Part 13

69.1K 2K 14
                                    

Author P.O.V

Setelah selesai menyantap pancake dan mencuci semua alat makan yang kotor bian dan ben berjalan keruang keluarga sambil bersenda gurau.

Mereka duduk dikursi yang berhadapan langsung dengan tv flat berukuran 40in ini.

Bian menyalakan tv dan mencari tayangan yang ia sukai sedangkan ben kembali meneruskan game flappy birdnya yang sempat tertunda tadi.

"Astaga sella. Lo kan berat dek, kasian tuh si hanzelnya keberatan. Pake minta gendong segala." sergah bian yang membuat ben menoleh kearah sebelah kiri bian.

Dilihatnya sella yang sedang berada didalam gendongan hanzel. Kepalanya menyandar dipundak lelaki itu.

Entah kenapa tiba-tiba saja jantung ben berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia mengernyit bingung kemudian kembali memainkan gamenya.

"Tau nih kak, nyusahin." ucap bian lalu menurunkan sella kesofa yang berada disebelah sofa yang bian duduki.

"Ih hanzel!" omel sella dan mencebikkan bibirnya.

"Idih ngambek. Iya deh iya maaf." ucap hanzel lalu duduk disebelah sella dan merebahkan tubuhnya dengan paha sella menjadi bantalannya.

Sella hanya memutar matanya dan mengelus rambut hanzel perlahan hingga mata hanzel tertutup menikmati elusan tangan sella dirambutnya.

Sella melirik kearah ben yang sedang serius menatap layar ponselnya. Penasaran sella hanya bisa mengernyit dan terhentak kaget begitu teriakkan ben menggema diruangan itu.

"Aaarrgghhh!" teriak ben membuat sella, bian dan hanzel tersentak kaget.

"Lo ngapain sih ben?! Ngagetin tau gak!" sergah bian kesal karena kaget.

Sedangkan hanzel yang tadi membuka matanya karena kaget mulai menutup matanya kembali dan melingkarkan tangannya dipinggang kecil sella membuat gadis itu merasa nyaman. Wajah hanzel menghadap.keperut sella dan memiringkan badannya kembali.

"Sorry, hehe. Tadi gue lagi main fluppybird. Nih." ben menunjukkan layar ponselnya yang menayangkan tulisan game over yang sukses membuat bian merutuki temannya itu sedangkan sella hanya memutar bola mata dan kembali menatap tv.

Ben terpaku saat pandangannya melihat kearah sella dan hanzel. Tangan hanzel yang melingkar dengan sempurna dipinggang sella dan wajah yang menghadap keperut sella, sedangkan rambutnya dielus dengan sella yang matanya menatap kearah tv.

Ada gelenyar aneh yang berada didiri ben saat melihat kejadian itu. Rasa panas menyambar hatinya yang serasa seperti diremas-remas. Jantungnya berdegub dengan kencang. Rahangnya mengeras dan bibirnya terkatup rapat hingga giginya saling bergeltuk saking kencangnya.

'Astagaa! Gue kenapa sih? Kok jadi panas gini dada gue. Emangnya kenapa kalo si hanzel tiduran dipangkuan sella terus meluk dia mesra gitu? Gue cemburu? Gak! Itu gak mungkin! Gue gak mungkin suka sama cewek aneh kayak dia gitu!' batin ben meyakinkan.

"Mungkin lo suka sama dia." pikiran ben menyuarakan.

'Gak mungkin! Dia itu gadis aneh!' batin ben.

"Inget ben, nothing impossible." pikiran ben kembali bersuara.

'Tapi gue gak suka!' batin ben lagi.

"Mungkin sekarang emang engga, tapi lo liat ke depannya." pikiran ben lagi.

'Kalo gue bilang engga ya engga. Gue gak bakal suka sama cewek aneh kayak sella yang bisanya cuma ngomel gak jelas!' batin ben geram.

"Terserah lo ben, tapi yang jelas perasaan itu ada. Dan bakal tumbuh seiring waktu." pikiran ben kembali.bersuara dan membuat ben kalap dengan seluruh pikirannya.

'Shit.' batin ben menggeram.

Dengan cepat ben menggelengkan kepalanya menghilangkan dialog aneh antara batin dan juga pikirannya kemudian menoleh kearah bian yang sedang serius menonton tv bersama dengan sella dan hanzel yang masih berada dipangkuan sella memeluk erat tubuh sella.

Melihat itu kembali hati ben terasa panas dan membuatnya lagi-lagi menjadi kalap akan dirinya yang aneh.

"Bi, gue mau mandi. Dikamar lo ada kamar mandi kan? Gue pinjem baju lo juga ya." ucap ben pada akhirnya ke bian.

"Ohh oke. Lo naik aja, terus kamar gue ada disebelah kanan tangga. Kalo disebelah kiri itu kamar tamu, kalo lo mau tidur dikamar tamu nanti tinggal kesitu aja. Kamarnya bersih kok." ucap bian tanpa menoleh kepada ben yang menganggukkan kepala mengerti.

Ben segera beranjak dari duduknya dan berjalan kearah kamar bian seperti intruksi yang diberikan oleh bian padanya tadi.

Menurutnya jika ia masih berlama-lama diruang keluarga tersebut, ia bisa mengamuk pada hanzel dan memukulnya secara tiba-tiba.

Ben tidak tau apa yang sedang dirasakannya sekarang, tapi yang jelas ia merasa tubuhnya terbakar emosi jika melihat pemandangan yang menurutnya memuakkan seperti tadi.

Berjalan gontai, ben manaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamsr bian. Kamar yang didominasi dengan warna hitam putih yang berkesan gantle dengan wangi khas bian.

Dengan segera ben mengambil sepasang baju dilemari bian dan berjalan masuk kedalam kamar mandi.

Ben melucuti semua bajunya dan masuk kedalam bilik shower yang berada pojok ruangan. Disebelahnya tertapat bath up yang cukup besar.

Yang ia butuhkan sekarang adalah mandi air dingin sekarang untuk menetralkan pikirannya dan perasaan aneh yang muncul didalam dirinya.

votes and comment, guys!

Beautiful DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang