9

84.4K 3.7K 35
                                    

Satu tahun tujuh bulan kemudian...

Secangkir teh menjadi teman mengobrol Elena dan Savannah sore ini. Sudah kali ketiga Elena mengunjungi panti setelah ia menikah dengan Kynnan. Sambutan seluruh anak panti saat tahu Elena datang membuat perasaannya sangat bahagia; mereka semua berlarian dan berebut untuk memeluknya. Sekarang, mereka semua sedang bermain bersama di taman dengan mainan yang Elena berikan.

"Jadi, bagaimana kehidupanmu sekarang? Kau belum sempat cerita setiap kali berkunjung kesini," kata Savannah sembari duduk di kursi tepat disebelah Elena. "Ah, tapi aku yakin kau bahagia hidup bersama Kynnan."

Elena memainkan cincin pernikahannya dengan Kynnan sembari menatap para anak panti yang sangat bahagia bermain di taman. "Entahlah, Bunda. Perasaanku campur aduk setelah menikah."

"Itu hal yang wajar, Elena. Kehidupanmu akan berubah setelah menikah, itu yang membuat perasaanmu campur aduk. Karena kau memiliki tanggung jawab baru dihidupmu."

Elena menjawabnya dengan senyum. Memang benar, setelah menikah makan seseorang akan memiliki tanggung jawab baru. Namun keyakinan Savannah bahwa Elena bahagia setelah menikah dengan Kynnan itu salah besar. Kenyataannya adalah Elena tidak bahagia dengan kehidupannya. Bahkan, Elena baru bisa keluar tiga bulan belakangan ini setelah Kynnan memberinya ponsel dengan hanya ada nomor Kynnan didalamnya—itupun melalui Bibi yang memberikannya.

"Bagaimana kabar Austin? Apa dia pernah datang kemari setelah aku pergi?" tanya Elena mengalihkan pembicaraan.

"Austin sempat kemari setelah kau diadopsi. Dia terlihat sedih karena tidak bisa bertemu denganmu sebelum kau pergi," kata Savannah. "dihari Austin wisuda pun ia datang kesini masih lengkap dengan toga yang ia pakai. Austin sangat berharap bisa bertemu denganmu lagi."

"Kenapa tidak kau berikan alamatku padanya?"

"Kynnan tidak memperbolehkan aku memberikan alamatnya kepada sembarang orang, Elena. Itu alasannya mengapa aku tidak memberikannya pada Austin."

"Sudah kuduga," kata Elena. "Aku pamit, Bunda. Lebih baik aku sudah berada di rumah sebelum Kynnan pulang. Sampai bertemu lagi."

Savannah memeluk Elena singkat lalu mengantarnya hingga ia masuk ke mobil. "Sampai jumpa."

Mobil yang Elena gunakan mulai meninggalkan lingkungan panti. Sepanjang perjalanan ia hanya menatap keluar jendela, dengan pikirannya yang terbang entah kemana.

***

Tepat satu bulan setelah mereka berdua menikah, Kynnan pergi untuk mengurus perusahaannya. Jarang sekali Elena melihatnya berada di rumah, bahkan hampir tidak pernah. Elena pun tetap tidak diperbolehkan melakukan seluruh pekerjaan rumah. Dengan mudahnya pula Kynnan menambah satu poin dalam perjanjian yang telah ditandatangani oleh Elena; tidak boleh keluar rumah selama satu bulan setelah menikah. Namun hari ini, poin terakhir yang Kynnan buat sudah tidak berlaku lagi.

Elena sangat bersemangat bersiap untuk menjalani hari barunya. Setelah ia selesai berpakaian, Elena mencari Bibi agar ia bisa menghubungi Kynnan.

"Apa kau bisa menghubungi Kynnan, Bibi? Aku ingin pergi ke panti." kata Elena dengan mata berbinar menatap Bibi.

"Maaf, Nyonya, tapi saya tidak bisa melakukannya." Kata Bibi.

"Kenapa?"

"Saya hanya bisa menghubungi Tuan Kynnan saat keadaan darurat saja."

"Ini darurat, Bibi."

"Maafkan saya, Nyonya."

Tanpa menjawabnya lagi Elena pergi meninggalkan Bibi yang sedang menyiram tanaman. Elena kembali masuk ke kamar dan membanting tubuhnya diatas tempat tidur. Ia merasa Kynnan sengaja membuat perjanjian dimana Elena harus meminta izin padanya apabila ingin keluar dari rumah hanya untuk hitam diatas putih belaka. Apabila Kynnan tidak sengaja membuatnya, mengapa Elena tidak diberikan ponsel agar bisa meminta izin langsung padanya? Hal tersebut membuat Elena semakin yakin kalau Kynnan melakukan hal ini agar Elena tidak keluar dari rumah.

KylenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang