Kami sampai ke titik pertama, dimana semua orang belum sampai.
Gue dan Amazia sibuk menggotong tiker yang semakin lama semakin berat. Air hujan yang deras.
"Kayanya bukan ini tempatnya." Ujar Amazia
Gue pun melirik, "Terus gimana?"
"Coba kesana." Ajak Amazia menunjuk salah satu gedung yang tidak jauh dari sini
Kami pun lekas pergi kesana. Berharap bertemu dengan yang lain. Menerobos hujan dengan beban tiker yang lumayan berat.
Mata kami tidak bisa dibohongi. Sesampainya kami disana, itu hanya gedung sepi dan gelap.
Tidak ada orang disana.
Amazia pun lekas mengajak Gue untuk pergi jauh dari tempat menyeramkan itu. Mengingat, Amazia takut gelap dan hantu.
Hujan semakin deras dan kami berdua tetap semangat untuk mencari yang lain.
Seharusnya kami tidak tersesat.
Karena kami berangkat lebih awal dari mereka.
Kami memasuki gedung demi gedung dengan kondisi berbeda.
Ada sebuah gedung dengan pencahayaan minim, disana hanya ada beberapa orang. Yang jelas, tidak ada teman kami.
Kami lantas pergi dan memaksa masuk sebuah aula yang sudah di penuhi oleh orang.
Kedua bola mata kami sangat lincah. Bermain ke kanan juga kiri. Berharap mendapatkan sudut dimana kami bisa bertemu dengan teman kami.
Tapi, ini bukan cerita novel. Dimana sang penulis bisa menulis cerita dengan mudah.
Kami kembali kecewa, tidak ada yang kami cari disini. Kami lekas pergi dengan tatapan kosong dan dingin.
Sekitar kami pun menatap kami kasihan, sorot mata mereka seolah bertanya, "Mengapa mereka tidak memilih berteduh di hujan deras dan petir seperti ini?"
Ayolah, tujuan kami disini bukan untuk berekreasi. Melainkan, kami membawa nama sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Lagi pula, kami cemas. Kami takut, teman kami memikirkan kami begitu dalam sehingga mereka bisa jadi dalam keadaan tidak baik.
Melihat wajah Amazia yang pucat bagaikan mayat, membuat gue mengusulkan ide absurd.
"Gue di sini?" Tanya Amazia yang berada di tukang mie ayam sederhana
Stand mie ayam tersebut hanya terbuat dari terpal. Tidak lebih dan tidak mewah.
Gue mengangguk, "Gue yang cari mereka."
"Gue ikut." Pinta Amazia ambisius
Gue menolak, "Muka lu pucet. Siapa tau, ada yang sengaja lewat dan ketemu lu disini?"
Amazia menunduk, "Tapi, nanti lu balik lagi kan kesini?"
Gue lekas melepas ransel, "Tas gue, gue tinggal disini. Gimana?"
Amazia pun duduk lemas, "Cepet balik."
Gue pun mengangguk dan mengusap pundak Amazia lembut.

CITEȘTI
Berawal Dari Kemah⛺
FantezieTeruntuk Pangeran Berkacu, Terima kasih telah menuntunku menjadi pribadi tangguh, walau dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang. Terima kasih karena sudah memberikan aku sedikit waktu, untuk lebih mengenal apa itu cinta. Terima kasih telah me...