Empat

19.3K 1.3K 26
                                    

Author balik lagi, semoga update kali ini bisa nambah ilmu buat kalian khususnya buat author sendiri. Kalau suka bisa kasih bintang? Kalau gak suka, gak apa-apa dikasih juga. Wkwkwk..  Selamat membaca para silentread 😉

***

"Apa Suster mengenal Raka?" Risty mengulang ucapannya.

"Iya, saya mengenal Raka.."

"Apa Raka akan kembali kesini untuk menemui saya?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya yang sejak tadi hanya memandang kosong ke depan.

"Insyaallah, Raka akan datang menemui ibu lagi.."

"Saya jahat ya Sus, membiarkan dia diambil mantan suami saya sendiri?"

"Memang Nafisa tidak tau pasti Bu, tapi Nafisa percaya kalau Raka sangat menyayangi Ibu. Buktinya, dia mencari lbu selama ini."

"Apa saya bisa keluar dari sini, Sus?"

"Insyaallah, kalau Ibu sudah bisa ngendaliin emosi Ibu."

"Saya ingin sembuh Sus,"

"Kalau Ibu mau sembuh, ibu harus berdoa sama Allah. Minta kesembuhan sama Allah, cukuplah Allah menjadi penolong kita dan sebaik-baiknya pelindung kita."

"Allah, Sus? Apa dia mau mendengar permintaan saya? Saya udah lama gak berdoa," Risty menoleh ke Nafisa.

Nafisa yang melihatnya sontak tersenyum bahagia. Akhirnya, untuk pertama kali perempuan itu menatap kearahnya meski wajahnya masih tanpa ekspresi.

"Ibu bisa solat?" tanyanya yang kemudian mendapat anggukkan dari Risty.

"Nanti dzuhur ibu solat ya,"

Risty kembali mengangguk.

"Alhamdulillah kalau ibu sudah mau solat,"

"Sus, boleh saya panggil Nafisa?"

Kedua sudut bibir Nafisa kembali terangkat mendengar ucapan Risty. "Naf, seneng kalau ibu bisa panggil Nafisa.."

"Maka—"

"Suster, suster.." panggil pasien lain saat menghampiri Nafisa dan Risty. "Pasien barunya ngamuk Suster,"

"Pasien baru, Mo?" tanya Nafisa binggung. Ia memang tidak tahu soal pasien baru itu. Seingatnya saat pulang kemarin, Nafisa tidak melihat ada tanda-tanda akan ada pasien rujukan maupun titipan dari lembaga sosial. Atau mungkin Nafisa yang memang tidak menyadarinya?

"Iya sus, baru datang kemarin sore." ungkap Momo. Ia merupakan pasien titipan dari lembaga sosial dulunya, hanya ketika dirinya dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang, ia menolak bahkan lebih memilih tinggal di sini dibanding kembali pada keluarganya. Entah karena apa, hanya Momo lah yang tahu alasanya. Karena kondisinya juga yang lebih stabil, kadang Momo membantu para perawat mengatur segala hal yang berhubungan dengan teman-temannya.

"Suster yang lain kemana, Mo?"

"Momo gak tau, suster liat aja sendiri." ucap Momo memohon.

"Yaudah, ayo Mo!"

"Suster lepasin Lea, suster. Lea mau pulang, mau pulang. Lea gak mau disini, Lea mau pulang." rengek seorang gadis yang terlihat dibawa paksa oleh dua orang laki-laki.

"Bisa diam, gak? Suster kurung kamu aja ya, abis kamu bikin ribut?" ujar Sanny yang menyamai langkahnya dengan Lea.

"Jangan suster, Lea gak mau." sahutnya.

"Cepet masukin Lea, kalau gak kalian yang bakal jadi sasaran dia selanjutnya." ucap Sanny. Kemudian tanpa aba-aba kedua laki-laki itu segera memasukkan Lea kedalam ruang Isolasi. Sebuah ruangan yang lebih mirip disebut sebagai penjara, karena bentuknya yang menyerupai sebuah ruangan di penjara.

Pasien Pengantar Jodoh [END]Where stories live. Discover now