(14) Takut

51.8K 3.6K 220
                                    

Gue takut disaat gue bangun besok pagi, orang yang gue sayang udah balik ke masa lalunya.

-Key

"Aurel balik, dia ada disini."

.

.

.

.

Hening, kedua orang di hadapannya terdiam memandang datar Danel dengan rahang mengeras. Farel yang biasanya paling gila diantara mereka saat itu mengusap kasar wajahnya dan menatap serius ke arah Danel yang saat ini sedang terdiam.

"Terus kenapa lo bingung? Aurel balik lo juga mau balik sama dia?" tanya Farel yang dari nada suaranya sudah terdengar tidak terima.

"Nel, gue sadarin ke lo sebelum telat, Aurel itu masa lalu, sekarang lo udah punya Cassie."

"Gue tau."

"Gue itu sepupu lo sob, meski kadang gue gila, gue juga tau siapa yang pantes buat lo." ucap Farel menepuk pelan pundak Danel membuat cowok itu menoleh ke arahnya dengan pandangan lurus.

"Lupain dia seutuhnya Nel."

"Udah."

"Yakin tuh kata-kata nggak cuma omongan di mulut doang?"

"Gue harap beneran udah sepenuhnya, Nel."

Danel yang sudah selesai latihan sejak beberapa menit yang lalu masih tetap duduk di tribun sambil memegangi botol mineral yang dia pegang dengan pandangan kosong. Farel dan Rino memilih pulang terlebih dulu karena ada urusan masing-masing dan sengaja meninggalkan Danel sendirian agar cowok itu sedikit tenang.

"Cukup." ucapnya mengacak rambut pelan dan menyambar tas hitamnya menuju parkiran.

Bermaksud untuk tidak lagi mengingat gadis itu tapi justru takdir memilih bermain-main dengannya saat ini. Benar juga kata orang, memang kadang takdir suka bercanda.

Di depan gerbang sekolah dia melihat gadis itu sedang digoda oleh tukang ojek yang sering mangkal di dekat halte bus samping sekolahannya. Karena merasa bahwa inilah tugasnya sebagai seorang cowok, Danel turun dari motor dan memukul 2 orang itu hingga meminta ampun.

"Sorry Nel, gue nggak tau kalau cewek ini temen lo."

"Lain kali nggak usah gangguin cewek sekolah gue lagi."

"Iya." ucap salah satu dari tukang ojek tadi dan segera menaiki motornya untuk pergi dari tempat itu menghampiri Danel.

Danel yang melihat gadis itu meringkuk ketakutan di kursi halte memutuskan untuk menghampirinya dan menyerahkan jaket merah milik Aurel yang tadi sempat terjatuh.

"Lo udah aman." ucapnya menyerahkan benda itu membuat Aurel mendongak dan menerima jaket pemberian Danel.

"Makasih Nel."

Danel mengangguk kemudian berjalan meninggalkan gadis itu menuju motornya. Menyalakan mesin kemudian menjalankan motor hitam itu ke arah depan halte.

.

.

.

.

"Gue anter lo sampai rumah."

***

Sejak tadi pulang dari mall, Maudy mengamati gadis itu masih saja terdiam sambil beberapa kali melirik layar ponselnya. Meski baru kenal beberapa bulan, tapi Maudy sudah paham karakteristik gadis itu. Dan hari ini entah kenapa ia merasa ada perbedaan yang ditunjukkan Cassie meski terkadang ia masih sempat tersenyum atau terkekeh.

DANEL'sOnde as histórias ganham vida. Descobre agora