14 - Bohong

9.3K 1.1K 162
                                    

"Suamimu belum turun, apa dia masih tidur?" tanya sang ibu ketika Sowon kini berada di dapur dan melihat ibunya tengah membuat kue ulang tahun.

"Sudah bangun, Bu. Dia sedang mandi. Jadi aku ke sini karena ingin menyiapkan makan untuknya." Sowon membuka kulkas dan melihat beberapa potong ikan yang sudah dibumbui di sana.

Tadi, Sowon berpesan agar ibunya menyisakan beberapa potong ikan yang sudah dibumbui karena perempuan itu akan menggorengnya bila Jin sudah mau makan. Suaminya itu lebih suka bila makan dalam keadaan makanannya masih hangat.

Sowon menuang minyak ke wajan secukupnya, kemudian menyalakan kompor dan menunggu sampai minyak panas. Setelah itu, dia memasukkan dua potong ikan ke dalam wajan.

"Itu kue pesanan lagi, Bu?" tanya Sowon ketika ibunya mengambil black forest dari dalam oven kemudian menaruhnya ke meja.

"Iya. Shin Hye pesan untuk acara ulang tahun anaknya yang kedua tahun," kata sang ibu. Shin Hye adalah anak tetangga yang umurnya sebaya dengan Sowon, dulu mereka juga sering main bersama namun sejarang tidak karena Shin Hye dan Sowon sama-sama ikut dengan suami mereka ke luar kota. "Shin Hye pernah bertanya pada ibu apakah ibu sudah punya cucu atau belum. Ibu bilang belum, rasanya sedih lihat teman-teman ibu sudah bisa merasakan menggendong dan foto bersama cucu mereka."

'Lagi-lagi bahas masalah anak,' batin Sowon dalam hati. Dia memilih sok sibuk menggoreng ikan, padahal dia sedang menghindari obrolan dengan topik sensitif ini.

"Sowon?"

"Iya, Bu?"

"Nanti kalau cucu ibu ulang tahun seperti ini, ibu akan buatkan kue yang paling enak untuk dia." Ibunya Sowon tersenyum, membayangkan dia punya cucu dan dia membuatkan kue ulang tahun untuk cucu kecilnya. Pasti menyenangkan sekali.

Sowon yang mendengar itu, tersenyum tipis dan kembali membuka tutup wajan, menilik untuk memastikan ikannya sudah matang atau belum dengan posisi membelakangi sang ibu. "Iya, Bu," jawab Sowon seadanya.

"Kau dan Jin sudah periksa ke dokter?"

"Periksa apa?"

"Soal kesuburan kalian." Wanita setengah baya yang kini sibuk menghias kue, menatap anak sulungnya sekilas. "Kalian kan sudah setahun menikah tapi belum dikaruniai anak. Coba, periksa ke dokter untuk memastikan kalian baik-baik saja."

"Tidak ada yang perlu diperiksa, Bu." Sowon mematikan kompor ketika ikannya sudah matang, lalu meniriskan ikan itu agar minyaknya tidak menetes ke mana-mana. "Aku dan Jin itu sehat, namun kami memang belum dipercaya untuk punya anak oleh Tuhan. Nanti bila sudah waktunya, percayalah aku pasti akan memberikan cucu untuk ibu."

Mendengar anaknya bicara begitu, ibu Sowon kini benar-benar menghentikan aktivitasnya. "Apa ibu membuatmu bersedih? Maafkan ibu. Ibu tidak akan menyinggung masalah anak lagi jika sedang bicara denganmu, Sowon."

Sowon menghampiri sang ibu kemudian memeluk wanita yang lebih pendek darinya, dari belakang. "Tidak apa-apa, Bu. Aku tahu ibu sedih karena aku tidak seperti mereka. Aku tahu ibu mengkhawatirkan keadaanku karena belum punya anak padahal teman-temanku sudah. Tapi, bukankah ibu yang bilang sendiri jika mempunyai anak adalah tanggung jawab yang besar?" ucap wanita yang kini menaruh dagunya di bahu si ibu.

"Iya, Nak. Ibu pernah bilang seperti itu padamu."

"Itu sebabnya, aku ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum aku menyandang status sebagai seorang ibu. Aku ingin ketika anakku lahir, aku bisa menjadi ibu yang baik dan cerdas untuk mereka. Mengasuh mereka sepenuh hati, mengajari mereka tentang hal-hal baru, menahan emosi ketika sedang marah agar mereka tidak ketakutan dan aku masih belajar mengenai itu semua. Intinya, untuk saat ini aku masih belum siap untuk menjadi ibu karena aku takut tidak bisa merawat mereka dengan baik. Aku tidak ingin mereka menyesal karena mempunyai ibu sepertiku, Bu," jelas Sowon dengan lirih.

Obsesif [Jin-Sowon] ✔Where stories live. Discover now