Bab - 18

31.3K 789 26
                                    

"Jadi, kalian serius?" Tanya Ayah lebih serius di depan kita berdua. Aku sama Kent memberanikan diri buat ngomong langsung sama Ayah perihal pernikahan kita berdua. Bukan Kent takut, hanya saja mencari waktu yang tepat buat minta ijin nikahin aku.

"Serius, Om. Saya sudah siap seratus persen buat meminang Tata." Jawabnya mantap sekali.

Woww ... Keren sekali calon suamiku ini. Maskulin, seksi dan beribawa. Aku jadi suka dia yang kaya gini, bukan yang Lebay.

"Tapi kelihatannya Nana yang belum siap ya?" Celetuk Ibu nyengir kearahku.

Ini apa? Kenapa? Kok Ibu berubah haluan gini? Bukannya dari dulu dia yang paling mendukung hubunganku. Sekarang? Pecah nih koalisi.

"Tata, belum siap?" Kent menoleh kearahku dengan wajahnya yany keliatan sedih dan terluka. Aku nggak tega liatnya. Huwaaaa ... Cup ..
Cup ... Cup. Kekenku, pujaan hati neng.

"Gimana?" Tanya Ayah memecah kebisuan diantara kita.

Tarik napas "Aku siap, kok!"

"Kalau begini terpaksa kasih ijin kalian buat menikah" Ucap Ayah kaku. "Tapi tunggu Tata masuk kuliah atau setidaknya sampai ulangtahunnya ke-19."

Itu berarti 2 tahun lagi aku bisa nikah sama Kent. Nggak jamin aku bisa aman sampai 2 tahun kalau pasanganku mesumnya nggak ketulungan kayak Om Kent.

"Iya, Om." Jawab Kent teguh.

/


"Ra, bentar lagi aku nikah lho ... Bisa bebas ena-ena. Eh, jangan lupa ngado ya?" Aku baru aja selesai mengurus semua masalah di sekolah, tinggal menunggu pembagian Ijasah aja. Lulus deh dan jadi orang dewasa. Enaknya nggak usah bangun pagi lagi.

"Lah, emang belum ya ena-ena? Ku kira kau sudah melakukan nya di mobil." Tuduh Maura memainkan sendok baso yang sudah habis isi mangkuk nya.

"Maura koplok!!!" Cicitku.

"Hahaha ... Ya udah mau apa kado nya?"

"Aku pengen tas yang yang ada tangan G-Dragon aja, gampang dan nggak mahal kok" Suer deh, aku ke pengen banget tas itu. Andai saja waktu itu nggak sakit pasti sudah kudapatkan tas itu.

"Weh ... Enak saja." Dia meleletkan lidahnya kearahku.

"Ya ampun, Ra. Sekali-kali baik kek ama sahabat sendiri" Celetusku.

"Kurang baik apa coba aku? Aku udah mau downlotin semua drama pesanan kamu. Sekarang giliran Nana yang harus nurutin permintaanku!" Harus ku akui Maura emang baik banget dari dulu. Salah satu sahabat terbaikku.

"Aku kasih Tas itu. Asal tunda nikahnya!" Ancam Maura.

Jleb ... Ini tidak lucu sama sekali. Kenapa sih dia?

"Apa sih, gak nyambung Maura."

"Sambungin aja pake tali BH. Aku nggak rela kamu nikah duluan dari aku ih, aku pengen kita bisa bareng nikahnya terus pas malam pertama juga barengin aja. Itu juga kalau kamu belum jebol sih ... " Ini dia hal tergila yang di katakan Maura selama aku menjadi sahabatnya.

Benar-benar KAMPRETTT!!!

"Situ stress ya? Kurang asupan garam beryodium ya?" Aku mendelik sebel. Emang ada malam pertama barengan gitu? Kenapa nggak sekalian rekam terus liatin di ruang tamu keluarga besar.

"Bukan stress, Na. Tapi gila, kenapa mesti kamu yang duluan nikah sih? Aku khawatir kita nggak bisa kumpul bareng lagi kaya sekarang. Padahal Nana sahabat terbaikku selama aku idup di muka bumi ini."

Uch ... Terharu aku dengernya.

"Dosol ih kamu mah. Kita masih bisa kaya gini terus atuh, gossip bareng, jalan bareng lagian kita kuliah bareng juga."

"Jadi mana Tas nya?" Tanyaku tersenyum. Belum tau ya kalau aku nikah nya juga masih lama. Wkwkwkwkw .... Bodoh ah, yang penting aku dapat tas.

"Iya ku kasih kok." Aku langsung memeluk Maura senang. "Makasih Maura sayangku."

"Btw, Nara belum ada lamar-lamaran ya?"

"Preet, jangankan bahas lamaran. Aku ngomong-ngomong soal nikahan sepupuku juga dia malah cuek nggak nanggepin. Why, Na? Aku harus gimana nih?"

"Aku punya ide, Ra."

"Apa coba?"

"Sekarang kan lagi musim kawin nih kalau pengen cepet harus hamil duluan. Nah tiru aja tuh, kamu buruan hamil dan Nara pasti langsung nikahin."

"Gelo banget sih idemu!!!" Maura menjitak kepala ku. Ini anak udah di kasih Ide cermelang gitu malah jitak kepala.

"Itu mah situ kali ya? Btw, jangan-jangan sudah isi ya?" Tuh kan ini mah, dia suka ngelantur kemana aja.

"Sorry ya, aku masih di segel yang bawah mah. Namun yang lain mah udah Second." Cekikikan

"Sama dong, Na. Enak bagian mana pas di mainin sama Kent? Aku mah dada ... Beuhhh ... Na. Bibir sama lidahnya Nara ngambil kursus kayanya ... dia bisa bikin aku gemetar dalam setiap sentuhannya." Panjang lebar Maura menerangkan sambil menghayati matanya meren melek.

Aku sering main mesum sama Kent tapi nggak berani ngomongin di publik kaya Maura. Jijay rasanya!!!

"Jijik. Maura!" Ku dorong kepalanya hingga membentur meja.

"Woy ... Sakit tau. Lagian jaim banget sih? Padahal yang paling doyan maen" Itu tuyul kenapa mesti teriak-teriak juga. Kan orang-orang nyangka aku suka maenin apa coba?

"Makannya jangan bahas gituan ih." Rengekku. "Duluan ya, udah di tunggu yayang di depan gerbang."

"NAJISUN!" Teriak Maura menggelegar di kantin sekolah.

Melangkah keluar gerbang sekolah aku sudah melihat motor gede yang kutahu punya Kent. Dia bertengger di atas motornya dengan gagah berani. Hot banget. Jaket kulit hitam, jeans belel, sepatu boot kulit dan kacamata hitam yang terpasang sempurna di atas hidung mancungnya.

"Sayang, ayo naik" Pintanya memberikan helm padaku yang sudah berdiri didekatnya.

"Kemana Om?" Aku ragu.

"Ke Bandung, aku pengen ke Punclut nih"

Punclut? Iya tahu. Aku pernah kesana sama Kak Alana dan Kak Ghea. Tempatnya romantis kalau malam-malam. Makan di warung-warung yang berjajar di sepanjang jalan.

"Nggak kejauhan, Om?"

"Nggaklah, kalau nanti kemalaman juga kita bisa nginep di hotel terus ... Cipokan." Sabar Na. Dia memang gitu.

"Aku minta ijin dulu sama orang rumah" Sebelum mengambil hapeku Kent sudah memotong.

"Udah. Semua perijininan udah beres kok sekarang tinggal berangkat." Kent langsung memakaikan helm pada kepalaku. "Aku juga udah bawa baju ganti buat sayangku."

Perjalanan ke daerah Punclut memakan waktu yang lumayan. Bokong sama pinggang ku pegel dan panas selama duduk di atas motor gedenya.

"Om, mampir dulu ke Minimarket. Beli minum nih." Aku setengah berteriak dari belakang.

Kent berhenti di depan sebuah Minimarket. Saat turun dari Motor gede nya bagian pinggang ke bawah mati rasa. Nggak bisa gerak."Om, bantuin aku?" Pintaku.

Untung saja parkiran lagi sepi, malu dong kalau sampai ada yang liat.

"Bentar Ayang," Setelah menaruh helm di atas motornya, Kent mendekat. Dan tiba-tiba aku merasa pantatku di elus beberapa kali dan di pukul cukup keras.

"Gimana?" Tanyanya cengengesan.

Blank.

"Itu cara yang ampun kan?"

"Au ah ... " Aku berjalan tergopoh-gopoh masih merasa sakit di beberapa bagian tubuh bawahku.

"Na, sekalian beli Kondom ya?" Tanya Kent yang sudah merangkulku.

Kondom? Buat apa emang.

"Ya jaga-jaga aja, siapa tahu kita butuh pas disana. Aku nggak mau ngeluarin sperma superku di luar, aku pengen di dalam Nana yang hangat dan sempit" Bisik nya menggigit daun telinga ku.

Apa aku nggak salah dengar? Ini terlalu berat untuk ku hadapi di saat umurku yang bakal menginjak delapan belas tahun dalam beberapa bulan lagi.

"Beli ya?" Pintanya menunduk, mencium sisi telingaku.

"Ngakkkkk!"

Kentara DimasWhere stories live. Discover now