34. Rindukanmu

5.3K 486 115
                                    

'Oneuri han kani chae an nameun geureon sigan
(Ketika tak ada banyak waktu yang tersisa)
Uri sowoneul bilmyeo usdeon geu sigan
(Ketika kita terbiasa membuat harapan dan tawa)
Byeol ge da neol tteooreuge haji
(Semuanya mengingatkanku padamu)'

Taeyeon - 11:11

***

Sudah dua minggu gadis cantik itu belum bangun dari tidur panjangnya. Sudah dua minggu sahabat-sahabatnya mengunjunginya, meski dua hari sekali atau tiga hari sekali. Sudah dua minggu juga Iqbaal selalu setia menemani gadis tercintanya dengan sabar. Berharap gadis itu lekas membuka kedua matanya.

(Namakamu) sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Tetapi kondisinya tidak menunjukkan perubahan sedikitpun. Masih sama, bahkan dia semakin melemah.

Iqbaal selalu menemaninya setiap hari dikamar rawat adiknya. Selalu setiap pulang sekolah dia akan kesini. Iqbaal senang ketika libur sekolah, dia bisa menemani adiknya seharian.

Mengajaknya mengobrol, bermain, bercanda, meski dia tahu adiknya tidak pernah menanggapi apa yang selama ini dia sampaikan. Bahkan, Iqbaal terkadang curhat kepada adiknya itu, tentang kejadian dia disekolah tadi, ataupun yang lain.

Iqbaal hanya tersenyum getir melihat adiknya yang selalu dan terus tidak bergerak. Tertidur dengan lelapnya tanpa mau membuka matanya. Dan Iqbaal harap, gadis itu mendengar apa yang selalu dia sampaikan.

Bunda Rike sering mendengar pembicaraan Iqbaal kepada (Namakamu), melihat itu membuat hati Bunda Rike tercubit. Kiki, Ayah Herry, dan sahabat-sahabatnya juga kadang sering melihat itu. Ya meski yang sering itu Bunda Rike, karena beliau setiap hari dirumah sakit. Ayah Herry kan kerja, dan Kiki kadang-kadang ada jam kuliah.

Bunda Rike sama sakitnya dengan Iqbaal. Sebenarnya Bunda Rike lebih sakit ketika melihat Iqbaal yang setiap hari mengajak (Namakamu) berbicara, tetapi tidak ada respon apapun. Hati Bunda Rike seperti tertusuk ribuan jarum. Dia tidak menyangka, Iqbaal sangat menyayangi (Namakamu) seperti itu.

Siang ini, seperti biasanya, pulang sekolah Iqbaal akan langsung ke rumah sakit. Iqbaal memasuki ruangan adiknya dan melemparkan senyumnya kepada Bundanya yang tengah membersihkan lengan adiknya dengan handuk dan air.

"Udah pulang sayang?"

Iqbaal menangguk sambil menaruh tas sekolahnya ke sofa.

"Udah Bun."

Iqbaal berjalan ke nakas samping ranjang (Namakamu). Memasukkan beberapa tangkai bunga yang tadi sempat dia beli dijalan ke vas bunga yang bunganya belum terlalu layu itu.

Iqbaal mengganti bunga itu dan membuang bunga yang di vas ke tempat sampah. Sebenarnya bunga yang belum terlalu layu juga Iqbaal yang membeli. Dia selalu mengganti bunga walau bunga yang di vas belum layu. Bunga mawar putih. Bunga kesukaan (Namakamu).

"Bunda keluar dulu ya? Mau cari makan buat kamu sama Bunda."

Iqbaal mengangguk dan tersenyum. Bunda Rike memang belum makan sejak siang tadi. Hanya pagi, itupun sedikit. Sekarang hanya tinggal mereka berdua disini.

Iqbaal tersenyum menatap bunga yang indah itu. Lalu menatap adiknya yang masih setia terpejam.

"Dek? Udah dua minggu loh, kamu nggak mau bangun?"

Iqbaal mendekat dan duduk dikursi samping ranjang. Tak lupa langsung menggenggam erat telapak tangan adiknya yang lemas itu.

"Kak Ale udah ganti bunga mawarnya sama yang baru, kamu pasti suka."

[1] Dear Moon || IDR ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora