Chapter 8

64 3 0
                                    

~Masalahku saat ini adalah kau. Aku harus bergelut pada wajahmu yang sering muncul dalam mimpiku~

Devian terus menatap pemandangan di luar jendela, perasaannya bercampur ketika bayangan Maura terus hadir di pikirannya.

"Sial". Devian meninggalkan ruang kerjanya dan terkejut ketika Maura sudah menyiapkan makanan untuknya.

"Makananmu sudah siap, Devian".

"Dev, saja", ucap devian yang merasa senang namun menampilkan wajah sinisnya.

"Kau juga harus makan", lanjut Devian sembari menarik lengan Maura, namun ketika itu Maura meringis kesakitan membuat Devian sadar ia sudah menariknya kasar.

"Maafkan aku, apa itu sakit?".

"Tidak".

Keduanya makan bersama dengan keheningan membuat Devian merasa bersalah karena sudah memperlakukan Maura dengan kasar.

"Baik, maafkan aku".

"Kau sudah mengucapkannya tadi".

"Lalu mengapa kau mendiamiku !?".

Lalu aku harus berbuat apa !".

Keduanya terdiam, Devian kemudian menerima telponnya sendiri sendari tadi berbunyi.

"Ya siska ada apa !?".

"....…..........".

"Tidak, aku hanya sedikit kesal".

".................".

"Baiklah, aku akan datang".

"Kau harus temani aku ke pesta besok", ucap Devian yang tiba-tiba setelah mengangkat telpon.

"Mengapa harus aku !" ucap Maura kesal.

"Jangan membantah, Maura ! Aku sudah cukup kesal !" ucap Devian yang mengakhiri makannya dan menuju kamarnya.

"Kau ikut aku besok, jika tidak kau akan berakhir di ranjang bersamaku", ucap Devian sebelum masuk ke kamarnya membuat Maura mau tidak mau mengikuti perintahnya.

Maura bangun lebih siang membuatnya telat menyiapkan sarapan untuk Devian. Kemudian Maura hanya menatap kolam dan taman yang berada dihadapannya. Sejak kejadian kemarin, Maura belum melihat Julian. Maura khawatir jika Julian mengalami kesulitan karenanya.

"Seharusnya kau bersiap untuk malam harinya, Maura". Suara yang di kenal membuatnya dengan segera menghampiri sumber suara dengan senang.

"Aku tidak apa-apa, Maura. Bersiaplah untuk pesta malam ini. Tuan Dev akan marah padaku jika kau belum siap", ucap Julian membuat senyum Maura berkembang.

"Baiklah", ucap Maura menerima kotak besar dari tangan Julian.

"Apa dia menyakitimu", teriak Maura di dalam kamar.

"Dia tidak berbuat apapun, Maura", balas Julian yang berada di luar kamar Maura.

"Maura, Tuan Dev sudah datang". Ucapan Julian membuatnya tak nyaman.

"Baiklah", ucap Maura malas.

"Kau sudah selesai, sayang", ucap Maura sembari membuka pintu kamar Maura.

"Apa kau tidak bisa mengetuk pintunya sebelum masuk kamarku, Dev", ucap Maura kesal.

"kau ini kekasihku. Untuk apa aku mengetuk pintu kamar kekasihku".

"Terserah", ucap Maura yang berusaha menahan emosinya.
****

 ****

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
Man From The Darknessحيث تعيش القصص. اكتشف الآن