Luna baru sampai didepan rumahnya tepat pukul 7 malam dengan diantar oleh Arga sampai depan komplek. Ia sudah berniat akan menceritakan seluruh kejadian hari ini sampai dengan apa yang dikatakan oleh Tante Talitha siang tadi. Baru saja ia masuk kedalam dan meletakkan sepatunya di rak, ia melihat seseorang turun dari tangga.
"Kok baru sampe, Lun? Kemana aja?" tanyanya.
Luna berusaha menegarkan diri dan menampakkan wajah santai, "Ketemuan dulu sama Arga."
"Oh." tanggap Reynata, "omong-omong, Karin juga baru sampai. Sekarang lagi di kamarnya." ia melanjutkan.
Luna terkejut mendengar kepulangan Karin, "Karin. . . pulang?"
Reynata menganggukkan kepalanya, lalu terdiam sebentar untuk menelisik sesuatu, "Tadi pas ketemu dia enggak bilang mau pulang ke rumah?" Luna menggelengkan kepalanya tanpa tenaga, "apa semua baik-baik aja? lu udah minta maaf, kan sama dia?" tanyanya lagi, memastikan masalah mereka sudah selesai.
"Gua udah minta maaf sama Tantenya."
"Sama Karinnya?"
Luna hanya menjawab dengan anggukan kemudian berjalan hendak melewati Reynata. Merasa ada yang tidak beres dengan sikap saudaranya, ia pun mencegah kepergian Luna dengan menarik lengannya. "Gua tahu ada yang enggak beres. Ada apa?"
Luna menarik nafas panjang, "Miki ada?"
"Ada, di kamarnya."
"15 menit lagi panggilin Miki dan Karin ke ruang keluarga. . gua mau bersih-bersih sebentar, ada yang mau gua omongin." jawab Luna.
Reynata yang mendengar nada serius dari Luna, menganggukkan kepalanya. Lalu, membiarkan saudaranya itu naik ke atas. Jantungnya tiba-tiba berdebar keras merasakan sikap Luna yang berbeda, seolah menandakan ada masalah serius yang terjadi. Ia akhirnya kembali keatas setelah mendengar Luna masuk ke dalam kamarnya.
Tok tok tok !
Miki membuka pintu kamarnya dengan headset masih terpasang di kedua telinganya. Merasa heran, melihat kehadiran Reynata. "Kenapa, kak?"
"Bisa turun sekarang. . katanya, ada yang mau diomongin Luna di ruang keluarga." kata Reynata.
Miki menangkap raut khawatir di wajah kakaknya itu, "Ada apa? Luna sama Karin belum baikan? Dia tahu, kan Karin udah pulang?" tanyanya beruntun.
Reynata menganggukkan kepalanya, "Dia tahu Karin udah pulang. Tapi, gua enggak tahu apa yang mau diomongin sama Luna."
"Oke. Sebentar lagi gua turun." kata Miki.
Reynata pun berlalu menuju kamar Karin. Pintu terbuka dan menampakkan kondisi saudaranya yang masih memasang handuk di kepalanya. "Baru selesai mandi?" tanyanya
Karin mengangguk dengan raut dingin, "Kenapa?"
"Luna baru aja pulang."
"Hm. . terus?"
Mendengar tanggapan singkat dari Karin, membuatnya semakin yakin ada yang tidak beres antara hubungan Karin dengan Luna. "Katanya ada yang mau diomongin dibawah."
"Harus sekarang?" tanyanya lagi.
Reynata mengangguk dengan ragu, "Kayaknya sih, ini hal penting. Jarang-jarang Luna mau ngomongin sesuatu dengan cara mengumpulkan kita, kan?"
Karin menghela nafas panjang, "Oke. 10 menit lagi gua turun." Tanpa menunggu balasan Reynata, ia menutup pintu kamarnya.
Setelah menyelesaikan mandat Luna, Reynata berinisiatif ke dapur untuk membuatkan teh panas dan menyiapkan sedikit biskuit supaya suasana pembicaraan nanti lebih tenang. Hingga, beberapa menit kemudian Miki menjadi orang pertama yang turun dan menunggu di ruang kelurga. Reynata masuk dengan membawa senampan minuman dan makanan. Dilantai atas, Luna dan Karin membuka kamar secara bersamaan. Mereka saling menatap, sebelum akhirnya Karin memilih mengabaikannya dan melangkahkan kaki menuruni anak tangga.

YOU ARE READING
My Lovely Sisters 2
General FictionPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...