Single, Dobel, Tripel, ...

11 0 0
                                    

"Kapan nikah?" itu jurus sakti untuk menyakiti pria dan wanita single di seluruh dunia. Sita sering kena jurus ini. Terlebih, ketika usianya masih kepala 2. Di usia sekarang yang menyambut kepala 4, Sita tidak terpengaruh. Banyak orang bertanya, tidak pernah ia jawab. Seumur hidup, baru sekali ia jawab, itupun di medsos, yang membuahkan 100 likes. Sita menjawabnya beberapa menit lalu.

Dear my FB,
Single alias jomblo itu sama. Tanpa pasangan. Biarlah sandal yang punya pasangan. Kalo aku enggak, bukan masalah besar. Aku bukan sandal.
Ada yang bilang jadi jomblo itu pedih. Nah, mataku sudah melihat berapa ratus anak menjadi korban orang yang tidak betah jomblo. Mulut anak itu jadi kasar, hobi mencari gara-gara, dan kadang sifatnya psycho. Perkawinan menuntut kerja sama. Tapi, kadang masih menjadi lahan mencari harta. Benar, dengan menikah harta pasangan jadi harta kita. Kadang banyak yang menikah tapi siap punya anak hanya di mulut. Anak butuh uang, ya, butuh disayang ibu, diceritai ayah. Punya anak sangat mahal, mahal sekali. Menikah berarti siap tampil jelek. Karena, bayi alias anak, hanya bisa berkata "aku kangen papa mama" hanya dengan mengacak-ngacak muka ortu sambil berujar "daaah dooh". Tapi, kenyataan membuktikan bahwa orangtua hanya bisa menghasilkan uang saja. Tidak lainnya.
Menjadi single, jomblo, ato apalah, itu murah. Uang saja cukup. Kasih sayang, dapat dari Tuhan yang punya hidup. Ongkos sosial? Sesuaikan aja sama kondisi sosialmu (termasuk kondisi geografis, sosiologis, dan ekonomis-- kalo masi ngemis ortu ya sederhana aja). Kalo dobel, biaya pasti naik. Nggak cuma ongkos sosial. Karena ongkos sosial lebih dari sekadar uang. Kalo udah dobel, kudu siap karena akan segera tripel atau quarter karena ada anak.
Wassalam!!

Komunitas dan HartaWhere stories live. Discover now