Sebuah Keluarga Baru

156 12 13
                                    

Di dalam sebuah kamar hotel yang bernuansa merah muda dan di hiasi bunga mawar terdapat dua orang yang duduk berjauhan di tepi ranjang, suasana yang hening sangat mendukung kecanggungan diantara ke duanya.

Dua orang yang berbeda jenis kelamin itu tak saling membuka suara, sampai sang pria mendekat dengan perlahan ke arah wanitanya yang menunduk  dengan meremas  gaun putih yang melekat sempurna di tubuhnya.

"Mau dapet pahala ga?" Tanya Pria itu saat jaraknya hanya 10 centi dari wanitanya

"Kak Taufik.. Hus hus, aku malu"

"Mel.."

Ya, dua orang itu Mellani dan Taufik.

"Ibadah Mel" Ucap Taufik dengan wajah kecewanya.

Mellani menutup wajahnya yang memerah, "A-aku tau, tapi takut"

"ga sakit"

"kok tau?? Udah pernah?"

"Katanya"

"bohong tu"

"Beneran gamau?"

Mellani mengintip  wajah muram Taufik dari sela jari-jarinya.

"ya-yauda"

Mendengar itu, Dengan semangat Taufik membuka bajunya dan baju Mellani, memulai aktifitasnya sebagai sepasang pengantin baru.

"AKH!!"
"SAKIT GOBLOOK"
"BELOM DI MASUKIN!"
"AAAAA"
"BELOM!"

Mellani membuka mata, jantungnya berdegup kencang, peluh di keningnya membanjiri wajah.

Dengan setengah sadar, ia meraba pakaiannya.

"GILA!! FIKS UDAH GILA LO MELL!! NGAPAIN MIMPI GITUAN AAAAAAAA"

Mellani mengacak rambutnya frustasi, merasa geli dengan mimpinya barusan.

Alarm dari handphonenya menyala, menunjukkan pukul 05.00.

Mellani yang masih  merasa merinding, memilih menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut.

Tak sampai semenit, ia membuang selimutnya ke sembarang arah.

Memang semalam ia meminta petunjuk Tuhan, tapi siapa yang menyangka jawabanya adalah Taufik. Dan mengapa juga harus mimpi seperti itu, memimpikannya saja membuatnya bergidik tak mampu membayangkan jika benar terjadi.

Tepat saat Mellani memukul-mukul kepalanya sendiri ,Handphonenya bergetar.

"yhaa!! ngapain dia telpon?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"yhaa!! ngapain dia telpon?!"

Mellani membuang ponselnya dengan kesal, lalu bangkit menuju ke kamar mandi, tak memperdulikan panggilan telepon dari Taufik.

Pasalnya,mimpinya terasa begitu  nyata, hingga menimbulkan perasaan trauma, untuk hari ini ia tidak ingin bertemu dulu dengan Taufik. Setidaknya hingga detak jantungnya  kembali stabil.

MARRIED WITH CRUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang