enambelas

395 57 0
                                    

Malam ini Yoongi belum bisa tidur, ini adalah rekor pertamanya sejak beberapa tahun terakhir dimana ia masih terjaga ketika jarum sudah menunjukkan pukul 1 malam.

Terkutuklah segala hal yang berlalu lintas di mimpinya tadi siang. Ingatannya dimusim dingin dengan suasana ramai adalah hal yang paling ia hindari. Semua hal yang paling Yoongi benci bercampur aduk menjadi satu kesatuan, mimpi buruk yang ia kubur dalam - dalam.

Yoongi memutuskan beranjak dari tempat tidur dan segera mengambil jaket yang tersampir di sofa. Yoongi butuh udara segar, persetan dengan udara dingin diluar sana. Baginya hal itu lebih baik daripada membuang tenaganya hanya untuk membangunkan adiknya dan mencurahkan keluh kesahnya.

Yoongi mengeratkan jaketnya, kakinya melangkah ke supermarket dan membeli sebuah kopi. Yang ia butuhkan hanya ketenangan. Kakinya kembali melangkah ke taman di seberang jalan, menyusuri tepian sungai yang terbentuk di ujung taman tersebut.

Sepi. Itulah yang yoongi tangkap oleh indranya. Beberapa orang yang berlalu lalang di jam seperti ini mungkin saja pemabuk yang berusaha mengingat jalan pulang, rumah.

Seperti dirinya.

Malam yang menenangkan mungkin tidak Yoongi dapatkan malam ini.

"Hei pemuda" di belakangnya ada seorang pria yang memanggil dia-atau orang lain. Yoongi berhenti sejenak dan berpikir apakah dia harus berbalik atau menghiraukannya. Yoongi merasa familiar dengan suara pria itu.

"Anda memanggilku?" tanya yoongi setelah berbalik dan menunjuk dirinya sendiri.

"Hanya ada kau dan aku disini. Sepertinya kau lebih cepat melupakanku ya" kekehan pria setengah abad itu memenuhi atmosfir saat ini.

Alis Yoongi menukik tajam mencoba mengingat pria di depannya ini. Dengan postur tubuh yang tegas dan berwibawa, caranya berbicara dan kekehannya. Yoongi seperti tersedot kembali ke ingatannya beberapa tahun lalu dan itu dia!

"Aku hampir saja melupakanmu pembunuh"

Pria itu mendekat dan menatap lembut Yoongi. "Apa yang kau lakukan di larut malam seperti ini? Mimpi buruk lagi?"

"Untuk apa kau perduli padaku?! Kau senang kan aku begini!?" saut Yoongi tajam dan pria itu semakin terseyum lembut.

"Bagaimana mungkin aku senang ketika kau yang sudah kuanggap anakku sedang bersedih" pandangan pria itu berubah sendu.

Yoongi terkekeh getir, anak ya?

"Anak pantatmu. Lalu, kenapa kau membunuh dia? Seberharga itukah anak kecil itu dibandingkan dengan dia huh!?" temboknya runtuh dalam sekejap. Hanya pria itu yang bisa membuatnya jatuh ke titik terdasar hatinya.

Suasana memanas, ntah siapa yang memulainya kini mereka saling beradu tatap dengan artian yang berbeda. Keadaan memaksa untuk mengingat setiap detail kejadian naas yang mempertemukan mereka.

"Yoon, sudah ku katakan berkali - kali bahwa aku bukan pelakunya. Kau hanya melihat dari sudut pandangmu, coba kau lihat dari sudut pandang lain dan itu akan terlihat berbeda. Keadaan memaksaku untuk mengambil keputusan yang sulit. Percayalah" pria tua itu sedikit membentak Yoongi, merasa jengah karena selalu disudutkan.

"Kau kan bisa menyelamatkan ketiganya, ahjussi. Kau lebih baik menyelamatkan dia daripada aku! Harusnya dia yang pantas untuk menghirup udara saat ini" yoongi membuang muka, dadanya sesak.

"Peluang mu lebih besar Yoon"

"Persetan dengan peluang! Kau menyelamatkan ku tapi merampas setengah jiwaku. Apa bedanya dengan kau membiarkan ku hidup tapi jiwaku menghilang" lututnya mulai lemas dan terduduk di rerumputan. Yoongi menangis pilu, dadanya sesak. Sungguh, demi apapun Yoongi hanya butuh Ibunya untuk sekarang.

"Karena itu yang terbaik. Dia meninggalkan sesuatu di rumahku sebelum kepergiannya, kau boleh mengambilnya" pria itu melangkahkan kakinya berat meninggalkan Yoongi seorang diri. Muak dengan drama yang ia buat, muak dengan dirinya sendiri yang tidak bisa jujur, dan muak dengan skenario yang tak berujung.

Sebelum benar - benar menghilang dari pandangan, pria berucap dengan lirih, "Kau mungkin tidak percaya, tapi Joohyun tau sebuah rahasia besar di insiden itu-



















Pria itu menghembuskan napas kasar,
-Park Jaehyun, jangan sampai kau lupakan namaku" dan segera meninggalkan Yoongi terisak dalam kelamnya malam.

LaineWhere stories live. Discover now