2 - Cari Gawe

23.7K 1.7K 108
                                    

RIANA POV

Pukul sebelas malam lebih sepuluh, aku dan Beni masih menonton televisi. Duduk dalam diam, mungkin hanya Beni yang menonton, karena pikiranku berkelana tak tentu arah.

"Ri? Yee bengong!" Aku tersentak kaget karena tepukan di bahuku oleh Beni.

"Eh? Maaf, kenapa Ben?" Tanyaku.

"Gak, udah sana tidur gih, kurang istirahat lo,"

"Terus nanti kamu tidur di mana?" Tanyaku.

"Gue cowo elah, santai, bisa bareng dua kunyuk tadi, di sini juga gak apa. Tapi bagi bantal deh satu." Katanya.

Aku mengangguk,

Beni berdiri, ia berjalan menuju kamarnya, tak lama ia keluar dengan sebuah bantal dan selembar selimut berwarna biru tua.

"Udah sana masuk kamar, tidur. Kunci kamarnya dari dalem!" Katanya.

"Makasih Beni, nite-nite!" Kataku sambil berdiri.

"Yeah, nighty-night, Ri." Katanya sambil menenggak birnya.

⚪⚫⚪⚫⚪

Pukul enam pagi lebih empat puluh menit menurut jam dinding, aku terbangun dari tidurku. Menyadari kalau aku sudah tak di rumah. Tapi di tempat asing dengan orang asing yang menampungku.

Aku turun dari kasur, membuka selot kunci kamar lalu keluar. Bisa ku lihat kalau di ruang tengah, Beni, Kevin dan Didin tidur di karpet, ada kartu domino tersebar berantakan di karpet, juga beberapa botol bir dan kaleng soda.

Aku menarik nafas sebentar lalu berbalik menuju kamar mandi, aku membasuh mukaku dengan air dingin, menyegarkan.

Begitu aku membuka pintu kamar mandi, sudah ada Beni di depan.

"Awas-awas, kebelet pipis!" Serunya, aku menyingkir dan dia langsung masuk ke kamar mandi secepat kilat.

Aku kembali, berjalan ke arah kamar yang semalam kutempati, duduk di atas kasur. Tak lama, Beni melintas dan berdiri di ambang pintu.

"Kenapa bengong?" Tanyanya.

Aku menggeleng.

"Temenin beli uduk yuk!" Ajaknya. Aku mengangguk dan berjalan menghampirnya.

Melewati Didin dan Kevin yang sedang tertidur, kami pelan-pelan melangkah dan keluar dari rumah. Udara sejuk kota ini menyapa lembut wajahku, mengingatkan aku pada kota asalku. Agak sedikit miris hati ini mengingat-ingat kota tersebut.

"Ayok Ri, nih pake sendal Didin aja dulu. Ke ujung doang, kita jalan ya?" Katanya.

"Iya."

"Kenapa sih Ri, irit ngomong banget?" Tanyanya.

Aku hanya tersenyum. Aku diam karena aku sibuk berbincang dengan kepalaku sendiri.

"Kamu kenapa baik? Mau ngasih tempat buat nginep?" Tanyaku, kami berjalan berdua ke arah kemarin tempat turun angkot.

"Baik sama orang itu gak butuh alesan kali."

"Harusnya, tapi jaman sekarang kan gak gitu."

"Haha berarti gue gak cocok ya jadi kids jaman now? Cocoknya jadi kid jaman baheula!" Sahutnya, membuatku tertawa.

"Udah lama kamu sama Didin dan Kevin tinggal?" Tanyaku.

"Yaps, kita beda jurusan semua. Gue psikologi, Kevin Farmasi, Didin Management, ketemu pas ospek. Sama-sama cari tempat tinggal, eh yaudah deh." Jelasnya.

KISAH TANPA CERITA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang