Tali Tambang yang Lemah

17 0 0
                                    

Sita selesai minum kopi. Wajahnya tersenyum. Pak Brewok, yang hobinya mengganggu Sita, bertanya,"Dapet? Kalo dapet, guwa gratisin kopinya!" Sita, seperti biasa, tersenyum. "Pulang, Suk*!" jawabnya. Pak Brewok paham. Sita belum dapat kesempatan. (*Suk- Susuk panggilan Paman bahasa Mandarin)

Pak Brewok melihat ke arah Arfin dan Marsha. Sejenak, airmatanya terurai. Arfin, anak Pak Brewok dan Marsha, menantunya.

Marsha yang sejak tadi di kasir, menghitung uang, merengganggkan badannya. Warung tampak lengang, wajar, memang pukul 3 sore biasanya adalah jam istirahat bagi mereka. "Pa, si Sita itu kasian, ya. Dulu aja, waktu papanya masih ada, semua saudara ke tempat dia, minta. Sekarang, dia susah, habis mamanya diamputasi ketabrak truk itu." Pak Brewok mengangguk.

Arfin membawa segelas es teh tawar dan dua es kopi susu ke hadapan istrinya dan ayahnya. "Ahh, nggak juga. Sita itu dari dulu memang sering diusir. Ikut komunitas-komunitas pemuda, tapi, bolak-balik keluar. Tiap keluar, alasannya selalu sama: usaha papanya lagi seret." Pak Brewok mengangguk sambil mengaduk-aduk es teh. "Gimana, Pi, nggak keluar? Ongkos sosial itu kan pasti ada. Namanya juga kontraktor. Kaya kalo ada proyek aja. Makanya, mamanya yang jalanin gagal, ya iya, mamanya kan bukan bolang. Ya kali, Sita. Sita itu aslinya bolang, cuma karena papanya konservatif, dia di rumah doang. Buktinya, adik cowoknya itu, kelayapan sana-sini cari duit ya bisa. Meski, terbatas.", celoteh Marsha. Lagi-lagi, Pak Brewok mengangguk, meski kali ini dia tidak lagi mengaduk-aduk es tehnya. Gelas berisi es teh sudah berubah menjadi berisi air dingin. ( bolang- bocah petualang, suka bekerja di tempat yang jauh dari rumah, terkadang sampai kos di luar kota)

Pak Brewok melihat warungnya. Sekeliling warungnya. Kalau sudah begini, Arfin dan Marsha tahu apa sebabnya. Marsha mencuci gelas-gelas kosong. Ingatan akan Pak Rudi, papa Sita, yang sering diceitakan Arfin kembali teringat. Meskipun Marsha tidak pernah melihat sebagian cerita itu, namun dari sebagian yang ia alami, sudah memberi cukup bukti kalau yang sebahian lain benar.

Marsha melihat mangkuk ayam jago berjajar. Di belakang mangkuk, ada tulisan biru pekat "Rudi Construction". Ya, semua mangkuk ini sumbangan dari papa Sita. Dapur ini, warkop ini. Peralatannya juga. Marsha masih ingat, 3 bulan sebelum papa Sita berpulang, warung ini ludes, dilalap si jago merah. Ketika ayah mertuanya yang waktu itu masih berstatus calon mertua menangis. Ketika pernikahannya nyaris batal, papa Sita, atas laporan Sita yang masih berseragam putih abu-abu memberi sejumlah bahan bangunan disusul interior dan mangkuk serta gelas dan alat lain yang perlu.

Arfin naik ke loteng, mengambil jemuran bersama kedua anaknya yang akan segera lulus SD. Ya, yang satu sudah kelas 6 dan yang lain kelas 4.

Tali tambang biru yang lemah itu membuatnya meneteskan air mata. Meskipun, segera dihapusnya, agar anaknya tidak bertanya-tanya.

Anak-anak dan Arfin menyelesaikan pekerjaan itu dengan cepat. Dan, kedua anak itu menyodorkan buku tugas mereka ke ayahnya. "Pa, nanti sore, Cece Sita ke sini? Koko mau tanya PR. Titi juga ada ulangan", rengek anaknya yang lebih tua. Arifin mengangguk. Ya, hanya ini yang bisa dia dan keluarganya berikan untuk keluarga almarhum Pak Rudi. Menggunakan jasa Les Sita yang tiap pertemuannya ongkosnya tidak pernah melewati angka 40 ribu. Dia merasa senasib dengan tali jemuran itu. Lemah. Padahal keluarga Pak Rudi sudah banyak membantunya.

Tanpa Pak Rudi, ayahnya pasti sudah jadi pengemis. Ayahnya yang kini sering disapa Pak Brewok, dulu hanyalah lulusan panti asuhan dengan pendidikan SMP. Sempat menjadi kuli bangunan di tempat Pak Rudi, dan terpaksa berhenti, karena istrinya meninggal saat Arfin lahir. Di tengah kesulitan uang dan penolakan oleh keluarga, Pak Rudi yang menjadi penolong membangun warung ini. Saat warung ini hancur lagi, Pak Rudi lagi yang membantunya. Tapi, saat Sita susah, dia hanya bisa begini, memberi uang seadanya.

Komunitas dan HartaWhere stories live. Discover now