XVIII

1.7K 248 10
                                    

"Kookie, kita hampir sampai," bisik Namjoon di telinga Jungkook yang terlelap. Jungkook mengernyitkan matanya, merasa terusik dengan suara lembut di indra pendengarannya.

"Jungkookie?" panggil Namjoon sekali lagi. Nadanya tidak berubah, tetap lembut seperti semula. Namjoon menyentuh daun telinga Jungkook.

Suara Namjoon sudah familiar di telinganya. Ia tidak perlu melihat untuk mengetahui kalau itu adalah Namjoon, bahkan jika ia tidak sadar seperti sekarang.

"Hyung...," erang Jungkook. Ia menggapai tangan Namjoon yang menyentuh telinganya dan mendorongnya dengan pelan karena merasa terganggu. Namun, karena setengah sadar, tidak ada tenaga yang dikeluarkannya.

Namjoon tersenyum menahan gemas. Taehyung yang berdiri di sampingnya masih memegang ponselnya. Di layarnya terpampang hasil jepretannya yang diambil diam-diam selama Jungkook tertidur.

"Kookie, waktunya bangun," kata Namjoon dengan nada yang sedikit lebih keras.

Jungkook membuka matanya perlahan. Ia menatap wajah Namjoon dengan sayu. Senyuman kecil kakaknya menyambutnya hangat selepas ia terbangun dari lelapnya tidur.

Jungkook mengedipkan matanya berulang kali, berusaha memperoleh kesadaran penuh. Bus masih berjalan, tetapi lebih pelan. Jalan yang dilalui berkelok-kelok dan tidak rata. Sekilas Jungkook melihat pemandangan pegunungan dari jendela. Ia mengusap-usap matanya.

Namjoon terkekeh melihat rambut Jungkook yang acak-acakan. Ditatanya rambut itu hingga rapi kembali.

"Kita di mana?" tanya Jungkook setelah itu. Ia menatap sekeliling. Semua peserta acara terlihat bersemangat. Obrolan dan bisikan tidak berkurang dari saat mereka berangkat.

Bus bergoyang-goyang karena jalan semakin tidak rata dan semakin menanjak. Di kanan-kiri terlihat pepohonan hijau dan hutan, tak lupa jurang. Meskipun begitu, jalanan cukup lebar untuk bus yang tengah berjuang mendaki gunung tersebut.

"Kita sudah dekat dengan tempat penginapan. Persiapkan barang-barangmu dan pastikan tidak ada yang tertinggal," kata Namjoon. Jungkook mengangguk. Ia berdiri dari tempat duduknya dan mencoba meraih rak di atas tempat duduknya. Karena bus yang tak berhenti bergoyang-goyang, ia sedikit mengalami kesulitan. Jungkook terus mengulurkan tangannya untuk meraih sebuah ransel hitam di atas sana.

Tiba-tiba bus berguncang keras karena jalanan yang rusak parah. Jungkook terpelanting ke samping. Untung saja Namjoon langsung menangkapnya agar tidak jatuh membentur sisi kursi.

"Kookie, gwenchana?" tanya Namjoon. Namjoon mengambil ransel hitam itu dari rak dengan mudah dan menyerahkannya kepada Jungkook.

"Kalau kau kesulitan, mintalah bantuan," tutur Namjoon tersenyum. Diusapnya lembut surai Jungkook.

"Ne, hyung. Gomawo," jawab Jungkook agak malu.

Beberapa siswi berbisik-bisik tentang hubungan kakak-beradik yang tergolong imut itu.

Segera, pepohonan lebat yang berada di kiri-kanan jalan itu berkurang dan menampilkan pemandangan pegunungan hijau yang indah. Terlihat samar-samar kabut tipis yang menutupi pegunungan itu. Pepohonan cemara menjulang, seolah-olah menonjolkan dirinya di antara pepohonan lainnya. Langit biru berawan terlihat serasi dengan hijaunya hutan.

Jungkook ternganga lebar melihat bentangan alam menakjubkan di depan matanya. Secara reflek ia berseru terkagum, "Whoaa!". Namjoon menoleh ke arahnya. Ia menghela napas memandangi wajah adiknya yang terkesan. Saat ini Jungkook terlihat seperti seorang anak kecil yang polos yang baru saja melihat sesuatu yang mengagumkan baginya.

Taehyung juga tenggelam dalam indahnya pemandangan yang sebagian besar waktu disembunyikan oleh hutan di kiri-kanan jalan. Ia memotret panorama elok yang tersaji bagi netranya. Mungkin sekarang galeri ponselnya penuh dengan foto-foto pegunungan.

Goodbye, HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang