Part 13 : Hari Minggu Kita

8.6K 630 8
                                    

Tak sampai 30 detik Mikaela langsung mengirimi Daffa dimana lokasi rumahnya setelah membaca pesan itu. Ia meletakan asal ponselnya yang sudah belepotan dengan bubuk tepung di atas meja.

"Yaaaayyy"

Mikaela meluapkan rasa gembiranya dengan berteriak histeris. Bi Salma sampai harus menutup telinga melihat gadis cantik itu tiba-tiba memekik kegirangan sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang baru dibelikan boneka Barbie oleh ayahnya.

"Kenapa sih non? Kok heboh begitu." Tanya bi Salma terheran-heran.

"Daffa mau kesini bi, nanti mau jemput Mika." jawab Mikaela sambil menggoncang-goncangkan bahu bi Salma.

Bi Salma hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat Mikaela yang tidak dapat menutupi rasa bahagianya itu.

"Aku mau cepet-cepet selesaiin masaknya bi, biar dia cepet dateng, udah kangen banget ni." Mikaela bersenandung riang sambil terus sibuk dengan masakannya.

Nananana~

Nanana..na..

Nana..na..na..

Na..na..na.....na.....

Na........

.....Mikaela meletakan sendok penggorengan yang ia pegang, dengan perlahan menghentikan irama musik yang sedang ia senandungkan. Dia ingat satu hal. Lagi. Untuk apa Daffa meminta lokasi rumahnya? Bukankah Daffa sudah tau dimana rumahnya?

Mikaela menggelengkan kepala, melenyapkan seluruh pikiran negatif dari dalam otaknya dan melanjutkan menggoreng ayam yang sudah ia lumuri dengan telur dan tepung itu.

Dalam pikiran Mikaela sekarang adalah Daffa yang dengan tega sudah melupakan rumahnya. Nanti Mika akan tanyakan itu kalau dia ingat.

.

Jam sudah menunjukan pukul setengah satu. Darren masuk ke kamar dan mengganti boxernya dengan jeans hitam, mengambil jaket kulit warna coklat gelap yang tergantung di lemari lalu menyambar kunci mobilnya.

Jika dilihat dari lokasi yang sudah dikirimkan Mika, rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah Darren. Beda cerita jika cowok itu terjebak macet nantinya, pasti akan memakan waktu yang lama.

"Mau kemana?" Tanya Rendy ketika melihat Darren turun dari tangga dalam keadaan rapih.

"Gue ada perlu bentar."

"Kemana?"

"Penting?"

"Elah..tinggal jawab--"

"Bi Inah udah masakin makan siang, nanti makan aja, kalau mau lanjut maen game lanjutin aja, kalau mau tidur langsung aja ke kamar gue. Anggep aja rumah sendiri."

Billy hanya mengacungkan ibu jarinya masih sambil sibuk memilih-milih game yang ingin ia mainkan. Sedangkan Rendy mengumpat-umpat karena tidak juga mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

Darren memakai jaketnya sebelum masuk ke mobil. Mengecek ponselnya sebentar, melihat arah mana yang akan ia tuju.

Disana tertera jarak antara rumah mereka. Sekitar 25 menit Darren bisa sampai di rumah Mikaela kalau saja jalanan tidak macet.

Tapi yang namanya ekspektasi memang terkadang berbeda dengan realita. Jalanan macet parah.

Darren mengumpat melihat barisan kendaraan yang menjulang di depannya. Ia menekan tombol dial ke nomer Mikaela.

"Ya kakak." Sapaan dari ujung telpon yang terdengar dengan sangat jelas bahwa sang penerima sangat girang.

"Gue agak telat ya, jalanan macet."

TWINS D √ [COMPLETED]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora