"MasyaaAllah, terus kumaha iyeu? Aby teh tos di Jakarta wae kitu nya? Teu balik deui ka Ostrali pan nya?" (MasyaaAllah, terus gimana nih? Aby tuh udah di Jakarta aja gitu ya? Nggak balik lagi ke Australia kan ya?) tanya Mama sambil meletakkan sepiring bakwan jagung yang baru saja ia goreng ke atas meja tepat di samping Amel yang tengah mengerjakan tugas sekolahnya.
Pertanyaan Mama yang panjang membuat Zahra meneguk ludahnya pahit. Pasalnya, pertanyaan Mama tadi jawabannya adalah tidak dan ya.
Tidak, Abyan tidak berada di Jakarta selamanya.Dan iya, Abyan akan kembali lagi ke Australia dalam waktu dekat ini.
Abyan tersenyum tipis sambil mengusap kepala Zahra lembut. Ia tahu istrinya terlalu gusar jika membicarakan tentang kepulangannya ke Australia, dan ia tak ingin membuat istrinya merasa seperti itu.
"Ma, satu-satu dong nanya-nya. Abyan juga bingung jawabnya kalo pertanyaannya panjang gitu." ucap Ayah mengingatkan.
Mama tertawa kecil dan mengambil sebuah bakwan jagung di piringnya. "Ih da sok poho Mama teh, hampura nya'!" (Ih suka lupa Mama tuh, maafin ya.)
"Iya, jadi insyaaAllah Aby balik lagi ke sana seminggu lagi, Ma. Karena memang kan ini juga pulangnya mendadak, jadi nggak dapat cuti lama-lama." Abyan tersenyum kecil, tangannya tetap menggenggam tangan Zahra erat. Seolah memberikan penguatan kepada istrinya bahwa ia pasti akan kembali lagi.
"Teu bisa minta pindah wae kitu, By?" (Nggak bisa minta pindah aja gitu, By?)
Zahra melirik Abyan saat Mama mewakili pertanyaan di dalam hatinya.
Hanya satu doa Zahra yang sejak dahulu ia panjatkan pada Allah, dan sampai saat ini doa itu masih tetap ia panjatkan. Ia meminta pada Allah untuk selalu didekatkan dengan jodohnya, entah bagaimanapun caranya.
Abyan membalas tatapan Zahra dengan tersenyum hangat, lalu merangkul bahunya.
"InsyaaAllah Ma, doakan saja. Perusahaannya sedang mencoba bekerja sama dengan salah satu perusahaan di Jakarta. Siapa tau goal, jadi nanti Aby bisa minta pindah."
Mendengar jawaban Abyan, membuat mata Zahra berbinar-binar. Setidaknya seperti ada secercah harapan di hadapannya yang membangkitkan semangatnya untuk terus mendukung karir suaminya.
Senyum tipis nan manis terukir di bibir Zahra sambil menatap suaminya.
"Ayah akan selalu mendukung apapun pilihan yang terbaik untuk kamu By. Ayah tidak mau memberatkan kamu, kamu tetap bekerja di Australia pun tidak apa-apa, kamu bisa ajak Zahra kesana, kan? Bagi Ayah akan sama saja, yang penting tetap halal." Ayah menganggukkan kepalanya.
Senyum Abyan semakin melebar setelah mendengar dukungan dari Ayah untuknya.
"Iya Ayah. InsyaaAllah, terima kasih banyak, Yah."
"Ari teteh teh kumaha teh? Tos isi?" (Kalo teteh gimana teh? Udah isi?)
Zahra terdiam untuk sesaat. Mencoba mencerna maksud dari pertanyaan Mama. Ia melirik Abyan, seolah meminta bantuan Abyan untuk menjawab. Sementara suaminya hanya menatapnya dengan senyum tipisnya.
Isi?
Isi?
Apa yang isi?

YOU ARE READING
As-Syauq (Rindu)
Spiritual2nd story of Zahra dan Abyan :) Deskripsi cerita menyusul yaa ;)