BAB 7: Satu-persatu

5.8K 577 20
                                    

"NGAKU! Kamu selingkuh dari Zidny, 'kan?!" Ody mengacungkan telunjuknya.

"Apaan, sih, Teh." Ucap Iqbaal sambil menepis telunjuk Ody. "Ya, nggak, lah."

"Kalau cewek itu—(namakamu)," Ody menjeda. "Teteh nggak pa-pa. Teteh suka dia! Tapi Teteh nggak suka sama cara kamu milikin dia, itu menyakiti dua hati wanita sekaligus."

Tatapan Iqbaal berubah kosong. Ia memejamkan matanya. "Ale harus gimana, Teh? Ale cinta sama (namakamu), tapi Ale nggak bisa nyakitin Zidny."

"Kamu harus bilang sama Zidny. Jangan jadi cowok pengecut. Kalau udah berani bertindak, harus berani bertanggung jawab. Itu baru Ale-nya Teh Ody."

"Ketika kamu mencintai dua sosok sekaligus, pilihlah yang kedua; karena jika kamu mencintai yang pertama, hatimu tentu tidak akan mencintai yang kedua." Ody tersenyum. "Gitu sih kata orang-orang."

"Ale nggak mau jadi kayak Ayah, Teh, yang sukanya nyakitin hati Bunda—perempuan yang selalu ada untuk Ayah dari nol. Ale enggak mau jadi cowok yang nggak tahu diri." Jelas Iqbaal.

"Aku mau jenguk Bunda." Iqbaal berdiri dan masuk ke dalam ruang rawat Rike. Meninggalkan Ody yang kini tersenyum lirih, kemudian sedikit demi sedikit air matanya mulai turun membasahi pipi mulusnya, tak lama Ody sudah menangis tersedu-sedu.

Mengeluarkan semua perasaan yang Ia pendam sendiri. Tentang kesendirian, kekhawatiran, rasa menyesal, benci, dendam, marah, sedih, dan lainnya.

Ody hanya bisa menyimpan itu sendiri. Ia tidak ingin membebani pikiran Rike atau Iqbaal. Ia ingin melihat mereka bahagia. Hanya dengan itu, Ody bisa melupakan semua masalahnya.

***

(Namakamu) keluar dari kamarnya ketika mendengar suara kebisingan dari arah ruang tamu. Seperti orang yang saling berteriak.

(Namakamu) menuruni anak tangga dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara. Ia mengintip dari balik dinding, lalu terkejut melihatnya.

"Kasih tahu suami kamu, jangan gatel sama istri saya!"

"Herry, kamu itu salah paham! Kenapa nggak mau dengerin penjelasan aku dulu?!"

Di sana ada Herry yang sedang berdebat dengan Claudia. Claudia yang hampir menangis, dan Herry yang wajahnya memerah padam.

"Saya nggak peduli, jauhi anak kamu dari anak saya." Kata Herry dengan penekanan di setiap kata.

"Herry," Panggil Claudia. "Waktu itu, Rike juga ketemu sama aku. Mungkin kamu aja yang lihat di waktu yang salah. Waktu di jogja, aku ada di dalem mobil karena ngantuk. Makanya Edgar ku tinggal berdua sama Rike."

Herry diam mendengar penjelasan Rike. Claudia melanjutkan.

"Dan waktu di Bali, aku emang nyuruh Edgar beliin aku makanan, dan Rike tahu tempat di mana makanan itu, makanya Edgar pergi berdua bersama Rike, dan aku ada di hotel."

Claudia menghela napas. "Aku bersumpah, Her, suamiku bukan orang yang suka merebut istri orang."

Herry berdecak. "Oke, saya maafkan Edgar. Tapi tentang anak kamu yang dekat dengan anak saya, tetap tidak akan saya perbolehkan."

Airport ✖️ idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang