00. The Story Begin

82.4K 5.7K 282
                                    

Dunia itu kejam. Kalau kau punya kekuasaan, kau bisa melakukan apapun. Kalau kau punya kecerdasan, kau bisa membodohi siapa pun. Ya itulah dunia yang kotor di tengah hiruk pikuk orang yang berbicara tentang keadilan.

Kotaku hancur. Dihancurkan sekelompok orang tak bertanggung jawab. Mereka yang katanya cerdas dan punya kekuasaan penting dalam negara telah memporak-porandakan kotaku. Membuat kami yang pada awalnya bisa tidur dengan mimpi indah menjadi kami yang harus terjaga sepanjang malam. Mendengar raungan buas, jeritan kesakitan, tangisan bayi, itu semua menyakitkan.

Aku membenci mereka. Sekelompok orang berotak encer tapi tidak beradab. Entah sudah berapa banyak uang daerah yang mereka hamburkan hanya demi sebuah penelitian gagal yang kini menjadi musibah di kotaku. Aku tidak ingin menyalahkan pada awalnya ketika aku mendengar pihak walikota menyetujui pembuatan virus yang akan dibuatkan sekaligus penawarnya sebagai bisnis. Atau lebih tepatnya aku tidak peduli. Namun sekarang, jika aku tahu akhirnya akan seperti ini, aku akan mengikuti demo yang diadakan sebagian besar warga kotaku saat aku sarapan ketika itu.

Kotaku terkena wabah mematikan. Sekelompok peneliti mengadakan sebuah proyek besar, membuat sebuah virus penyakit baru dengan penawarnya. Dengan segala gombalan manisnya, mereka meyakinkan walikota untuk mendanai penelitian mereka. Sekarang, penelitian itu gagal dan virus itu bermutasi. Virus itu kemudian menyebar di kota kami, mereka pergi. Menghilang. Kabur. Bahkan walikota pun pergi beberapa hari kemudian setelah banyak dari warga kota yang mengeluh kesakitan.

Kini keadaannya menjadi semakin parah. Virus itu sangat kuat, membuat gen manusia ikut bermutasi juga. Pada akhirnya kami hidup berdampingan. Kami yang kebal, kami yang tidak terkena virus, dengan mereka yang telah terinfeksi dan bermutasi. Mereka berubah, berubah menjadi manusia—atau bisa kubilang seperti itu—mengerikan. Mereka kadang berjalan dengan dua kaki namun disuatu waktu kedua tangan mereka juga bisa menjadi kaki layaknya binatang. Mereka bertaring. Mata mereka berubah menjadi merah dan berair. Mereka bisa berlari dengan kencang, entah bagaimana bisa menjadi seperti itu. Sekujur tubuhnya ditumbuhi rambut-rambut panjang dan lebat. Kami menyebutnya, pecus.

Pecus adalah manusia nokturnal. Mereka hanya akan muncul di malam hari. Ketika pagi hari, mereka benar-benar menghilang dari kota. Hanya meninggalkan jejak darah atau tubuh yang terkoyak. Warga kota berpikir mungkin mereka tinggal di hutan. Kotaku memang dipenuhi dengan hutan-hutan lebat. Tapi itu tetap membuat warga kota takut. Karena jika terkena serangan pecus hanya ada dua pilihan : Menjadi pecus juga atau mati. Aku akan lebih memilih yang kedua daripada aku harus terinfeksi virusnya melalui air liur mereka dan berubah juga menjadi pecus.

Okey, aku bercanda. Aku tidak menginginkan keduanya. Tidak ada yang menginginkan keduanya. Maka cara yang terbaik adalah jangan pernah berhadapan dengan pecus. Tapi itu tidak bisa. Kalau tidak ada yang melawan, kotaku akan semakin hancur. Karena itu, sebagian dari kami harus mengorbankan diri. Tapi setidaknya mati melawan pecus lebih baik daripada mati ketakutan di atas ranjang.

Omong-omong namaku Carissa Hudson, hanya seorang gadis biasa yang tahun ini akan berumur 17 tahun. 

Dan ceritanya baru saja dimulai.

-----

Dulu aku pernah nulis scifi tapi aku unpublish karena aku kurang yakin dengan ceritanya. Nah sekarang, aku mau kembali nulis lagi tentang science fiction yang lebih meyakinkan (Aaamiiin....). Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dalam cerita ini! 😀😀😀

Keep reading ^^
-Ai 💖-

Stand UpWhere stories live. Discover now