Chapter 12

46 3 0
                                    

~Tak perlu lagi di jelaskan. AKU MENCINTAIMU, aku tak ingin ada bantahan~

Seminggu setelah itu, membuat Maura dapat menghilangkan trauma nya sedikit demi sedikit. Kedekatan dengan Devianlah yang dapat membuatnya melupakan trauma itu. Devian memanggil psikiater untuknya, menemaninya dan bercerita apapun yang disukai keduanya. Sikapnya yang melembut dan menghargai Maura membuat perasaan Maura semakin nyata. Maura menyadari bahwa seminggu ini Devian membuat perasaannya tumbuh semakin kuat.

Devian memang sengaja seminggu itu menjauh dari jaungkauan Zevita, hanya untuk menenangkan hatinya. Namun, seminggu itu malah membuat Devian semakin mencintai Maura. Devian merasa sangat bahagia ketika dapat memeluk Maura, bercerita dengan Maura, dan merasa khawatir ketika darah yang sering keluar dari hidungnya.

Perasaan bahagia itu terus mengalir. Devian belajar untuk menghargai sesuatu yang dia sayang dan menjaganya sepenuh hati. Namun, Julian datang memberi kabar kesehatan Zevita membuat Devian khawatir, Maura yang mendengar kabar itupun meminta Devian menemani ibunya hingga pulih.

"Aku sudah menghubunginya beberapa kali, Dev. Kemana saja kau ?" tanya Siska kesal membuat Devian menyesal karena keegoisannya membuat ibunya harus dirawat di Rumah sakit.

"Dev, kemana saja kamu. Momy khawatir", ucap Zevita lemah membuat Devian terus mengelus rambutnya dengan sayang.

"Maafkan aku mom, aku hanya ingin menenangkan diriku".

"Tapi hari pertunanganmu seminggu lagi, sayang". Zevita menggenggam tangan Devian memohon untuk di setujui.

"Iya, mom. Aku akan menyiapkan segala kebutuhannya dengan cepat", Ucap Devian terpaksa sembari merangkul Siska agar Zevita tak mengkhawatirkan pertungannya.

Devian kemudian menyiapkan segala kebutuhan untuk pertunangannya dengan Siska membuatnya tak sempat melihat pesan Julian yang mengabari 2 hari setelah pertunangannya dengan Siska adalah hari ulang tahun Maura.

Tepat hari pertunangannya dengan Siska, Devian memikirkan Maura. Ia sangat ingin lari dari kenyataan bahwa ini hari pertunangannya, namun melihat Zevita tersenyum bahagia membuat Devian berpura-pura bahagia.

Pikirannya terus melayang pada wajah Maura, kenangannya bersama Maura terus membuat Devian merasa tidak nyaman untuk dekat dengan Siska.
****
"Happy birthday, Maura", ucap Julian yang sedang membawa kue di tangannya. Maura yang sedang merenung memikirkan Devian terkejut karena ia tak menyadari bahwa hari ini ulang tahunnya.

Julian menghampirinya yang berada di pinggir kolam. Setelah Maura meniup lilinnya, Julian memberikan hadiah untuk Maura berupa kalung indah dengan permata berwarna biru laut. Maura sangat menyukainya tanpa sadar memeluk Julian senang.

Tanpa sengaja Devian melihat kejadian itu membuat emosinya memuncak. Devian menghampiri Maura dan Julian yang tengah berpelukan, Devian menarik kerah Julian dan memanggil pengawalnya untuk memukuli Julian. Melihat Julian dipukuli membuat Maura menarik lengan Devian, memohon untuk menghentikannya. Mendengar permohonan itu malah membuat Devian semakin emosi.

"Kau seharusnya tak membelanya, Maura !?" ucap Deviam mencengkam lengan Maura dengan kasar.

Keadaannya sangat kacau, Maura terus memohon untuk menghentikannya. Devian sangat marah, ia mencengkram rahang Maura dengan kasar.

"Beraninya kau bercumbu di mansionku, dasar jalang !?", ucap Devian sembari mendorong Maura ke kolam renang dengan emosi.

"Hentikan tuan, tolong bantu Maura, ku mohon !?" teriak Julian malah membuat Devian semakin tak terkendali. Rasa kecewanya menenggelamkan kerinduannya pada Maura, "Biarkan dia mati disana".

"Ti...tidak...Tuan, Maura...ti...tidak..me..menghi..anati..mu...ha..ri...ini..ulang..ta..hunnya..dia..te..terus....menu..nggumu..aku..tak..te..ga..me..lihat..nya..te..rus..me..lamun...aku..mo..hon, tuan.."Ucap Julian yang tengah dipukuli dengan terbata-bata menahan sakit. Mendengar ucapan Julian, membuat Devian terus memikirkan keputusannya dan dengan cepat Ia menolong Maura yang tenggelam di kolam.

"Panggil ambulans cepat!!" teriak Devian panik membuat seluruh pengawalnya menghentikan pergerakannya yang tengah memukuli Julian. Devian merasa bersalah, ia terus melakukan nafas buatan yang hasilnya nihil.

Man From The DarknessWhere stories live. Discover now