Part 2

38 0 0
                                    

Hari ini memang hari jum'at maka Tyas dapat membantu orang tuanya seharian di sawah. Saat matahari tenggelam itulah mereka baru masuk rumah.

"Tyas cepat mandi, sudah mau maghrib" instruksi mamaknya. Mamak adalah sebutan untuk memanggil Ibu di desa Tyas.

"iya, Mak" jawab Tyas singkat sambil bergegas lari ke kamar mandi.

Setelah melakukan rutinitas seperi sholat dan mengaji, dia bergegas pamit pada ibunya.

"Mak, Tyas pamit dulu ya untuk menemani ibu-ibu belajar di Balai Desa" pamit Tyas.

Tyas memang anak yang rendah hati, dia secara swadaya mengajari ibu-ibu yang buta huruf untuk belajar membaca setiap Jum'at malam di Balai Desa setempat. Sebenarnya tidak hanya ibu-ibu, tetapi siapa saja boleh belajar, hal ini untuk membantu pemerintah mengentaskan buta aksara di wilayah terpencil seperti desanya.

"Iya nduk, hati-hati di jalan ya, jangan pulang terlalu larut" pesan mamaknya.

Setelah siap untuk keluar rumah ternyata senter yang biasa digunakan Tyas mati karena kehujanan kemarin malam.

"Mak, senter Tyas mati" cerita Tyas dengan wajah sedih campur bingung.

"Ya sudah, tunggu di sini sebentar, Mak mau mengambil sesuatu" jawab mamak sambil berjalan ke arah dapur.

Setelah menuggu beberapa menit mamak datang dengan membawa sesuatu di tangannya.

"Ini dia " kata Mamak sambil mengangkat dua ikat daun kelapa kering. Di desa Tyas daun kelapa itu disebut Blarak.

"Alhamdulilah, terima kasih Mak, Mamak Tyas memang paling T.O.P B.G.T." puji Tyas sambil bercanda.

"Ah kamu itu bisa saja" jawab Mamak dengan tersipu malu.

"Iya suda Tyas berangkat dulu ya" pamit Tyas sambil mencium tangan Mamaknya.

"Iya hati-hati di jalan ya, Nduk . Ini jangan lupa korek api, payung kalau nanti hujan sama jaketnya jangan lupa di pakai" Pesan Mamaknya pada Tyas.

"Siap Komandan" canda Tyas sambil berjalan keluar rumah.

Gerimis tipis serta langit mendung menghiasi cuaca malam ini. Oleh karena itu, Tyas buru-buru menyelesaikan tugasnya mengajari ibu-ibu di desanya untuk belajar. Benar saja setelah selesai mengajar dan bergegas hendak pulang, hujan deras mengguyur karena Tyas takut ibunya mengkhawatirkan Tyas nekad menembus deras hujan dan dinginnya malam.

Jam tangan Tyas menunjukkan 21:45 WIB saat dia mengetuk pintu dengan keadaan basah kuyup.

"Tok.......Tok,,,,,,,Tok......." Tyas mengetuk pintu.

Beberapa saat kemudian pintu terbuka, dan di depannya berdiri laki-laki usia enam puluh tahunan tapi sorot matanya tajam menandakan perjuangan hidup yang telah beliau lalui di waktu silam. Beliau adalah ayahandanya yang biasa di Bapak oleh Tyas dan Agung adik Tyas.

"Astaghfirullah Nduk, Kamu basah kuyup, ayo masuk ganti baju lalu istirahat nanti kamu masuk angin lho" Bapak Tyas menasehati.

"Assalamulaikum Pak, Tyas tidak apa-apa Pak, Cuma basah aja" salam Tyas sambil mencium tangan Bapaknya.

"Sst....Sst... pelan-pelan ya Nduk adikmu Agung baru istirahat, kecapaian dia perjalanan dari Semarang" Bapaknya menginfokan.

"Agung pulang Pak? Aku kangen sekali sama Dia" Tyas menjawab setengah berteriak saking kagetnya.

"Iya, tapi besok saja ya kalian bertemunya, kasihan dia kecapaian" Bapak menasehati.

"Oh, iya sudah Pak kalau begitu, Tyas ke kamar dulu ya" Tyas menurut pada Bapaknya.

Tyas pun masuk kamarnya mengeringkan badannya dan berganti baju. Setelah selesai dia tidak langsung tidur, tetapi mengerjakan pekerjaan lain yang juga harus diselesaikan.

Saat lewat depan kamar Tyas Mamaknya heran lampu kamar Tyas masih menyala terang. Hal ini menandakan pemiliknya belum tidur.

"Nduk ini sudah malam lho, kok kamu belum istirahat, jangan-jangan malam nanti kamu sakit" kata Mamak tyas yang mampir untuk mengingatkan anaknya.

"Eh Mak, bikin kaget dech, ini bentar lagi selesai, besok pagi harus di bagi pada anak-anak" jawab Tyas sambil mengoreksi hasil ulangan siswanya.

" Oh, iya sudah Mamak mau ke kamar istirahat, kamu jangan sampai tidur larut malam lagi Nduk tidak bagus untuk kesehatanmu" pesan Mamak sambil berjalan menuju pintu.

"Nggeh Mak" jawab Tyas mantap.

Seperempat jam kemudian Tyas telah menyelesaikan pekerjaanya, lalu dia ke kamar mandi cuci muka dan kaki kemudian kembali ke kamarnya untuk tidur sebelumnya dia berdo'a dahulu sebelum memejamkan mata. Malam semakin larut dingin angin malam semakin menusuk tulang siapa saja yang dilaluinya. Tyas tertidur lelap untuk menyiapkan semangat paginya esok hari.

to be continue...

Titisan KartiniWhere stories live. Discover now