3. Wedding Night

9.2K 583 39
                                    




Shera's POV

            Malam ini aku lelah sekali. Siang tadi kami menikah. Aku resmi menjadi istrinya, dia resmi menjadi suamiku. Ya ampun, ini seperti mimpi. Dia bisa mengucap akad dengan lancar. Sebenarnya moment ijab qobul tadi siang itu begitu mengharukan. Aku pikir aku tidak akan tersentuh karena aku menikah dengannya tanpa cinta. Namun ada sesuatu yang bergetar hebat di dalam hati, ada sesuatu yang berdesir dan untuk sejenak aku merasa begitu tersentuh. Bagaimanapun juga di moment itu aku menapaki babak baru kehidupanku sebagai seorang istri.

            Ayahku sempat menangis kala aku sungkem. Bisa kurasakan tetesan air matanya membasahi jari-jariku. Pada moment ini aku ikut menitikkan air mata. Aku teringat semua pengorbanan dan perjuangan ayah untuk membiayai kuliahku. Dulu ayah seorang supir angkot. Alhamdulillah sekarang ayah punya lima angkot yang semuanya aktif beroperasi. Kondisi perekonomian kami alhamdulillah mengalami peningkatan. Meskipun begitu aku tetap kerja part time agar bisa meringankan beban ayah. Lagipula emak tiriku itu bawelnya luar biasa. Setiap kali aku minta uang spp, emak langsung manyun-manyun dan mengeluarkan celoteh keluhannya, katanya biaya kuliah mahal, jatah dia beli makeup dan baju jadi berkurang. Dia memang tidak pernah memikirkan kebutuhanku, selalu saja kebutuhannya dinomorsatukan.

            Aku duduk mematung di sini, di rumah Kendra. Dia memang hebat sih, di usianya yang masih muda, dia sudah punya rumah sendiri. Rumahnya agak jauh dari rumah orangtuanya. Dan aku terjebak di ruang tengah ini bersama anak SMA berusia 17 tahun, bernama Axel Pradhipta, adik Kendra. Dia tampak serius menonton film action. Kata kendra, dia tinggal di sini agar lebih dekat dengan sekolahnya. Selain adik, Kendra juga punya seorang kakak, laki-laki juga yang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Tadi mereka datang di pernikahan kami. Anaknya juga sangat manis meski sempat tantrum karena dia tak suka keramaian. Kata Kendra, ponakannya ini anak berkebutuhan khusus, dia didiagnosa autism spectrum disorder, atau biasa disebut autisme.

Sesungguhnya aku ingin cepat-cepat tidur tapi Kendra juga belum ke kamar, dia sedang membuat jus mangga. Aku bahkan tak tahu harus tidur di mana. Sebenarnya emak tiriku inginnya aku dan Kendra menginap di rumah semalam. Entah ini pura-pura atau beneran, yang pasti emak kalau di depan orang lain bisa menjadi sosok ibu peri yang super manis dan menyayangi anak gadisnya. Makanya jarang ada yang percaya kalau dia bisa menjadi sosok mak lampir di rumah. Tapi aku tahu, dia sebenarnya ingin aku cepat-cepat pergi. Makanya aku ikut kendra pulang dan membawa semua baju dan keperluanku.

Kendra datang mendekat dan meletakkan tiga gelas jus di meja.

"Shera, Axel ayo diminum jusnya." Dia duduk di sofa lain. Jadi kami bertiga duduk masing-masing di satu sofa. Suasana yang agak canggung.

Aku ambil gelas itu dan kuteguk sedikit. Anak SMA itu juga meminumnya. Dia meletakkan gelasnya lalu menoleh kami bergantian.

"Kalian nggak ke kamar?"

Pertanyaan anak ini cukup membuatku terperanjat.

"Nanti ajalah, baru juga jam delapan." Jawab Kendra sekenanya.

"Baru kali ini ada pengantin baru nggak ngebet ke kamar. Aku nggak akan ganggu kak, tenang aja."Axel melayangkan senyum menggoda pada kakaknya.

Aku dan Kendra mati kutu dibuatnya. Anak SMA sekarang masa pubernya itu lebih cepat dibanding dulu. Hal-hal berkenaan dengan malam pengantin seakan menjadi hal menarik untuk dijadikan bahan bercandaan.

"Kalau kakak mau, aku bisa nginep di tempat Bryan." Ujarnya lagi sambil menaikkan alis matanya.

"Nggak usah Xel. Tidur di rumah aja. Lagian kamar kakak kan di atas, kamarmu di bawah. Kalau ada suara-suara aneh nggak akan sampai ke kamarmu." Seringai Kendra.

Amore Incondizionato (Completed)Where stories live. Discover now