{33} Diary

4.8K 443 45
                                    

:: Diary ::

***

Minggu, 15 Oktober 4.00 pm. Ruang kerja Alan.

Ada masanya dimana seseorang tidak lagi menemukan titik terang atas masalahnya, ada masanya dimana seseorang hampir putus asa atas hidupnya, ada masanya dimana seseorang merasakan kelelahan yang teramat dan tidak berkesudahan.

Alan memijat keningnya kala pusing melanda kepalanya, matanya terpejam dan terbuka kembali kemudian menampar pipinya sendiri agar ia sadar. Organ-organ tubuhnya sedang berdemo di dalam dirinya, mereka minta istirahat. Hampir 48 jam non stop Alan tidak merasakan hangatnya kasur.

Pagi hingga siang ia disibukkan dengan tugas-tugas kampusnya, ketika pulang ia masih harus mengontrol perusahaan ayahnya yang sudah jatuh ke tangan orang terpercaya, malamnya Alan tetap setia di dalam ruang kerjanya memikirkan teka-teki yang dibuat ayahnya.

Hingga akhirnya tubuh Alan tak mampu lagi menahan beban itu semua, dalam hitungan menit Alan terjatuh dari kursinya tak sadarkan diri.

***

"Alan kemana dah?" tanya Zave pada Ryn sedangkan Ryn hanya mengangkat kedua bahunya melanjutkan mencuci piring.

"Udah jam 7, dia terakhir di ruang kerjanya ya?" Aulion menanggapi.

"Aku check deh," Audrey meletakkan ponselnya dan berjalan menuju ruang kerja Alan, namun kakinya tersandung sesuatu saat hendak melangkah.

"Aw!" Audrey berusaha menyeimbangkan badannya agar tidak terjatuh. Tapi apa yang dilihatnya kini ketika menunduk sangat-sangat mengejutkan. Alan tergeletak mengenaskan diatas lantai.

"AH!" Audrey berteriak seraya membangunkan Alan. Sementara itu Zave, Aulion, dan Ryn berlari memasuki ruang kerja Alan dan sama-sama terkejut.

"Kita bawa ke rumah sakit ya." Aulion memerintah.

Zave dibantu Ryn memapah Alan sedangkan Audrey mendorong kursi roda Aulion sambil menyiapkan mobil.

Hampir satu jam mereka menunggu diluar, Alan hanya kelelahan dan dehidrasi. Mulai saat ini Alan harus bedrest agar cepat pulih. 

"Nggak lagi ya kak tidur malem-malem lagi! aku nggak suka!" sejak Alan siuman yang terdengar dari kamar itu hanyalah ocehan Ryn yang tidak habis-habis sedangkan Alan sibuk terpingkal di ranjangnya.

"Iya enggak lagi deh janji!" Alan menahan tawanya.

Alan sudah bisa pulang keesokan harinya asal ia benar-benar istirahat total untuk tiga sampai dua hari kedepan, suasana rumah masih sama. Sibuk di jam-jam tertentu dan kosong setelah itu.

Bukan Alan namanya kalau enggak keras kepala, seharusnya ia masih istirahat dan malas-malasan di kasur tapi kenyatannya ia siap dengan kemeja slim fit berwarna navy dengan celana bahan abu-abu.

"Heh bandel, mau kemana?" Aulion menahan langkah Alan di depan pintu.

"Aduh aku harus ke perusahaan ayah sekaraangg, ada meeting dan katanya butuh aku." Alan gelisah sambil melihat arloji yang melingkar manis di pergelangannya.

"Janji sebelum jam 4 udah sampe rumah?" tanya Zave ikut menghadang.

"Iya-iya aku janji. See you later!" Alan terbirit mengambil sepatu pantofelnya.

Alan menahan napas ketika relasi bisnis ayahnya mulai menandatangani kontrak kerjasama kemudian mengepalkan tangan di udara setelah itu berjabat tangan dengan senyum lebar.

QuintupletsWhere stories live. Discover now