2

1.8K 264 93
                                    

Peringatan!!

Mengandung kata-kata kasar dan adegan kekerasan.

*****

"Kyla, Kyla udah!" Teriak Zara sambil berusaha menarik tubuh Kyla untuk menjauh dari teman lelakinya yang baru saja menggodanya tadi. Namun tenaga Kyla lebih kuat, Kyla menarik tangan yang sempat di genggam Zara tadi lalu kembali meninju wajah laki-laki yang mengganggu Adiknya tadi.

"Dasar lo, bajingan. Cupu!" Kyla mendorong laki-laki yang ia ketahui bernama Chanzio itu hingga menabrak meja kantin lalu menarik Zara untuk keluar dari kerumunan siswa dan siswi yang penasaran.

"Bisa gak sih gak usah berantem gitu?" Tanya Zara dengan sedikit membentak.

Kyla menatap mata Zara tajam. "Apa gue bakal tinggal diam ketika orang tua gue di hina sama bajingan kayak dia itu? Enggak Zar! Enggak." Jawab Kyla sedikit berteriak. "Mereka boleh menghina gue, tapi enggak ke orang tua gue."

Zara menghela napasnya lalu ia mengeluarkan handuk kecil dari dalam saku roknya yang biasa ia bawa. Zara menyodorkan handuk berwarna pink itu kepada Kyla. "Sudut bibir lo berdarah."

Kyla menatap Adiknya. Tatapan yang tadinya penuh emosi seketika berubah menjadi tatapan yang lebih hangat. Kyla menghela napasnya panjang lalu ia menjulurkan tangannya untuk mengusap kepala Zara. Kyla tersenyum. "Maaf, gue tau tadi kelewatan. Tapi satu hal yang harus lo tau Zar, gue sebagai Kakak lo gak bakal tinggal diam kalau ada orang lain yang ngisengin lo. Apalagi laki-laki brengsek kayak Chanzio itu." Jelas Kyla dengan nada suara rendah.

Zara hanya diam menutup mulutnya rapat-rapat. "Lo malu punya Kakak yang kerjaan cuma bisa berantem?" Tanya Kyla dengan nada sinis.

"Enggak Kyla!" Jawab Zara cepat. Zara berdecak saat melihat Kyla berjalan menjauhinya. Zara mengusap wajahnya lalu dengan cepat berlari mengekor dibelakang Kyla. "Ck, jangan pernah berpikir kayak gitu. Gue sama sekali gak malu. Kyla! Denger gue."

Kyla menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya. Zara mengerutkan keningnya saat melihat air mata menetes membasahi pipinya. "Gue sakit hati Zar denger mereka hina Mama. Gue gak terima." Lirih Kyla pelan. "Gue tau ini semua menjijikan. Shit. Mana ada orang yang mau berkawan sama kita Zar. Nggak ada."

"Kyla pliss udah," kata Zara pelan. "Gue takut."

Kyla menatap Zara sejenak lalu menarik Adiknya kedalam pelukannya. Kyla memeluk Adiknya erat-erat. "Lo gak perlu takut, gue bakal jaga lo. Jaga Mama Shania dan juga Mama Beby. Lo gak perlu khawatir."

"Well, well, well. Punya Mama dua. Pftt." Rahang Kyla mengeras saat mendengar suara Chanzio tidak jauh darinya. "Jadi, mereka gak punya Papa gitu? Haha."

Kyla mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Kyla mendorong Zara untuk berdiri dibelakangnya lalu matanya menatap Chanzio yang kini membawa teman-temannya dengan tatapan tajam. Bukan masalah besar menurut Kyla empat lawan satu. Kecil baginya.

"Lo mau masuk Rumah Sakit? Hm?" Ujar Kyla dingin.

Chanzio tersenyum sinis. Kyla berdecih. "Gue gak level berantem di tempat kayak gini. Langsung berantem sama gue aja di atas ring. Jangan kayak bocah."

"Kyla, jangan gila deh." Bisik Zara sambil menarik seragam sekolah Kyla.

"Oke, nanti malem. Gue tunggu lo di belakang sekolah." Ucap Chanzio lalu memerintahkan teman-temannya untuk kembali.

Honest [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt