20 - Trauma

10K 1K 173
                                    

"Hai, Sowon. Aku senang bisa bertemu denganmu di sini." Tanpa menghiraukan raut wajah Jin, Namjoon masih menampakkan senyum manisnya. "Kau bilang akan menungguku di kafe kemarin, namun kenapa saat aku ke sana kau tidak ada? Ponselmu tidak aktif walau kuhubungi berkali-kali."

Jin makin merangkul pinggang Sowon dengan erat dan tanpa sadar meremasnya.

"Maafkan aku. Kemarin ponselku jatuh lalu mati total." Sowon tersenyum tipis ke arah Namjoon. "Oh iya, perkenalkan. Ini Jin suamiku. Jin, perkenalkan ini Namjoon, teman kuliahku dulu."

Namjoon mengulurkan tangan lebih dulu yang dibalas jabatan kaku dan tatapan tajam Jin.

"Aku Namjoon."

"Jin," jawab lelaki jangkung itu singkat dan langsung melepas jabatan mereka.

Daritadi, Sowon selalu curi-curi pandang ke arah Jin. Takut lelaki itu tiba-tiba meledak emosinya dan membuat keributan.

"Selamat ya atas pernikahanmu dengan Sowon, Jin. Maaf waktu itu aku tidak bisa hadir di acara pernikahan kalian. Karena jika aku hadir, pasti aku yang akan menjadi pengantin prianya, bukan kau." Namjoon dengan santai bicara begitu pada Jin, sementara Sowon sudah was-was duluan. "Sejujurnya aku masih belum rela melepaskan dia tapi ...."

"Aduh." Sowon pura-pura terhuyung ke belakang sambil memegangi kepalanya. Membuat Jin yang tengah merangkul sang istri langsung menanyakan apa yang terjadi. "Kepalaku sakit lagi, sepertinya aku harus istirahat di rumah," jawab Sowon sambil meringis bohongan, memasang tampang memelas agar Jin percaya.

"Kau sedang sakit?" tanya Namjoon, dibalas anggukan Sowon.

"Kalau begitu, kami duluan," kata Jin, setelahnya langsung membopong tubuh Sowon dan menyuruh wanita itu masuk ke dalam mobil.

"Jadi dia adalah selingkuhanmu?" ucap Jin setelah dia mengendarai mobil menjauh dari tempat itu.

"Selingkuhan apa? Sudah kubilang dia hanya teman kuliah."

"Jauhi dia. Aku tidak suka kau melakukan interaksi sekecil apapun dengan laki-laki itu," Jin berucap dengan raut wajah tanpa ekspresi. "Jika sampai kau bertemu dia lagi, aku akan memberi perhitungan pada kalian berdua."

"Bisakah kau tidak mencurigaiku?" Sowon menghela napas lelah. "Aku tidak mungkin punya waktu bertemu dengan dia karena kau bahkan tidak memperbolehkan aku keluar tanpa izinmu."

"Baguslah kalau begitu." Lelaki itu mengangguk. "Tetaplah berada di rumah, karena di luar sana banyak orang-orang jahat yang mungkin akan menyakitimu atau membuatmu berpaling dariku. Aku tidak mau kehilanganmu."

***

Hari-hari berikutnya, semua berjalan seperti biasa. Meski Jin terkadang masih curiga pada istrinya sendiri dan bertindak over protektif, setidaknya dia sudah bisa mengendalikan emosi.

Sowon selalu memotivasi Jin agar bisa menahan diri untuk mempercepat proses penyembuhannya. Selain itu, Sowon juga menyuruh Jin melakukan olahraga teratur, memasak lebih banyak makanan bergizi untuk sang suami, dan melakukan hal-hal yang membuat Jin sibuk dan lupa akan sakitnya.

Sowon masih setia menemani setiap kali Jin pergi ke psikiater, kemudian Jin akan mengajak Sowon jalan-jalan sebagai hadiah karena sudah menemaninya.

Jin yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih memakai handuk, menghampiri nakas samping tempat tidur ketika dia mendengar ponselnya berdering. Lelaki itu melihat siapa yang memanggilnya, kemudian mengangkat panggilan tersebut.

"Bagaimana? Apa kau sudah menemukan informasi mengenai para bedebah itu?" tanya Jin ketika anak buahnya menelpon Jin.

"Sudah, Tuan. Satu orang masih bekerja di kelab malam sebagai bodyguard, sementara dua lainnya sudah berhenti. Ada yang bekerja menjadi pemilik bengkel dan satu lagi menjadi bodyguard salah satu pejabat."

Obsesif [Jin-Sowon] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang