06

7.1K 638 93
                                    

"Taehyung kau lama sekali."

Jinwoo berlari kecil menghampiri Taehyung. "Ya Tuhan, mereka semua menunggumu."

"Kenapa dengan pakaianmu?"

Taehyung hanya mengenakan kemeja tanpa jas, membuat Jinwoo sedikit kebingungan. Taehyung hanya memutar kedua matanya malas, Jinwoo bahkan lebih cerewet dari ibunya.

Datang diwaktu yang tepat, Sena berjalan menghampiri Taehyung dengan Jas hitam melekat di tubuhnya. Jadi Taehyung tidak perlu menjawab pertanyaan Jinwoo, bukan?

"Hyung, bisa kita pulang sekarang? Katakan pada mereka jika tiba tiba aku tidak enak badan"

Bukannya menjawab, Jinwoo fokus menatap Sena. Taehyung mengetahuinya, apalagi saat mata Jinwoo melihat wajah Sen-- Oh, lebih tepatnya leher Sena.

Yeah, banyak tanda kemerahan disana.

Bertindak cepat Taehyung memeluk Sena, kedua lengannya terkalung di leher Sena. "kenapa kau mengikat rambutmu?" Taehyung mengatakan dengan nada terlalu pelan.

Sena terlalu sibuk menenangkan detak jantungnya, dia sama sekali tidak mendengarkan Taehyung.

Bahkan Sena masih tidak sadar saat tangan Taehyung menarik ikat rambutnya.

"Sekarang aku akan menjadi stylistmu"

Taehyung melepas pelukannya, kedua tangannya merapikan rambut Sena.

Wajah Sena terbakar luar biasa.

Dan Jinwoo bingung harus bagaimana, "apa yang kalian lakuk---"

"Hyung, aku akan pulang ke hotel duluan"

Kurang ajar sekali, Jinwoo hampir memukul kepala Taehyung. Apalagi saat Taehyung menarik tangan Sena, mengajaknya pergi dengan tangan yang saling bertautan.

Matanya menatap genggaman tangan mereka, mereka pergi dengan sesekali tawa keluar dari bibir mereka.

"Kim Taehyung. Kau sudah dewasa sekarang, tapi kalian harusnya berhati hati. Akan merepotkan jika publik tahu"

-
-
-

Kamar hotel mereka saling berdekatan, Taehyung berniat melanjutkan 'aktivitas' mereka yang tertunda akibat telepon dari Jinwoo.

Lagipula melakukan di kamar mandi sama sekali tidak berkelas, bukan level Taehyung.

Jadi saat Sena membuka pintu kamarnya, Taehyung tanpa basa basi mendorong Sena masuk. Menciuminya dengan kesan tergesa gesa, kaki Taehyung mendorong pintu agar tertutup.

Melihat tidak ada penolakan sama sekali. Taehyung mengangkat tubuh Sena, meletakkannya diranjang.

"Atas dasar apa kau mengklaim diriku sebagai milikmu?"

Tubuh Sena merinding, apalagi saat Taehyung mulai melepas jas dan kemeja yang dia kenakan.

Taehyung melepas atasannya, dan tangan Sena tidak bisa untuk tidak mulai menjamah tubuh seksi Taehyung. Taehyung terlihat begitu panas.

Sena akui, dia mirip wanita jalang sekarang.

"You're mine, all mine... You understand?"

Terdengar posesif memang, tapi Sena menyukainya. Apalagi saat Taehyung menciuminya lembut dengan tangan menjamah bagian perutnya.

Datang disaat tidak tepat, Sena merasakan perutnya terlilit.

"Taehyung, stop!"

Seolah tuli, Taehyung melanjutkan menciumi seluruh badan Sena.

"Tae-akhh"

Sena hampir teransang, tapi perutnya begitu sakit. Apalagi Taehyung tidak mendengarkannya sama sekali. Jadi jangan salahkan Sena jika menit selanjutnya Taehyung sudah terkapar dilantai dengan kedua tangan memegang bagian perutnya. Tendangan Sena memang luar biasa omong omong.

"shit!"

Sama sekali tidak memperdulikan umpatan Taehyung, Sena berlari menuju kamar mandi.

Tak lama, kepala Sena menyembul dari pintu kamar mandi, "Taehyung, bisa tolong ambilkan baju serta pembalut dikoperku?"

Sialan.

Sepertinya Taehyung harus berakhir dikamar mandi berjam jam untuk 'urusan' pribadinya.

-
-
-

Setelah makan malam, Taehyung kembali masuk ke kamar Sena. Dia memegang kartu akses kamar Sena omong omong.

Bukan untuk berhubungan intim tentu saja.

Tapi sejujurnya Taehyung masih kesal perihal tadi. Dia benar benar harus berjam jam dikamar mandi, sialan.

"Kau tidak makan malam?" Taehyung menempatkan dirinya disamping Sena yang terlalu larut dalam piano tiles.

"Aku sedang diet"

Sena berkata demikian, tapi mulutnya sama sekali tidak menolak saat Taehyung menyuapinya dengan sandwich coklat.

Tangannya menekan tombol pause, lalu meletakkan ponselnya disembarang tempat.

Sena memiringkan tubuhnya, menghadap Taehyung.

"Taehyung, kau selalu membuatku salah paham. Mari perjelas hubungan kita"

"Bukankah sudah jelas, kau stylist aku modelnya"

Sena mulai kesal.

Dia berbalik memunggungi Taehyung, dengan mulut menggerutu sejuta umpatan kotor.

Setelah semua yang terjadi? Sena masih dianggap bawahannya?

Tangan Taehyung memeluknya dari belakang, "bagaimana jika partner seks?"

Taehyung berbisik tepat di telinga Sena. Bulu kuduknya meremang, dia merinding bukan main.

Tapi kata kata Taehyung terdengar begitu kurang ajar.

Sena berbalik, menghadap Taehyung.

Omong omong kenapa jaraknya menjadi sedekat ini?

"Kau mau kupukul? Partner seks? Yang benar saja"

Walaupun Taehyung masih trauma dengan tendangan Sena yang sakit bukan main, tapi Taehyung memberanikan dirinya mengecup lembut bibir Sena.

Lagi lagi Sena dibuat merona karena tingkah Taehyung.

"Omong omong, kenapa kau selalu begitu ekstrem, impulsif, vulgar dan jantan? Kenapa kau seperti itu?"

Sena mengatakannya dengan nada dibuat kesal, wajahnya menunduk, menyembunyikan rona merah dipipinya.

"Tadi itu tidak impulsif, sudah lama aku hanya melihat bibirmu"

Nah kan.
Seperti yang Sena katakan tadi, kenapa Taehyung selalu berkata dengan vulgar?

"Jadi, apa kita sekarang akan berpacaran?"

Sena masih tidak menatap Taehyung, dia malu tentu saja.

Dan kenapa juga mulutnya berkata seperti itu?

"Mencium bawahan sendiri itu ilegal, itu pelanggaran. Kita harus berpacaran."

Bibir Sena tidak bisa untuk tidak tersenyum.

Sena mengecup sekilas bibir Taehyung.

Dan Taehyung membalas dengan pelukan, hingga rasanya Sena mau mati karena sesak nafas, jantungnya berdetak begitu cepat.

-
-
-

Halo q kambeque.
Slow apdet bener :( minta mianhae.
Tugas sekolah benar benar membunuhku :(

Tapi kalo banya voment gue pastinya jadi fast apdet ( ͡° ͜ʖ ͡°)( ͡° ͜ʖ ͡°)( ͡° ͜ʖ ͡°)( ͡° ͜ʖ ͡°)( ͡° ͜ʖ ͡°)

SWEET TALKEROnde histórias criam vida. Descubra agora