Chapter 4

7K 437 0
                                    

"Sekarang masuklah dulu" Seulgi berkata. Irene mengangguk dan berjalan masuk ke rumah Seulgi.
"Ada apa sebenarnya?" Seulgi bertanya lagi.
"Aku bertengkar dengan Suho"
"Apa!? Bagaimana bisa?" tanya Seulgi. Ia terkejut mendengar ucapan sahabatnya. Lalu Irene menceritakan detailnya pada Seulgi. Ia juga mengeluarkan uneg-unegnya selama berumah tangga dengan Suho. Ia membutuhkan lebih banyak perhatian, namun sepertinya Suho tak mengertinya.
"Mungkin Suho sedang lelah setelah pulang dari pekerjaannya. Ayo berpikir yang positif saja, Irene" Seulgi berkata dengan senyum lembut sambil mengelus punggung Irene dengan lembut.
"Tapi Aku lelah. Ia selalu mementingkan Lami, Lami, dan Lami. Bukannya aku membenci putriku, tapi itu membuatku iri Seulgi, bahkan ia tak pernah khawatir padaku sampai begitu. Saat aku sakit, ia malah ada diluar kota"
"Aku tahu perasaanmu Irene, tapi hendaklah lebih baik kalau kita berpikir positif. Ini termasuk cobaan, Kita harus mengatasinya dengan berpikir rasional"
Irene hanya menghela nafas panjang dan menunduk dalam. Seulgi menepuk punggung wanita yang ada di sampingnya.
.
.
.
12.50 KST
Suho berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum dengan lesu, Ia sudah memakai baju santai sekarang, Ia baru saja selesai mandi. Suho menyesal dengan apa ya g ia lakukan kepada Irene. Bahkan sangat menyesal. Sebenarnya hal itu keluar begitu saja dari diri Suho. Ia tak sengaja.
Saat kaki Suho mencapai dekat dapur, Ia melihat kue di atas meja. Ia tahu betul kue itu adalah kue ulang tahun, dan tak jauh dari situ, Ia melihat semangkuk sup rumput laut, terlihat menggiurkan.
Suho berpikir sejenak.
"Mungkinkah Irene terlambat menjemput Lami karena menyiapkan ini semua?" gumamnya.
Suho menjadi tambah menyesal. Setelah dipikir, ia jarang memiliki waktu luang dengan Irene. Wanita itu sudah mencoba untuk bersikap sebagai istri yang baik dan perhatian, namun Suho malah memarahi Irene tadi, bahkan Ia menamparnya.
Dengan cepat, Suho mengeluarkan ponselnya dan berusaha menelepon Irene, namun sayangnya ponsel istrinya itu sedang tidak aktif.
"Maafkan aku, sayang" Lirih Suho.
.
.
.
13.30 KST
Suho bermaksud mencari Irene, Ia sudah menitipkan Lami ke Kim Yerim, adik sepupunya. Suho memikirkan berbagai tempat yang mungkin Irene ada disana sekarang.
Selanjutnya, Suho sudah berada di depan rumah mertuanya setelah mengemudi sekitar 45 menit dengan mobilnya. Suho agak ragu saat hendak memencet bel, namun ia tetap melakukannya.
"Yaampun, Suho. Ada apa kesini? Dimana Irene dan Lami?" Ibu Irene langsung menyapa Suho dengan hangat setelah beberapa saat Suho membunyikan bel.
'Irene tidak di rumah ibu mertua, dimana dia?' Batin Suho.
"Ah iya ibu, saya hanya ingin menyerahkan ini, karena hari ini saya berulang tahun" Suho memberikan sebuah kotak berisi kue kepada ibu mertuanya sambil tertawa kecil.
"Yaampun, kenapa repot-repot? Masuklah dulu Suho"
"Ahh terima kasih ibu. Saya ingin masuk, tapi saya harus bergegas"
"Kenapa buru-buru?"
"Tidak apa-apa ibu, hanya saja saya baru saja pulang dari Guri. Irene dan Lami menunggu saya di rumah" dusta Suho. Ia berpikir mungkin ia sudah jadi menantu yang durhaka.
"Ahh begitu? Baiklah pulanglah. Sampaikan salam ibu kepada Irene dan Lami ya"
"Iya ibu. Sampai jumpa lagi ibu, saya pamit" Suho membungkukkan badan.
"Baiklah, hati-hati. Terima kasih untuk kue nya" Ibu Irene menunjuk kotak berisi kue tadi.
Suho tersenyum lalu masuk ke mobilnya, Ia kembali mengendarai mobil dengan berpikir keras.
"Kurasa, Aku tahu dimana kau Irene" Suho tersenyum cerah setelah acara berpikir kerasnya. Ia kembali melajukan mobilnya.

• My Heart Always Will Be Yours || SureneOnde histórias criam vida. Descubra agora