3 - Marah?

19.7K 1.7K 149
                                    

Sepulang dari kantor, Sowon senang Jin meluangkan waktunya untuk mengajak wanita itu keluar. Jij bilang, ada pameran seni di pusat kota dan sedang ramai dibicarakan orang-orang.

Jin menggenggam tangan istrinya, mengajak Sowon berjalan melihat-lihat lukisan di sini. Sowon bahagia jika Jin dalam kondisi baik seperti ini, dia memperlakukan Sowon dengan lembut dan membuat wanita itu merasa nyaman berada di sampingnya.

"Ini bagus ya, Jin. Keren banget." Sowon menunjuk salah satu lukisan dengan tema penduduk desa. Jin ikut menatap lukisan itu, kemudian menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

"Kau suka?"

Sowon mengangguk mendengar apa yang Jin katakan. "Bisakah kau mengambil gambarku dengan lukisan ini?"

"Tentu saja."

Mendengar Jin tidak keberatan, Sowon mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan menyerahkan ponsel itu pada suaminya. Setelah itu, dia mulai berpose di samping lukisan dan membiarkan Jin mengabadikan momen ini.

"Kau cantik," puji Jin ketika Sowon kembali mendekat ke arahnya, melihat hasil jepretan lelaki itu.

"Terimakasih. Kau ingin berfoto juga?"

Jin menggeleng, kembali menggenggam tangan istrinya dan melanjutkan perjalanan mereka untuk melihat lukisan-lukisan yang lain.

***

Pintu kamar terbuka, menampakkan sosok wanita setengah baya yang melongokkan kepala ke dalam kamar dan mendapati anak perempuannya tengah duduk di atas tempat tidur, mengetik skripsi sambil mendengarkan musik melalui headset.

Sowon melepas sebelah headset dan reflek bertanya pada orang yang kini berjalan mendekat ke arahnya. "Ada apa, Bu?"

"Ada yang mencarimu, di bawah."

"Siapa? Eunha? Sinbi? Yuju? Yerin? Atau Umji?" Ya, Sowon menyebutkan semua teman yang dia punya karena hanya mereka yang tahu rumah Sowon dari jaman SMA. Selebihnya, tak ada lagi yang tahu rumahnya.

"Bukan, dia laki-laki."

"Apa?" Sowon kaget, tentu saja. Di sekolah dulu, dia bukanlah orang yang mudah bergaul dengan laki-laki dan tidak punya teman laki-laki selain Jungkook, pacar Eunha yang sekarang sudah menjadi suaminya. Di tempat kuliah Sowon juga hanya akrab saat ada kerja kelompok, selebihnya dia tidak tertarik dekat dengan mereka. "Siapa namanya?"

"Jin." Yang pertama kali terlintas di benak Sowon adalah, sosok hantu mengerikan berbadan tinggi besar. Namun khayalannya ditepis oleh lanjutan perkataan Ibu. "Dia bukan hantu, kau jangan berpikir aneh-aneh."

Gadis itu menghela napas dan meninggalkan tempat tidur, berjalan menghampiri orang yang dibilang ibu adalah Jin berparas tampan.

Saat Sowon melihat orang yang bernama Jin di ruang tamu, dia teringat kejadian di halte seminggu lalu. Dia kan ...

"Hai, aku Jin," ucapnya dengan lembut. Dia berdiri, menyodorkan tangan pada Sowon saat dia memperkenalkan diri.

Gadis itu sempat terpana beberapa detik sebelum akhirnya membalas jabatan tangan Jin. "Aku yakin kau masih ingat namaku."

Dia mengangguk. Saat dia merasa tangannya tersengat aliran listrik ketika bersentuhan dengan Jin, buru-buru Sowon melepas genggaman tangan besar dan nyaman milik lelaki itu. "Ah, oh iya. Omong-omong, bagaimana kau bisa tahu di mana rumahku?"

Jin kembali duduk, sempat diam menatap gadis itu sebelum akhirnya bersuara. "Aku mendapatkannya dari seseorang. Sudahlah, itu tidak terlalu penting untuk dibahas."

Sowon yang saat itu tidak merasa curiga, memaklumi saja alasannya. Sowon berpikir, mungkin dia mencari tahu tentangnya dan mendapatkan alamat dari salah satu teman Sowon. Mungkin saja dari Yuju atau Sinbi karena mereka satu kampus dengan gadis itu.

Obsesif [Jin-Sowon] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang