4

111K 4.8K 14
                                    

Suara ketukan pada pintu kamar membuat Elena terbangun dari tidurnya. Langit sudah mulai gelap, itu tandanya ia sudah tertidur cukup lama.

"Nona Elena," sapa Bibi saat Elena membuka pintu kamarnya. "Makan malam sudah siap. Tuan Kynnan menunggumu di ruang makan."

"Oh," Elena melirik jam yang tergantung di dinding kamarnya, sudah pukul tujuh malam. "Sepuluh menit lagi aku akan ke ruang makan."

"Baiklah, nona."

"Terimakasih."

Elena menutup pintu kamarnya dan kembali duduk di tepi tempat tidur berusaha untuk mengumpulkan kembali kesadarannya. Setelah Elena merasa seluruh kesadarannya sudah kembali, ia bangkit lalu memilih untuk hanya mengganti pakaiannya sekarang dan mandi setelah makan malam selesai. Sebuah gaun santai selutut ia ambil dari dalam tas dan langsung memakainya. Dengan sekali gerakan Elena menguncir rambutnya dan siap untuk makan malam.

Rumah baru Elena yang tidak terlalu besar ini menguntungkan baginya karena ia tidak harus berkeliling dahulu untuk menemukan dimana ruang makan berada. Kynnan terlihat sudah duduk di kursi yang berada di salah satu sisi meja sembari menelepon. Saat ia melihat Elena memasuki ruang makan, segera Kynnan memutus hubungan teleponnya dan bersiap untuk makan malam.

"Sepertinya kau mulai nyaman berada disini." Kata Kynnan lalu meraih cangkir yang berisi teh hangat dihadapannya.

"Maaf," hanya itu yang keluar dari mulut Elena.

"Kau tidak perlu minta maaf," kata Kynnan seraya tersenyum. "Duduklah."

Elena duduk di kursi yang berada disisi yang berseberangan dengan Kynnan. Bibi menghidangkan semangkuk sup jangung yang masih hangat serta segelas air untuk Elena.

"Semoga kau suka dengan makanannya." Kata Kynnan.

"Sebelum mencicipinya sudah dapat kupastikan aku menyukainya. Sup jagung adalah makanan kesukaanku." Kata Elena bersemangat.

Kynnan mengangguk. "Selesai makan, baru kita akan membicarakan beberapa hal yang harus kau ketahui."

Elena mengangguk tanda ia mengerti lalu mulai menikmati sup jagungnya. Bagi Elena, adopsi bukanlah hal yang buruk apabila seluruh calon pengadopsi sebaik Kynnan. Seluruh anak panti yang sebelumnya bersedih karena ditinggalkan orangtua dengan berbagai alasan, akan dapat kembali memulai hari baru dengan kebahagiaan.

"Kau sudah selesai, Elena?" tanya Kynnan sembari membersikan bibirnya dengan tisu.

"Ya, aku sudah selesai," jawab Elena.

Anggukan kepala Kynnan seperti sebuah perintah untuk Bibi. Ia segera mengambil mangkuk dan gelas kosong dihadapan Kynnan dan Elena dan menggantinya dengan selembar kertas berisi beberapa poin yang belum Elena pahami.

"Apa ini, Kynnan?" tanya Elena tidak mengerti.

"Perjanjian," jawab Kynnan singkat. "Tujuanku mengadopsimu adalah untuk menikah."

"Me-menikah?" Kynnan mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Elena. "Apa kau bersungguh-sungguh?"

"Ya, namun pernikahan ini hanya akan berjalan selama dua tahun. Selama itu pula kita akan menjalin hubungan sebagai suami dan istri yang sah dimata hukum dan agama. Kau boleh melakukan apapun yang kau inginkan namun harus tetap menuruti apa yang tertulis dalam perjanjian itu," Kynnan berhenti sebentar untuk memastikan Elena mengeti apa yang ia ucapkan. "Setelah dua tahun, kita akan bercerai dan akan menjalani kehidupan seperti biasanya. Kau boleh tetap tinggal disini atau kembali ke panti asuhan tempat kau berasal, itu semua terserah padamu."

Elena terdiam sejenak. Penyelidikannya sore tadi saat di panti menberikan hasil yang salah. Kynnan bukanlah seseorang yang sudah menikah dan belum memiliki anak, melainkan ia mengadopsinya justru karena ingin menikah. Sejauh ini Elena belum pernah berpikir bahwa ia akan menikah secepat ini. Elena merasa ia belum pantas untuk menikah, mengingat dirinya masih sangat muda; duapuluh dua tahun.

KylenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang