#4 : Meet Mr. Yoon

500 104 2
                                    

Author's Pov

Jimin merebahkan tubuhnya pada lantai ring tinju yang berwarna putih. Mengatur nafasnya yang tersengal. Pergelangan kakinya belum terlalu sembuh walaupun bengkaknya sudah berkurang berkat Ara dan Jungkook. Ia melepas sarung tinju dan pelindung mulutnya. Mengambil botol minum di dekatnya dan menegak airnya sampai habis.

Ia memperhatikan sekelilingnya. Sudah sangat sepi. Tentu saja, ini sudah pukul 12 malam. Siapa juga orang gila yang mau berlatih tinju tengah malam begini. Tiba-tiba terdengar suara pria

"Akhirnya aku dapat menemuimu disini, Jimin-ssi."

Jimin terkejut. Dua pria dengan sigap mengepungnya dan mengunci tangannya dari belakang dan satu orang berjalan perlahan menghampirinya dari depan. Jimin tahu, dua orang dibelakangnya ini adalah orang-orang yang mengejarnya malam itu. Namun Jimin tidak mengetahui siapa pria dengan muka datar dan rambut hitam di depannya ini. Jimin memberontak berusaha menghempaskan kuncian kedua pria dibelakangnya.

"Ssst.. tidak perlu memberontak. Kami tidak akan kasar padamu."

Bisik pria berambut jingga dengan hidung mancung yang sempurna, Hoseok.

"Mau apa kalian?!" Jimin berteriak. Melirik sinis pada orang yang mengepungnya.

"Dengarkan saja dulu permintaan bos kami. Kalau kau berlaku baik, kami tidak akan membunuhmu." Kali ini Taehyung yang mengancamnya.

Hoseok mengangkat sebuah kursi dan meletakkannya dibelakang Jimin. Taehyung menekan cekungan antara tulang klavikula Jimin yang membuat pria itu berteriak kesakitan dan terduduk. Kemudian Hoseok mengangkat dagu Jimin dan berkata padanya

"Duduk dan jangan kabur."

Jimin mengangguk dan terduduk lemas akibat tekanan Taehyung tadi. Pria yang sejak tadi berdiri di depannya mendekat dan tersenyum tipis. Ia mengangkat tangannya pada Jimin dan mengajaknya bersalaman. Jimin menyambut tangan pria itu ragu.

"Aku Min Yoongi. Penyewamu saat turnamen terakhir."

Jimin yang mendengar hal tersebut membulatkan matanya terkejut. Ia langsung bersungkur di hadapan Yoongi. Merendahkan dirinya. Tentu saja, ia merasa menyesal karena di diskualifikasi dari pertandingan. Menyebabkan kerugian pada orang lain. Bersyukur ia tidak dihabisi malam itu.

"Tuan! saya benar-benar minta maaf atas kejadian malam itu. Saya benar-benar tidak kuat dipukuli oleh orang itu. Maafkan saya karena saya bertindak seperti pecundang dan lari dari ring. Maafkan saya, tolong jangan bunuh saya!"

teriak Jimin meminta maaf. Ia panik.

Yoongi tersenyum melihat Jimin, ia membantu Jimin berdiri dan mendudukkannya kembali ke kursi.

"Aku sudah memaafkanmu, tidak apa. Memang ada kerugian dan kau pantas menerima hukuman, namun ku rasa tidak perlu."

Jimin bernafas lega. Kemudian ia bertanya

"Maaf tuan, lalu ada tujuan apa anda menghampiri saya?"

Yoongi kemudian menginstruksikan Taehyung dan Hoseok untuk meninggalkan mereka berdua dan berjaga diluar club. Setelah kedua pengawalnya pergi, Yoongi menarik kursi dan duduk juga dihadapan Jimin.

"Maaf atas perlakuan pengawalku kemarin. Kau jadi harus berlari jauh dengan keadaan terluka."

"Ah.. tidak masalah tuan." Jimin tersenyum canggung.

"Yang satu berambut jingga namanya Jung Hoseok, ia lebih tua setahun darimu. Yang satu berambut cokelat tua namanya Kim Taehyung, ia lebih muda setahun darimu."

"Anda tahu usia saya?"

Yoongi hanya tersenyum. Kemudian mengeluarkan sebungkus rokok dan menyalakannya. Menghisapnya pelan dan menghembuskan asapnya kebawah.

"Kau merokok?"

"Tidak, tuan."

"Bagus. Jangan merokok, nanti kau bisa mati."

"Ya. Aku tidak bisa merokok karena aku pelatih tinju. Aku harus menjaga endurance ku tetap maksimal. Kalau profesi ku bukan ini, mungkin aku sudah aktif merokok sejak lama."

"Kau orang yang cukup ramah dan terbuka ya."

"Hahaha tidak juga."

Mereka berdua terdiam. Yoongi masih berkonsentrasi dengan rokoknya sedangkan Jimin menetralkan rasa gugupnya dengan minum.

"Kau ingin keluar tidak dari pekerjaan ini?"

"Ne?!"

Jimin terkejut dengan perkataan Yoongi.

"Jadilah tangan kananku."

"Tidak bisa, tuan. Aku tidak mau masuk ke dalam dunia seperti itu. Dan anda bisa lihat sendiri bahwa aku tidak lebih kuat dari pengawal anda, bukan?"

"Aku tidak butuh hanya kuat, Jim. Aku juga butuh orang-orang dengan kemampuan berfikir yang tinggi dan bijak dalam bertindak. Kalau aku boleh jujur, aku sudah mengintaimu sejak lama dan kemarin merupakan salah satu caraku untuk menilaimu. Melihatmu berpikir jernih bahwa pertandingan yang sedang berlangsung terlihat non sense dan kau melarikan diri, itu membuatku terkesan."

"Banyak orang yang siap mati hanya untuk uang bukan? padahal kehidupan mereka lebih berharga dari lembaran kertas itu."

Jimin terdiam menatap Yoongi. Ia merasa tersinggung dengan ucapan Yoongi. Jimin menunjukkan ketidak sukaannya.

"Saya rasa anda tidak pantas menilai uang seperti itu di depan saya yang miskin ini, tuan."

"Maka jadilah kaya."

Yoongi tersenyum miring.

"Bekerjalah menjadi tangan kananku dan aku akan memberikanmu apapun."

Jimin menunduk sambil memainkan botol minumnya. Ia bingung. Melihat Jimin yang seperti itu membuat Yoongi tidak sabar.

"Apakah kau ingin agar aku membebaskan Yoon Yu Rae dari penjara?"

Jimin kaget. Matanya seketika membesar. Nafasnya tercekat sehingga menghentikan laju oksigen menuju otaknya. Perhatiannya teralihkan oleh satu nama. Yoon Yu Rae. Kekasihnya yang dipenjara sejak 3 tahun lalu. Bagaimana lelaki di depan Jimin dapat mengetahuinya. Bahkan Jimin tidak diperbolehkan untuk menjenguk.

"Darimana kau tahu mengenai Rae-ya?! Jawab aku! Bagaimana kau mengetahuinya?!"

Jimin emosi. Ia bangkit dan menarik kerah Yoongi. Jimin menatap Yoongi lekat dan tajam.

"Wow.. wow.. santai saja, bung."

Ucap Yoongi melepaskan tangan Jimin dari kerahnya. Senyumnya meremehkan. Kedua pengawal Yoongi yang mendengar teriakan dari dalam bergegas masuk. Yoongi memberikan kode agar tidak ikut campur.

"Kau ingat berita 3 tahun lalu saat kekasihmu di dakwa sebagai pelaku pembantaian keluarga di distrik Gangseo?"

"Ya. Aku mengetahuinya."

"Lalu apakah kau tau..."

Yoongi meremas tangan Jimin dari kerahnya. Kemudian menghempaskan tangan Jimin. Membuat Jimin terduduk kembali dikursinya.

"Korbannya adalah ibu dan kakak laki-lakiku, Jimin-ssi"

-tbc-

OUT OF GOODBYEWhere stories live. Discover now