Chapter 4: Spending Time

4.3K 459 48
                                    

Arthit sedang berada di perpustakaan mencari buku referensi untuk menyelesaikan project penelitiannya. Petugas perpustakaan bilang buku yang ia cari sudah dikembalikan dua hari yang lalu, tapi dia tetap tidak bisa menemukannya. Dia melihat kembali kertas yang ia pegang yang berisikan lokasi rak buku tersebut dan menunduk untuk melihat bagian bawah rak yang mungkin saja ia lewatkan, ketika ia merasakan seseorang mengelus bokongnya.

Ia tersentak kaget, menjatuhkan beberapa buku yang tersusun rapi di rak lalu berbalik dan menemukan Kongpob berdiri di belakangnya. "Nice ass."

"Aku akan membunuhmu!" desis Arthit takut suaranya terlalu keras.

"Cobalah."

"Kau tidak punya sopan santun, Kongpob. Apa seseorang tidak pernah mengajarimu?"

"Aku tidak melakukannya pada semua orang. Hanya kau." Kongpob bersandar pada ujung rak di samping Arthit, senyum miring tersungging di bibirnya. Arthit benar-benar lucu ketika sedang marah seperti ini.

"Beruntungnya aku." Arthit memutar bola matanya, "Bagaimana kau tahu aku disini?"

"Bright."

Pengkhianat. Ia benar-benar sudah mengingatkan Bright untuk tidak memberitahu Kongpob tentang keberadaannya, karena ia sungguh sedang tidak ingin diganggu agar bisa menyelesaikan penelitiannya. Sedangkan Kongpob adalah ahlinya dalam mengalihkan perhatian.

Arthit mencoba mengerti sifat pemuda itu, tapi memang dasarnya Kongpob memang gemar menggodanya, sekarang ia yakin pekerjaannya tidak akan selesai hari ini.

"Kau orang paling membosankan di planet ini. Aku yakin hanya kau satu-satunya orang yang mengerjakan tugas di hari jumat padahal sedang tidak ada kelas."

"Apa maumu sebenarnya?" Tanya Arthit pasrah.

"Aaw. Tidak senang ya melihatku?" kata Kongpob pura-pura tersinggung.

"Aku sudah melihatmu kemarin. Dan weekend kemarin juga. Tidak mungkin kau ingin menemuiku, pasti ada alasan kau mencariku." kata Arthit datar.

"Tapi bagaimana kalau memang aku kesini mau lihat kamu yang cute?" kata Kongpob dengan nada menggoda, "Aku tak pernah bosan melihatmu."

Arthit merona, menghindari kontak mata dengannya. Dia tahu Kongpob cuma bercanda, tapi sangat sulit menahan reaksinya. "Yeah well, aku harus menyelesaikan ini. Ini benar-benar penting," katanya lalu melanjutkan pencariannya, "Pergilah, jangan mengganggu."

Kongpob menatap Arthit mengerutkan dahi, berulang-ulang menatap kertas yang makin kusut dan kembali lagi menggeledah rak buku. Dia menatap buku yang tergeletak di lantai, yang dijatuhkan Arthit sebelumnya dan memungutnya, meletakkan buku itu kembali ke tempatnya.

Ketika dia kembali, Arthit sudah berpindah ke meja, dikelilingi benteng dari buku yang disusun. Ia mengintip dari balik tubuhnya, membaca judul, serial number dan apapun yang ada di halaman depan bukunya.

Kesempatan tidak boleh dilewatkan begitu saja. Ia pun mendekat ke tubuh dihadapannya.

Setelah merapat ke tubuh Arthit, dada tidak berjarak lagi dengan punggung Arthit, kedua tangannya menutup buku yang dibaca Arthit, membuat posisinya benar-benar seperti memeluk Arthit dari belakang.

Ia menatap judul depan buku tersebut, "Ini yang kau cari?"

"Yeah," kata Arthit, tidak berani menoleh ke belakang. Dia tahu bagaimana berantakannya warna wajahnya sekarang. Takut Kongpob membaca sikapnya, bahwa Arthit tertarik padanya. Dia yakin lelaki ini sengaja memancingnya.

"Malam ini ada pesta, dan kau harus datang. Bawa juga temanmu kalau mau." Kata Kongpob bersikap biasa.

"Baiklah," balas Arthit berusaha membuka bukunya lagi, sampai ia menyadari. "Wait, what?" katanya lalu berbalik dengan cepat, tapi sayangnya Kongpob sudah berjalan menjauh.

Stranger Lover (SOTUS Fanfiction) (Bahasa Indonesia)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt