They Don't Know About Us

494 89 2
                                    

Aku mengalihkan pandangan menuju jalan dihadapanku, kemudian kembali menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku dengan gelisah. Sudah hampir tiga puluh menit aku menunggu Stefan disini dan laki-laki itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Hei bukankah dia si Yuki itu?"

Aku mengernyit mendengar suara seorang gadis yang menggumankan namaku, kepalaku menoleh ke arah mereka, kemudian terlihat dua orang gadis sedang berbisik-bisik sambil menatapku sinis. Gezz... siapa mereka? Apa mereka punya masalah denganku?

"Gadis penggoda yang mengaku sebagai kekasih Stefan Willliam?"

Disaat aku sibuk berargumen dengan diriku sendiri, mereka terlihat seakan berjalan kearahku dan benar saja seketika itu pun mereka sudah berdiri di hadapanku. Aku menatap mereka binggung, salah satu dari mereka mencengkram tanganku erat. Ya Tuhan apa yang akan mereka lakukan padaku?

"Dengar gadis penggoda! Jauhi Stefan kami! Dia sama sekali tidak pantas bersamamu!"

Aku tercengang mendengar ucapan mereka. Jadi mereka ini salah satu penggemar Stefan yang membenciku?

"Benar sekali! Hanya Sophie yang pantas bersanding dengan Stefan! Lebih baik kau pergi saja dari kehidupan Stefan!" ujar seorang gadis lain berambut ikal yang menatapku tajam

Aku hanya dapat menundukkan kepalaku, menyembunyikan wajahku dalam helaian rambut panjangku, tidak berani membalas kata-kata mereka.

"Dengar, jika kau tetap berdekatan dengan Stefan kami akan membuatmu menyesal telah terlahir dimuka bumi ini!" Mereka berteriak di hadapan wajahku lalu pergi begitu saja

Ini terjadi lagi... Haruskah aku melepaskanmu, Stefan? Apa kita harus berpisah?


***


Aku masih diam seribu bahasa ketika sampai dirumah hingga cengkraman tangan Stefan membuatku berhenti melangkah, pria itu menatapku penuh tanya. Aku kembali memalingkan wajahku. Stefan tidak boleh mengetahui kejadian tadi.

"Apa kau sakit, Baby girl?" Stefan meraih daguku, mata hezelnya menatapku lembut

Aku menggeleng pelan sambil tersenyum tipis detik berikutnya pria itu menarikku ke dalam dekapannya. Aku menggigit pipiku. Tidak aku tidak boleh menangis.

"Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

Aku terdiam mendengar pertanyaan Stefan, pria itu melepaskan dekapannya lalu beralih menatap wajahku. Jarak kami hanya terpisah sekitar beberapa centi, hingga parfum beraroma mint yang ia pakai seakan menusuk indra penciumanku. Aku masih terdiam, sambil menatap mata hezelnya, lalu entah mengapa aku benar-benar ingin menangis saat ini.

"Aku... baik-baik saja. Disini dingin, apa kau tidak ingin masuk? Kupikir di dalam lebih hangat." Aku tersenyum padanya, walau terlihat memaksa aku harap Stefan tidak menyadarinya. Aku mengandeng tangannya lalu berjalan masuk kedalam rumah, tapi lelaki itu menarik tanganku, dan membuatku menghentikan langkahku.

"Katakan yang sejujurnya, baby. Aku tau kau menyembunyikan sesuatu dariku."

"Tidak ada yang aku sembunyikan darimu, Stefan. Semua baik-baik saja! Ayo masuk." Stefan masih terlihat tidak percaya namun aku tetap menariknya secara paksa agar masuk ke dalam rumah.


***


Untuk kesekian kalinya aku kembali berdiri di depan cermin. Haruskah aku pergi atau sebaiknya aku batalkan saja? Aku masih terdiam menatap bayanganku di cermin hingga ketukan pintu kamarku membuyarkan lamunan itu.

KUMPULAN CERPEN (Stefan-Yuki)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang