Chapter 4

296 17 0
                                    

Seungyeon melangkah cepat menyusuri trotoar. Ia lupa sudah dua bulan terakhir ini ia pulang ke rumah sendiri, tidak ada yang mengantar. Jika ingat, maka ia akan meminta izin pulang lebih awal tadi. Jungshin memang sudah berbaik hati memberikannya tumpangan, namun pria itu hanya bisa mengantar hingga pertengahan jalan karena rumahnya dan rumah Seolhyun berbeda arah. Ya, pria itu memang bermaksud mengantar Seolhyun pulang sebelum kembali ke apartemennya sendiri.

Seungyeon mengerang pelan. Ia juga lupa jika daerah sekitar Jungshin menurunkannya barusan cukup gelap dan sepi. Ia harus berjalan kurang lebih seratus meter untuk sampai ke halte terdekat. Banyaknya gang-gang sempit di antara pertokoan membuat daerah tersebut kerap kali dijadikan sarang para bandit dan pria nakal. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya itulah satu-satunya jalan agar ia bisa sampai ke rumah.

Gadis itu menyedekapkan tangannya di depan dada, memegang erat sling bag-nya sambil diam-diam matanya mengawasi sisi kanan dan kiri—mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun di saat yang tidak tepat ponselnya yang disimpan di dalam tas bergetar. Tempat yang sepi membuat bunyi getaran ponsel itu terdengar jelas. Seungyeon khawatir jika hal tersebut malah menarik perhatian orang-orang jahat yang bersembunyi entah dimana.

Sudah hampir dua menit berlalu dan ponsel itu masih terus bergetar. Diam-diam ia menyumpahi siapa saja yang meneleponnya di saat genting seperti ini. Tidak ingin ketakutannya menjadi kenyataan, akhirnya gadis itu pun memutuskan untuk merogoh tasnya dan menjawab panggilan tersebut.

Namun tanpa Seungyeon sadari, justru posisi itulah yang membuatnya lengah. Ia yang sedang sibuk mencari ponsel di dalam tasnya sama sekali tidak mengetahui kehadiran seseorang yang mengendap-endap di balik punggungnya. Ketika jarak mereka sudah cukup dekat, orang itu langsung merampas tas Seungyeon dan lari secepat kilat.

"Astaga! Hei, kembalikan tasku!" Seungyeon berteriak sekuat tenaga, "Pencuri! Tolong! Siapa saja tolong aku, tasku dicuri!"

Sungguh tidak beruntung nasib Seungyeon malam itu. Suasana yang sepi dan reputasi buruk daerah itu membuat teriakan minta tolongnya menjadi hal yang sia-sia. Merasa tidak akan berhasil, Seungyeon akhirnya nekat berlari mengejar pencuri itu. Ia memang pernah menjadi atlet marathon semasa SMA dulu, namun bukan seperti ini cara untuk menerapkan keahliannya di kehidupan sehari-hari.

"Hei, jangan lari kau! Dasar pencuri sialan!" Seungyeon kembali berteriak. Sekeras apapun ia berusaha menyusul langkah si pencuri, ia tetaplah seorang wanita yang memiliki tenaga lebih lemah. Setelah hampir lima ratus meter, Seungyeon mulai merasa tidak kuat. Apalagi sebelah hak sepatunya patah. Sementara pencuri itu sama sekali tidak terlihat kekurangan tenaga.

Ia akhirnya menyerah. Dengan sisa tenaga yang dimiliki ia melepas sebelah platform yang patah tadi dan melemparkannya kuat-kuat ke arah pencuri itu. Tampaknya usaha tersebut sedikit membuahkan hasil, karena pencuri itu meringis kesakitan setelah sepatu Seungyeon mendarat mulus di punggungnya. Langkahnya sedikit melambat. Tanpa ragu-ragu Seungyeon melemparkan sepatunya yang sebelah lagi. Pencuri tersebut akhirnya jatuh, tidak kuat dengan rasa nyeri yang menjalar di punggungnya akibat lemparan sepasang sepatu bersol tebal tersebut.

Wajah Seungyeon sedikit berubah cerah. Ia yang merasa punya harapan lagi langsung mempercepat langkahnya untuk kembali berlari. Namun lari dengan bertelanjang kaki di aspal bukanlah perkara mudah. Permukaan yang kasar membuatnya kerap kali meringis kesakitan.

Tepat pada saat ia merasa ingin menyerah, seseorang melesat cepat dari belakangnya dan mengejar pencuri itu. Saking cepatnya, Seungyeon tidak dapat melihat dengan jelas siapa orang itu. Namun dari postur tubuhnya pastilah ia seorang laki-laki.

Tak butuh waktu lama bagi pria misterius itu untuk menangkap sang pencuri. Dengan lihai ia mengunci tubuh si pencuri, membanting tubuhnya, dan memberikan perlawanan agar pencuri itu tidak bisa kabur lagi. Beberapa saat kemudian sebuah mobil patroli datang dan dua orang polisi yang keluar dari dalamnya langsung meringkus penjahat tersebut.

Blue Medley Series: ReunionWhere stories live. Discover now