih membahagiakan selain kembalinya senyuman Jisoo.

Bagi Myungho, Jisoo adalah kakak terbaik dari semua yang ada. Bahkan jika dibandingkan kakak kandungnya. Ia menyukai semua sikap yang ada pada Jisoo. Karena hanya Jisoo yang seolah mengerti dirinya. Begitu sabar menghadapi semua tingkah kekanakannya.

Tapi Wonwoo telah merenggut semuanya. Senyum Jisoo, kasih sayang Jisoo, dan semua perhatian Jisoo telah teralihkan. Meski Jisoo masih memedulikannya, Myungho tetap tidak rela membaginya dengan orang lain.

"Myungho Hyung!"

Dari ruang tamu, Seungkwan berteriak memanggil namanya. Tapi remaja empat belas tahun itu menulikan pendengarannya. Hanya tertuju pada layar tv meski pikirannya melayang.

"Mingyu hyung datang."

Myungho hanya menoleh sekilas. Tidak memberikan respon apapun. Suasana hatinya sedang tidak baik saat ini. Beberapa saat lalu Jisoo menolak makan bersama. Lebih memilih menemani Wonwoo di halaman belakang.

"Myungho-ya, ayo kita bertanding!" Tiba-tiba saja Mingyu muncul. Duduk di sebelahnya dan meletakkan ransel di lantai.

"Kau tidak bosan kalah dariku?" tanya Myungho tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kau sedang mengatakan tentang dirimu kan?" sindir Mingyu yang tidak ditanggapi. Melihat sikap Myungho tidak seperti biasanya, Mingyu menautkan alisnya.

"Ada yang salah denganmu?"

"Lebih baik kau diam atau pergi ke dapur seperti biasa."

Sadar sahabatnya sedang tidak dalam mood yang baik, Mingyu memilih diam. Meraih ransel dan mengeluarkan psp miliknya.

"Hyung mau ke mana?"

Mingyu menghentikan permainannya. Ikut menatap arah pandang Myungho. Tidak jauh dari mereka, Jisoo sudah berpakaian rapi.

"Hyung ada pekerjaan penting Myungho-ya," ucap Jisoo sembari menepuk kepala Myungho sekilas. Setelahnya berlalu dengan memegang kunci mobil.

Myungho menghela nafas kasar. Kembali memperbaiki duduknya dan mengabaikan kebingungan Mingyu.

"Aku tahu apa yang membuatmu seperti ini. Pasti karena Jisoo hyung." Mingyu bergumam. Namun masih bisa didengar Myungho.

"Hari minggu seperti ini Jisoo hyung masih saja sibuk dengan kegiatannya. Saat di rumah, hyung hanya peduli dengan Wonwoo. Aku benar-benar benci anak itu," geram Myungho. Membuat Mingyu menggelengkan kepalanya.

Light In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang