True Love

808 105 2
                                    

"Yuki..."

Aku memejamkan mataku selama beberapa detik. Suara itu...

Aku menatap datar pria dihadapanku. Dia menyungingkan senyum khasnya itu padaku. Senyum yang selalu membuat jantungku berdetak lebih cepat dari normalnya. Senyum yang selalu membuat hatiku berbunga-bunga jika melihatnya. Namun itu dulu, ya dulu sebelum senyum itu terlihat memuakkan bagiku.

"Bagaimana kabarmu? Kau terlihat berbeda sekarang."

"Sangat baik. Berbeda? Aku tidak merasa berbeda." Aku menjawab dengan sinis, menyebalkan sekali rasanya jika terus berada disini

Ya Tuhan... Stefan kau dimana? Aku menoleh ke kanan dan ke kiri berharap pria itu datang saat ini juga.

"Apa kau sedang menunggu seseorang?"

Aku menatapanya datar kemudian mengangguk malas. Kemudian aku merasa seseorang memegang pundakku, aku berbalik dan terlihat seorang pria tampan dihadapanku dia tersenyum manis menatapku, segera aku memeluknya, lalu dia mencium pucak kepalaku.

"Wohaa.. apa kau begitu merindukanku hem?"

Aku mendongak menatap wajahnya, ia menapikkan senyuman manisnya yang membuatku tidak tahan untuk ikut tersenyum. "Kenapa lama sekali? Aku lelah menunggumu."

Stefan mengusap rambutku lembut, menatapku dengan mata cokelatnya yang indah itu. "Maaf, ayo pulang."

Kami berjalan melewati pria itu, entah hanya perasaanku saja atau ia memang terlihat sedih? Uh.. Yuki apa yang kau lakukankan? Berhentilah memikirkan pria sialan itu! Aku merutuki diriku dalam hati

"Hei.. ada apa? Kau sakit hem?" Stefan menatapku, aku menggeleng pelan

"Apa kau memikirkannya?"

Aku tersentak, memikirkan siapa? Oh Tidak! Aku beralih menatap Stefan, raut wajahnya datar dan dingin Ya Tuhan.. apa yang aku lakukan?! Aku menyetuh pipinya memaksa dia untuk berbalik menatapku.

"Itu sudah berakhir Stef, sekarang aku hanya mencintaimu. Kau percaya padaku?"

"Aku percaya padamu Baby Girl."

***

"Kau bertemu dengannya? Dimana?!" Angel berseru dengan nada histeris

Aku menutup mulut Angel, gadis ini benar-benar. Tidak bisakah ia memelankan suaranya?

"Angel! Pelankan suaramu.. lihatlah orang-orang memperhatikan kita. Aku bertemu dengannya dibandara kemarin." Aku kembali mengesap tehku

"Kau bicara apa saja dengannya?"

Aku terdiam sejenak, lalu beralih menatap wajah cantik sahabatku ini. "Tidak ada, lagi pula apa yang harus aku bicarakan?" Aku mengangkat bahu acuh, terdengar olehku Angel menarik napas

"Perasaanmu, tentu saja, aku tau kau masih ragu." Ujar Angel dengan nada pelan

Aku menaikkan sebelah alis. "It's over now. Ugh.. tidak bisakah kita berhenti membicarakan ini?!"

Sejujurnya aku mulai muak dengan pembicaraan ini.

"Um.. Hei! Aku baru ingat kemarin manager ku memberi tiket Meet&Great Justin Timberlake kepadaku. But sadly, hari ini aku ada pemotretan jadi untuk mu saja. Ada dua tiket mungkin kau bisa mengajak Stefan?"

Aku meraih dua lembar kertas pink itu dari tangan Angel. "JT? Sejujurnya aku sudah lama ingin bertemu dengannya, kau tau kan terakhir aku bertemu dia itu sekitar um... tiga tahun lalu. Tapi mengajak Stefan? Kau gila! Mana mungkin Stefan mau menemaniku, lagi pula dia itu super sibuk."

"Hem.. terserah, ehh aku harus pergi. Bye." Angel tersenyum lalu beranjak dari tempat duduknya kemudian pergi setelah memberiku sebuat cubitan dipipi


***


Aku berjalan menuju kedai kopi didekat gedung tempat M&G tadi, memesan Cappucino seperti biasa. sepertinya musim dingin tahun ini benar-benar dingin. Setelah mendapatkan Cappucino, aku berjalan menuju SUV Audiku sambil mengeratkan mantel lantaran hawa dingin yang seperti menusuk tulangku.

"Hai kau disini?"

Aku terdiam sejenak, rasanya aku mengenal suara itu dan benar saja saat aku berbalik pria itu ada dihadapanku. Aku menatapnya sinis, kemudian dengan acuh aku kembali berjalan, baru selangkah dia sudah mencengkram tanganku.

"Tunggu! Aku ingin bicara denganmu.. tolonglah sebentar saja." Dia menunjukkan puppy eyesnya itu padaku

Holly shit!

---

"Kau sibuk apa saat ini?" Bryan kembali tersenyum menatapku

Cih.. dia pikir aku akan luluh dengan itu? Tidak!

"Tidak ada." Aku menjawab sinis.

Ya Tuhan apa yang aku lakukan?! Seharusnya aku tidak disini

"Yuki, aku tau aku sudah membuat sebuah kesalan besar. Namun tidak bisakah kau memaafkanku? Memberiku kesempatan untuk memperbaiki semua?" Ia menggengam telapak tanganku, dengan cepat aku menepisnya kemudian menatapnya sinis.

"Kesempatan? Kesempatan untuk menyakitiku lagi?! Tidak! Sudah cukup untuk semua itu, sekarang lupakan semua tentang aku dan anggap saja kita tidak pernah saling mengenal!" Saat aku ingin pergi dia kembali menggengam tanganku.

"Aku mohon.. beri aku kesempatan!" Ia menggeratkan gengamannya

"Tidak! Sekarang cepat lepaskan tanganku brengsek!"

Aku lihat ia tersentak mendengar ucapanku. Ugh. Saat ini Yuki yang lembut tidak ada. Pria ini membuatku kehilangan kesabaran!

"Lepaskan tanganmu dari gadisku, Chanced, kau menyakitinya."

Suara itu? Aku berbalik dan tepat dugaanku itu Stefan, cengkraman Bryan melemah, dengan cepat aku menarik tanganku dan bersembunyi dibalik tubuh tegap Stefan, sementara Bryan menatap kami sinis.

"Apa kau bilang? Gadismu? Haha.. lelucun mu itu sunggu lucu, William." Ia tertawa remeh

"Jadi kau perlu bukti hem?"

Bryan masih tertawa mengejek, namun detik berikutnya tawa itu terhenti, begitu pun dengan semua aktifitas yg dilakukan oleh orang-orang di Cafe itu. Aku melebarkan mataku ketika bibir merah Stefan menempel sempurna di permukaan bibirku, semua itu hanya berlangsung selama sepuluh detik, namun membuat semua orang termasuk Bryan terdiam seribu bahasa layaknya patung.

"Apa itu cukup? Baby Girl kita pulang sekarang."

Bryan masih terdiam hingga Stefan membawaku pergi, yang aku lihat ia hanya menatapku sendu.

***

Sehari setelah kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengan Bryan lagi, kabarnya ia kembali ke Berlin. Terlepas dari semua itu, sebuah kejutan besar diberikan Stefan kepadaku, Mom, Dad dan Reina mengunjungiku bahagia rasanya bertemu mereka.

Namun ada satu kejutan yang benar-benar membuatku tidak tahan untuk memeluknya. Mom Ellen dan Dad Clinton -orang tua Stefan- mereka juga datang ke New York untuk melamarku.

Benar-benar kejutan yang tak terduga.













KUMPULAN CERPEN (Stefan-Yuki)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang