nine

2.7K 348 121
                                    

SEMBILAN

Keesokan harinya sudah bisa dipastikan trending topic sekolah adalah "Ratih mencium kaki Jordan." Kejadian kemarin siang juga membuktikan bahwa Jordan bukan sembarang murid pindahan baru. Mendadak ia menduduki strata tertinggi di sekolah, menggantikan Candra. Kaum gadis sontak mundur teratur menjadikan Jordan incaran. Bukan maksud tak mengagumi cowok itu lagi. Mereka hanya ingin bermain aman dan tidak mau mempunyai pacar dengan sifat kasar seperti Jordan begitu.

Ratih berjalan melewati lobi dengan wajah menunduk. Merasa malu dengan tatapan anak-anak. Melewati papan pengumuman yang tertempel di lobi, Ratih berhenti sejenak. Melihat majalah dinding yang tertempel di sana. Ia bisa bernapas lega kala mengamati tak ada satupun dalam papan pengumuman atau mading memuat hal-hal yang tidak-tidak. Bukannya paranoid atau apa. Tapi bisa saja kan tiba-tiba ada artikel di mading berjudul "Seorang gadis mencium punggung kaki lelaki tampan karena insiden sepatu menghilang." Disertai sebuah foto persis ketika bibirnya menempel pada punggung kaki Jordan. Sumpah! Membayangkannya saja Ratih jadi malu sendiri.

"Gak bakal ada foto lo sama Jordan di papan pengumuman, Tih. Kebanyakan lihat sinetron lo!"

Ratih memutar bola matanya. Melirik sekilas pada Dani yang tiba-tiba berada di sampingnya. Jujur, Ratih masih kesal dengan tiga curut sahabat Candra ini. Apalagi Dani. Karena dia, Ratih harus menjalani hukuman perjanjian tidak jelas itu. Walaupun sebenarnya ide hukuman dari dirinya sendiri.

"Nyai masih marah sama gue ya?"

Pertanyaan memelas Dani tidak ditanggapi oleh Ratih. Gadis itu terus melengos pergi menuju kelasnya. Dani mengekori Ratih sambil mencari perhatian. Namun tak juga diindahkan.

"Ratih!"

"..."

"Ratih!"

Berisik! Ratih tiba-tiba berhenti. Lantas berbalik hanya untuk memelototi Dani. "Apaan? Kenapa juga sih lo ikutin gue? Gue mau ke kelas!"

Dani menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya pikiran mantan Bu Bosnya itu mulai lemot. "Ngikutin gimana? Gue juga mau ke kelas. Lupa ya kalau kita sekelas?"

Tengsin! Ratih rasanya ingin nyebur ke kolam sekolah saja sekarang ini. "Oke! Berhenti jalan di belakang gue kalau gitu!"

Keduanya lantas berjalan bersisian. Namun tak ada yang membuka pembicaraan sedikitpun. Ketika akan berbelok menuju koridor kelas dua belas, Ratih baru ingat bahwa ia harus fotokopi soal tryout yang ditugaskan gurunya. Ratih lantas berbalik. "Gue mau fotokopi soal tryout dulu, Dan. Lo duluan ke kelas aja!"

"Oke?" kata Dani sambil mengerutkan dahinya.

Belum ada beberapa langkah Ratih berbalik lagi. "Gue lupa hehehe Soalnya kan bukan gue yang bawa. Ada di ketua kelas. Yuk ke kelas dulu aja!" ucap Ratih sambil nyengir. Gadis itu sudah melangkah lebih dulu.

"Eh, Tih?"

"Iya?"

"Lo lupa ya kalau gue ketua kelas? Soalnya gue yang bawa nih di tas hehe...."

Astaga! Dua kali Ratih gagal fokus.

"Ya Ampun, Dan! Gue kenapa sih?!" tanya Ratih sambil memukul-mukul kepalanya.

"Mungkin lo kurang istirahat aja kali. Jadi capek terus gak fokus," jawab Dani sekenanya.

Kurang istirahat. Benar. Ditambah Jordan yang akhir-akhir ini menjadi alasan selalu meminum paramex. Juga halusinasinya yang melihat Candra beberapa waktu lalu. Semua membuatnya bingung dan menyita segala pikiran. Ratih khawatir dia takkan bisa lulus karena nilai UNAS yang jeblok jika hidupnya tidak tenang seperti ini.

THE UNWANTED YOU [Completed]Where stories live. Discover now