Submission (Part 1)

919 13 3
                                        


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Author's POV

Lidya masih fokus dengan layar laptop di hadapannya, file Word yang sedari tadi ia buka belum mengalami progress dan dia sudah dikejar deadline. Lidya masih membolak-balik buku yang sedari tadi ia baca untuk bahan tugasnya. Suasana perpustakaan hari ini sangat sepi, karena kebetulan memang hari ini biasanya jadwal kuliah mahasiswa memang sedikit karena ada rapat dosen fakultas. Perhatiannya teralihkan oleh seorang mahasiswa yang tiba-tiba duduk di mejanya. Laki-laki itu tidak lain adalah Gharda Gumilang, ketua BEM Fakultas yang rumornya punya rahasia yang bisa menjadi skandal paling heboh di universitas.

Sepengetahuan Lidya, Gharda adalah lelaki yang cukup tegas, misterius, walaupun begitu, ia adalah ketua yang menjadi idola anak-anak di kampusnya. Ia sendiri tidak pernah tahu bagaimana Gharda secara pribadi, ia lebih sering mendengar rumor dari teman-teman di kelas dan klub fotografi nya. Melihat Gharda kini berada di depan matanya benar-benar membuat perasaannya tidak tenang. Lidya masih berusaha fokus dengan laptopnya sendiri, sedangkan Gharda kini tengah membuka buku filsafat yang sedari tadi dibawanya.

Lidya kesulitan untuk fokus, wajar saja karena matanya tidak bisa terlepas dari Gharda yang sedang asyik masyuk membaca buku. Tiba-tiba semua berubah ketika Gharda tidak senaja menangkap pandangan Lidya.

"Eh..."

"Ada apa?"

"Eh... engg... ga papa kok Kak" Lidya berusaha untuk menjaga image, ia baru saja tertangkap basah mencuri pandang pada ketua BEM idaman itu.

Gharda menutup buku yang dibacanya. Ia menaruh buku itu di meja dan menatap Lidya lurus.

"So, you've heard things about me right?" ujar Gharda dengan nada pelan namun serius.

"Hah?" Lidya bersumpah kalau kini ia ingin menguliti wajahnya dan membuangnya ke tempat yang jauh.

"You know what I mean"

Lidya mengesampingkan laptop yang ada di hadapannya, kini tidak ada lagi pembatas antara dirinya dan Gharda.Lidya bisa dibilang jarang bergaul, dan bisa berbincang dengan salah satu senior adalah kesempatan langka baginya.

"Emmm.... Ga tau Kak..."

Gharda hanya tersenyum mendengar Lidya yang ragu-ragu. Meninggalkan sejuta tanda tanya di benak Lidya yang termenung sambil tetap menatap serius wajah Gharda.

"Kamu, anak klub fotografi kan? Kapan-kapan mau gak, nemenin aku buat sesi pemotretan model di studio aku? Kebetulan aku lagi butuh fotografer yang bisa diajak kerjasama" tiba-tiba saja Gharda menawarkan job pada Lidya.

Anak-anak klub fotografi memang terkenal menjual jasa sebagai fotografer, sebenarnya ini diluar kebijakan kampus, namun Gharda memaklumi saja, dan tetap menjaga rahasia ini di kalangan mahasiswa saja.

Random One ShotsWhere stories live. Discover now