i

14.9K 755 90
                                    

"Wanita berambut blonde, bermata cokelat terang, berkulit putih itu datang dihadapanku. Aku sempat bertanya-tanya, mengapa ia datang saat aku sudah menikah? Ini sungguh sangat telat. Ia tidak pernah menggodaku, bahkan dia tidak berniat merebutku dari istriku. Tetapi aku sungguh menginginkannya." - Oh Sehun

"Kau tahu adikku tidak bisa datang saat pernikahan kita karena ia sedang menjalani sidang, bukan? Dia sudah pulang dari England. Dia sudah menyelesaikan pendidikannya disana. Ia akan berkunjung kemari sebelum ke rumah ibu. Ku harap kau bisa akrab dengannya." Yuri terus berceloteh tentang adiknya yang sudah menyelesaikan pendidikannya di Oxford University kepada suaminya, Oh Sehun.

Sehun menyesap kopinya dan membaca koran paginya. "Benarkah? Apa kau ingin berbelanja untuk merayakan kepulangan adikmu?"

Yuri berjalan mendekati suaminya, menaruh cemilan dan duduk disamping suaminya. "Tidak. Dia akan tinggal disini untuk sementara sampai ada panggilan kerja di Belanda. Ah, jika ia tidak diterima bekerja disana, ia akan beralih ketempat ibu. Karena rumah kita dekat dengan bandara, ia memohon untuk tinggal sementara di rumah kita. Boleh?"

"Tentu, sayang. Adikmu juga menjadi adikku." Sehun mengecup kening istrinya.

"Terima kasih."

Tidak lama berselang, bel pintu terdengar. Yuri mengangkat kepalanya dari dada bidang suaminya. "Itu pasti dia!"

Yuri bangun dan berlari kecil kearah pintu keluar rumahnya.

Didepan pintu sudah berdiri seorang gadis cantik berambut blonde, memakai setelan jeans hitam dan kaus putih polos. Gadis cantik itu membuka kacamata hitamnya menampilkan mata cokelat terangnya.

"Hai, eonnie.."

"Yoona!!" Yuri langsung menghamburkan diri kepelukan adiknya. Tentu saja adik dengan senang hati membalas pelukan kakaknya tercinta itu.

"Bagaimana kabarmu, eonnie? Apakah keponakanku sudah terbentuk di rahimmu?" tanya Yoona sembari memegang perut Yuri.

"Oh, babe. Kau tahu bukan aku menikah baru sebulan, dan kau sudah menagih keponakan?"

Yoona terkekeh pelan dan beralih memandang pria dibelakang kakaknya yang mematung melihat dirinya. Yuri mengikuti arah pandang Yoona dan menemukan suaminya terdiam dibelakangnya.

"Sayang? Kenapa kau diam saja? Ouh, ku kira kau hantu yang berdiam dibelakangku."

"O-oh. Kau Yoona? Apa kabar?"

Yoona tersenyum melihat suami kakaknya. Bukankah ia harus terlihat baik didepan suami kakaknya? "Baik. Sangat baik."

"Ya. Sangat baik hingga kau mengubah warna rambutmu, hm?"

"Oh ayolah, eonnie. Mengubah warna rambut tidak akan menurunkan prestasiku."

"Wow, ternyata adikku sangat sombong ya sekarang."

Yoona dan Yuri tertawa bersama. Sehun masih belum melepas pandangannya pada adik istrinya itu. Pahatan Tuhan yang sangat sempurna. Bagaimana ia tidak mengetahui rupa adik dari istrinya? Mengapa baru sekarang? Bahkan setelah memadu kasih dengan Yuri, Sehun tidak mengetahui sedikitpun rupa dari adik Yuri. Ini sudah sangat terlambat. Yuri pernah berkata bahwa adiknya benci jika di foto, sehingga rumahnya diatur sedemikian rupa agar tidak ada foto Yoona satupun. Yuri pernah bercerita, ibunya mencoba untuk memajang foto adiknya di ruang tengah, setelah Yoona pulang dari sekolah, foto itu sukses hangus dibakar oleh Yoona.

Terkadang Yuri sangat menyayangkan sikap adiknya yang terlewat dingin pada lawan jenis. Tipikal yang mirip sekali dengan sahabat adiknya, Krystal. Bahkan Yuri berpikir, apakah adiknya mengikuti sikap Krystal yang sangat dingin itu? Yuri pernah berceloteh panjang lebar pada Krystal tentang sikapnya. Mungkin jika Krystal mengubah sikapnya, Yoona juga akan berubah. Tetapi percuma, Krystal pergi dengan telinga yang ditutup saat Yuri menceramahinya.

Walaupun Krystal bersikap dingin, ia mempunyai kekasih yang sudah lama bersama dengannya. Sedangkan Yoona? Astaga, Yuri sempat berpikir bahwa adiknya penyuka sesama jenis. Karena pikiran itulah Yuri sempat dilempari sepatu tebal milik Yoona.

Yuri mengetahui bahwa adiknya adalah gadis tercantik. Baik saat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, bahkan sampai ia kuliah, dia seperti bunga yang ingin dimiliki semua pria. Adiknya yang memiliki bakat terlampau banyak, membuat adiknya semakin terlihat sempurna. Baik bidang akademik maupun bidang seni dan musik. Yoona tidak suka bernyanyi, ia hanya menyukai piano, violin dan gitar. Yoona juga sangat pandai dalam hal menggambar dan melukis. Kelemahannya adalah menghabiskan energi untuk berolahraga. Yoona sangat sangat membenci olahraga. Walau ia tidak pernah berolahraga dan makan yang terbilang banyak, tubuhnya tetap terjaga. Mungkin gen ibunya yang menurun pada Yoona, bukan pada Yuri yang harus menjaga bentuk tubuhnya.

"Masuklah! Kau lelah, bukan? Apa hanya tas kecil itu barang bawaanmu?" ajak Yuri dengan menggenggam tangan adiknya dan dituntun masuk kedalam rumahnya.

Yoona mengikuti kakaknya yang membimbingnya, Sehun memberi jalan pada kakak adik itu untuk masuk. "Hm. sangat lelah, eonnie. Apa ada kamar kosong? Biarkan aku beristirahat sebentar."

"Kau sudah makan?"

Yoona menganggukkan kepalanya tanpa menjawab.

"Baiklah, kita langsung ke kamarmu dan kau bisa beristirahat. Bangunlah saat makan malam tiba dan bersihkan dirimu."

Yoona memutar bola matanya malas. Inilah yang ia benci, saat sifat keibuan Yuri muncul, sehingga membuat Yuri sedikit, ah ralat, sangat cerewet.

Yuri menarik lengan adiknya dan menuntun pada sebuah kamar. Dibukanya kamar itu. Kecil memang. Tetapi semua tertata rapih dan apik. Warna kamar putih gading dan bau lily yang semerbak mengisi tiap sudut kamar.

"Kau suka kamar ini?" Yuri mengajak sang adik untuk duduk di ranjang yang terdapat dikamar itu.

Yoona tersenyum pada kakaknya dan mengangguk cepat. "Sangat! Terima kasih, eonnie. Aku menyayangimu." Yoona memeluk kakaknya. Kakaknya sangat paham bagaimana kesukaan Yoona.

"Kembali kasih, dear. Buat dirimu senyaman mungkin sebelum kau pergi ke Belanda meninggalkanku, lagi."

"Oh, ayolah eonnie. Aku sangat ingin bekerja di Belanda. Kau tahu bukan disana ada perusahaan yang aku incar?"

"Aku sangat tahu seleramu. Karena CEO perusahaan itu sangat tampan, bukan?"

Yoona terkekeh, "Ya. Itu salah satunya."

"Dasar kau, anak nakal! Tega sekali kau meninggalkan ayah, ibu dan kakakmu ini terus menerus. Apa kau tidak suka tinggal serumah dengan keluargamu, hm?"

Sebelum Yoona menjawab, suara barinton seorang pria dewasa menginterupsi percakapan mereka. "Yuri.."

"Ada apa, Sehun?"

"Kau lupa? Biarkan adikmu beristirahat. Jika kau terus berceloteh, adikmu tidak akan beristirahat sampai tiba makan malam."

Yuri menepuk pelan keningnya dan memberikan cengiran bodoh pada adiknya. "Maafkan aku, Yoona. Aku akan meninggalkanmu untuk beristirahat." Yuri beranjak bangun dan mengecup kening adiknya.

Yuri menghampiri Sehun dan merangkul erat lengan Sehun. Sehun diajak untuk meninggalkan adiknya dikamar. Yoona melihat Sehun yang berlalu dan sempat memandangnya. Yoona bingung. Mengapa kakak iparnya memandang intens dirinya? Apa dirinya melakukan kesalahan? Apa kesalahannya adalah menumpang dikediamannya? Apa kakak iparnya merasa bahwa dirinya adalah pengganggu dirumah pengantin baru?

Yoona menggelengkan kepalanya cepat, mencoba untuk menyingkirkan pikiran-pikiran buruk yang ada dikepala cantiknya. Toh, ia akan menumpang hanya seminggu. Ya. Hanya seminggu berada dirumah pengantin baru itu.

Ia tidak mengetahui bahwa kakak iparnya tertarik dengan dirinya.










Sorry, khilaf... 🙇

revenge ✔Where stories live. Discover now