BAB 8: Festival Kampus

6.4K 595 30
                                    

ESOK harinya, pemakaman Rike sudah selesai dilaksanakan. Semua tamu juga keluarga kini sedang berdoa untuk Almarhumah Rike yang baru saja masuk ke rumah terakhirnya. Selepas itu, satu persatu pergi meninggalkan pemakaman, setelah sebelumnya mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga Iqbaal.

(Namakamu) menatap lirih Iqbaal yang kini menunduk sambil terus menciumi nisan Rike. (Namakamu) berjongkok di sebelah Iqbaal, mengelus bahu kekasihnya itu. Ia tak berkata apapun, tetap membiarkan Iqbaal pada posisinya.

"Iqbaal?"

(Namakamu) menoleh, lantas langsung berdiri saat melihat Zidny dengan pakaian hitam. "Zid."

Zidny tidak tersenyum ke arah (namakamu), entah apa alasannya. Zidny justru langsung berjongkok di samping Iqbaal dan berucap, "Iqbaal yang Zee kenal itu kuat. Jangan nangis lagi, ya. Nanti mukanya jadi jelek."

Iqbaal menoleh ke arah Zidny, memandangnya sekilas lalu kembali menatap makam Rike. "Iya."

Herry melangkah mendekati (namakamu). "Bisa kita bicara sebentar?"

(Namakamu) mengangguk dengan ragu, keduanya melangkah sedikit menjauh untuk mendapatkan tempat yang lebih sunyi dan tidak mudah terdengar.

"Saya minta maaf atas sikap saya beberapa waktu yang lalu," Herry tersenyum formal. "Sekarang Oom nggak akan ngelarang kamu deket sama Iqbaal, Oom sadar, Iqbaal butuh kamu. Dia butuh sosok perempuan yang bisa menggantikan sosok Rike meski nggak sepenuhnya."

(Namakamu) tersenyum. "Makasih, Oom."

"Mulai sekarang panggil saya Ayah," Herry tersenyum geli. "Saya berdoa semoga kalian berjodoh sampai pelaminan. Lulus mau langsung nikah?"

Pipi (namakamu) bersemu merah. "Ah, nggak, Yah. (Namakamu) masih mau kerja. Ada kemungkinan mau ambil S2 di luar negeri."

"Oh ya?" Herry mengangguk-angguk. "Mungkin Iqbaal harus berusaha keras untuk dapet beasiswa S2 di luar negeri. Ah, dia pasti ngelakuin apapun biar bisa deket terus sama kamu."

(Namakamu) hanya tertawa mendengar itu.

"Kalian ngapain?" Iqbaal muncul di antara mereka. Zidny terlihat menunggu dengan jarak yang sedikit jauh di belakangnya.

"Ngomongin (namakamu) yang katanya mau kerja di kantor Ayah." Herry tersenyum.

"Apa?" Iqbaal melotot. Ganti menatap (namakamu). "Sejak kapan kamu tertarik jadi EO?"

"Kamu kepo banget." Herry menepuk puncak kepala Iqbaal. "Ayah mau pulang duluan, ya, Teteh kamu pasti nunggu."

Iqbaal mengangguk lalu berbalik menatap Zidny. "Zid, sori, lo nggak bisa bareng gue. (Namakamu) tadi ke sininya sama gue soalnya."

"Emang mobil kamu nggak muat tiga orang?" Zidny mengerutkan keningnya. Oh lihat, Zidny masih memakai aku-kamu.

"Aku pulang naik angkutan umum atau ojek nggak pa-pa kok." Sahut (namakamu), kemudian melangkah pergi dari sana.

"Bareng gue." Iqbaal menarik lengan (namakamu). "Yaudah, ayo, Zid."

Iqbaal, (namakamu), dan Zidny akhirnya melangkah bersama menuju mobil Iqbaal. (Namakamu) baru akan menghampiri pintu depan saat Zidny sudah mendahuluinya.

Airport ✖️ idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang