02-Ibukota Sihir.

13.3K 804 15
                                    

Langkah kakiku reflek melebar saat mendengar panggilan dari arah ruang
Proff. Terdengar memanggil namaku sebanyak tiga kali. Yang artinya darurat. Peluh mengucur didahiku. Namun, aku tak memperdulikannya. Biarlah keringat itu meluncur bebas kearah yang mereka mau, yang penting aku sampai dengan cepat di ruang Proff.

Bruk!

Oh shit! Aku terlalu terburu-buru sehingga aku menabrak tubuh seseorang. Tapi, bukannya ia yang terjatuh atau mengaduh. Namun, justru aku yang mengaduh kesakitan. Pasalnya, aku seperti menabrak sebuah tembok beton yang sangat keras.

"Mau kemana?" aku menolehkan kepalaku seraya memegang bahuku yang masih berdenyut. Mulutku masih mengeluarkan ringisan pelan. Sungguh sakit.

"Ke ruangan Proff. Maafkan aku menabrakmu. Aku buru-buru. Maaf," ucapku sambil membalikkan tubuhku menghadap depan lagi. Namun, jalanku lagi-lagi terinterupsi oleh tangannya yang menarik tanganku dari belakang. Aku memandang wajahnnya, menaikkan satu alisku yang sudah tertekuk karena kesal.

"Dasar bodoh." Aku membulatkan mataku. Ia menghentikan jalanku hanya untuk mengucapkan itu? Shit.

"Mak—"

"Kau punya sapu, bodoh. Kenapa tak kau gunakan?" Ucapannya membuatku menepuk dahiku. Benar juga, aku mempunyai sapu. Bagaimana sedari tadi aku berlari dibanjiri keringat sedangkan aku mempunyai sapu terbang yang bisa membuat ku 'wushh' sampai dengan cepat. Memang bodoh, Vidra.

Aku segera memunculkan sapuku dan menaikinya. Sapu itu dengan cepat membawaku yang sebelumnya telah membaca mantra dan membisikinya untuk membawaku ke ruangan yang dituju.

...•••...

"Jadi? Aku harus apa Proff?"


Aku mengerutkan keningku dan merasa sedikit sebal. Pasalnya, Proff memanggilku dan menjelaskan masalah secara bertele-tele. Lalu, aku yang mulai mengantuk karena ucapannya pun berani menyela nya ditengah penjelasannya.

"Kau, aku utus pergi ke kota sihir bersama team yang kubuat."

Mataku membulat secara spontan. Gila saja. Aku belum tau apa-apa. Bahkan aku baru saja lulus dari kelas Health dan aku baru belajar di kelas selanjutnya.

"Untuk apa?" tanyaku yang masih tak percaya atau lebih tepatnya tak mengerti.

"Kau akan menemui tetuah sihir disana, Nona. Beberapa hari yang lalu para tetuah yang sudah sepuh itu menghubungi kami."

"Ia meminta beberapa murid utusan yang harus membantunya. Kota sihir, eum, atau lebih tepat ibukota sihir sedang dilanda serangan hebat. Kami sudah menggelar rapat dan hasilnya seperti ini."

Aku masih bingung dengan penjelasannya. Kenapa harus aku? "Mengapa kau memilihku, wahai Proff?"

Aku melihat dirinya tersenyum lalu, "Aku membentuk team yang saling melengkapi Vidra. Kau yang bisa mengontrol. Dan lainnya dengan kekuatan masing-masing," ucapnya. Sekarang, aku cukup sedikit mengerti. "Kapan kami berangkat?" Ucapku kepadanya.

"Lusa, menggunakan teleportasi milih Sir Hendriq. Untuk team nya, akan ku umumkan di mading sihir."

...•••...

Mairy Academy [END]Where stories live. Discover now