Ongkos Sosial

8 0 0
                                    

Arfin membuka FBnya. Di situ ada fotonya saat berkomunitas dengan Marsha. Di belakangnya, ada foto Sita.

Arfin tersenyum mengingat semua kenangannya dengan Marsha. Marsha diajak Sita ikut komunitas rohani itu oleh Sita. Marsha dulu adalah teman sekomunitas Sita. Arfin yang sebelumnya malas berkomunitas karena melihat Sita selalu terpaksa 'pergi' dari komunitas akibat tidak punya ongkos sosial, tiba-tiba mau. Jadilah, mereka bertemu dan sekarang berkeluarga. Arfin dan Marsha masih ikut komunitas itu.

Tapi, Sita keluar karena nggak mampu lagi ikut kegiatan komunitas itu. Memang, tidak ada sih yang memaksa Sita keluar, bahkan bila ada kegiatan, teman-teman di komunitas membantu biayanya. Sering kali juga gratis. Tapi, untuk biaya kecil-kecil seperti ke toilet itulah yang membuat Sita sekali lagi melangkah mundur. Biaya kecil-kecil ini yang Arfin dan Marsha sebut ongkos sosial.

Di tempat lain, Sita membersihkan file-file di HPnya. Entah kenapa selalu muncul peringatan memori internalnya penuh.

Semua pembicaraan disaringnya. Kalo nggak penting, ya dihapus. Sedikit-sedikit, dibacanya sebuah chat. Sesak rasanya.

Reni: Sita, ayo ikut fellowship
Sita : nggak ada duit, lah aku blm dapet lagi
Reni: Lah Buat Tuhan, loo biaya fellowship kan gratis, udah gitu dapet makan, lagi!... Kalo kamu dapet jobnya baru tahun depan trus gimana. November ini grup kita pelayanan full.

Batin Sita berteriak, "Ya kaleee... Pelayanan. Lu janji jemput sampe guwa masuk angin nunggu 2 jam di jalan. Mahal amat ongkos sosial inih, ya ga pake duit, boleh gratis tapi badan guwe masuk angiin!" Ia ingat, ini 4 tahun lalu, kali kedua dia kabur akibat ongkos sosial.

Joy : Ayo Sit, friendmeeting. Semua biayanya kan free.
Sita : OK.

Sita ingat dia ikut  friendmeeting gratis yang diajak Joy. Pada saat friendmeeting, semua temannya beli kaos friendmeeting, katanya untuk sumbangan ke panti asuhan. Dengan uangnya yang nggak cukup, dia menelan ludah dan merasakan pahitnya ongkos sosial. Karena nggak bisa beli, dia memutuskan kabur dari komunitas itu. Itu terjadi 5 tahun sebelum dia gabung di komunitas yang sama dengan Arfin dan Marsha.

Sita membuka FBnya. Dia melihat nama-nama komunitas yang ia ikuti saat SMP dan SMA. Dan, semua sama. Ditinggalkan ketika Pak Rudi dan Bu Ruth (Bu Rudi) sedang sepi karena krisis ekonomi.

Sita memutuskan pamit ke luar rumah dan menyeruput kopi di Warkop milik Pak Brewok. Begitu duduk, Sita kaget. Marsha menawarinya satu gelas besar iced white coffe dan sejumlah uang. Setelah dijelaskan, baru Sita ingat kematin habis perhitungan jam les dan hari ini waktu pembayaran. Sedang kopi nikmat gratis itu adalah hadiah perayaan nikah Arfin-Marsha. Sita memelas. Pak Brewok tahu, dan berbisik,"wifian aja keles, kan kamu 'juragan yang bikin' warkop". Sita berdoa semoga keluarga ini dapat banyak rezeki. Segera ia mengecek. Hanya 15 menit, lalu ia pulang. Seperti biasa.

Komunitas dan HartaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora