01-Mairy Academy

16K 963 55
                                    

01 - Mairy Academy


"Vidra, sejak kapan kamu bangun kesiangan begini?"

Aku tidak terlalu mendengar jelas ucapan Ibu, yang pasti aku tau dia sedang kesal karena aku bangun kesiangan.

"Lima menit lagi, Bu. Kumohon." Mataku terasa berat untuk membuka, seperti ada kekuatan level seribu satu yang menahan mataku untuk terbuka. Whoa, abaikan itu sangat lebay.

"Ibu 'kan sudah bilang, hari ini kamu akan Ibu kirim ke sekolah elite."

Whoa, apa? Sekolah elite? Bukankah sekolahku sudah cukup 'elite'?

"Hm, baiklah-baiklah, Bu. Lima belas lagi aku selesai siap-siap. Demi mengetahui sekolah elite apa lagi yang akan Ibu tunjukkan." Dan aku pun bergegas menuju kamar mandi yang tersedia di dalam kamarku. Yeah, dengan keadaan mengantuk pastinya.

*

"Huhu, sedih sekali, kita akan berpisah, Nak. Ingat jangan nakal ya."

Aku mendengus secara kasar, itu drama menangis 'kah, Bu? "Huhu, Ibu. Aku akan sangat merindukanmu, Bu," balasku juga. Berdrama? Siapa takut?

"Masuklah, Nak. Bikin Ibu bangga." Aku terdorong maju, namun secara pelan.

Sekolah apa ini, eh? Aku memandang lurus sekolah dihadapanku saat ini. Sekolah megah, Eum-- aku akui ini emang terlihat Elite. Sekolah bertingkat lima yang berwarna putih, hitam, dan coklat yang terlihat anggun. Tapi, yang membuatku merinding adalah pagar kokohnya, pagar setinggi sepuluh kaki itu terlihat gagah dengan ditanami tumbuhan liar yang merambat di pagarnya.

Saat kusentuh, ingin membukanya. Pagar—lebih tepatnya gerbang itu membuka dengan sendirinya. Oke, ini sedikit menakutkan, Guys. Ku langkahkan kakiku memasuki gerbang nan kokoh itu.

Lalu, tiba-tiba,

"Welcome to Mairy Academy, Vidra."

***

Oke, sekarang di sinilah aku, dengan mata jelalatan mencari kelasku. Sekarang, aku benar-benar seperti anak hilang. Aduh, kelasku sebenarnya dimana? Apa harus memakai ID Card dan alat pendeteksi lagi? Ah, kupikir tidak. Masuk kelas merepotkan begitu? Yang ada orang-orang tidak mau bersekolah di sini. Yap, karena merepotkan tentunya.

Nah, nah, nah! Aku melihat seorang gadis yang cukup manis berjalan berlawanan denganku, sepertinya aku harus bertanya lagi.

"Permisi, maaf mengganggu.  Bolehkah aku bertanya dim—"

"Kelas Magicians berada di lantai dua, Vidra."

Ugh? Dia bagaimana bisa? Padahal aku belum memberi tahu nya. Dan--apa? Vidra? Bagaimana dia tahu? Ya ampun, dia peramal?

"Ralat, Vidra. Aku Alma, si pembaca pikiran."

Huh? Pembaca pikiran? Bagaimana mung--

"Mungkin saja, Vidra. Semuanya bisa terjadi di sini. Oke, aku buru-buru ke perpustakaan, take care, Vidra. Dan ingat jangan terlalu kaget jika banyak melihat orang berkekuatan di sini. Karena di sini adalah hal yang sangat lumrah." Dan Alma pun berlari menyusuri sepanjang koridor sekolah.

Alma pembaca pikiran. Itu sangat hebat! Oh, aku menginginkannya demi apapun. Aku berjalan ke arah kelasku. Saat perjalanan, aku mengingat ucapan Alma. "...Dan ingat jangan terlalu kaget jika banyak melihat orang berkekuatan di sini. Karena di sini adalah hal yang sangat lumrah." Oke. Karena itu hal lumrah.

Mairy Academy [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu