Memperhatikan

16 2 2
                                    



Haru menunggu Viola di depan gerbang dengan motor matiknya, sesekali ia melirik jam tangan yang menunjukan jam 6 lewat 40 menit. Pagi yang gelap terasa sekali dinginnya angin yang menghembusnya perlahan, Ia melihat Viola keluar pintu dan mulai menyalakan mesin motor.

Air hujan mulai turun, Haru terus menerobos dengan kecepatan penuhnya. Viola yang ada di belakangnya berusaha biasa saja walaupun terlihat wajahnya ketakutan dengan cara Haru mengendarai motor.

-Kayanya kita neduh dulu deh,- Haru memberhentikan motornya di tepi jalan.

-Kalau telat gimana?- tanya Viola yang mulai turun dari motor.

-Yaelah sok ketakutan loe, biasa juga bolos!- potong Haru dengan ketus.

Mereka menunggu 40 menit setelah hujan benar-benar berhenti. Seharusnya mereka tidak bisa masuk sekolah karena telat 20 menit, Haru menyalakan motor sambil mengelapi motornya yang masih kebasahan.

-Kenapa?- tanya Haru dengan wajah juteknya. –Masih mau masuk apa kaga?- lanjutnya menatap Viola sambil menaiki motor.

-Kita coba ke sekolah dulu, kalau kita gak bisa masuk. Ya terpaksa pulang,- jawab Viola santai mulai menaiki motor.

-Nih pake jaket gue,- Haru membuka jaketnya dan diberikan ke Viola.

-Ma-makasih-

Haru duduk santai di samping Ruang UKS dengan ditemani es teh manis dan somay yang dibawa dari kantin. Vino tidak pernah tertinggal di sisinya dengan menu makanan yang sama pula sambil melihat lapangan yang becek dengan Murid IPS melanjutkan bermain basket setelah jam olahraganya selesai.

-Ru! Lihat kan Diana kalau lagi giring bola basket kaya gimana,- seru Vino melihat Diana di lapangan sedang bermain basket.

-Yaaa... begitu,- potong Haru simpel sambil mengunyah somay.

-Coba kalau loe deketin dia, pasti gue yakin satu sekolah langsung melirik loe siapa-

-Yaelah, kalau gue mau cari ketenaran dari dulu gue udah terkenal Vin!- jawabnya santai sambil melihat murid yang sedang bermain basket.

-Gue kadang suka berfikir negatif, sebenarnya loe normal apa kaga sih Ru!- lihat Vino tajam mengarah Haru di sampingnya.

-Hai para pahlawan bahasa!- Viola datang dengan wajah cerianya.

-Vio, gue mau tanya deh- tanya Vino menoleh ke arah Viola yang mulai mendatangi mereka berdua.

-Ada apa?- tanya Viola dengan wajah serius, -Kok muka loe serius banget Vin, kalian lagi ada masalah?- tanya Viola mulai duduk di samping Haru sambil menundukan kepala mengarah Vino.

-Nanti loe ikut gue ke toko buku ya,- Haru meminta Viola sambil melirik.

-Kapan?-

-Sepulang sekolah, atau maleman?- lanjut Haru melirik Viola. –Mau gak? Kalau enggak gapapa kok, biasa sendiri juga gue.-

-Mau! Tapi setelah loe cari buku gue mau makan, belanjar, sama main game!- seru Viola bersemangat sambil menatap Haru ceria.

Vino memperhatikan mereka dengan wajah curiga menyimpan banyak pertanyaan. Berlalu lupa setelah mendengar suara teriakan dari murid yang olahraga memasukan bola basket ke dalam ring.

Sesekali Diana melihat Haru dan yang lainnya sedang asik mengobrol sambil melihat permainan basket dari belakang ring basket. Pikirannya mulai tidak karuan saat ia terus-terusan melihat Haru yang bersikap biasa saja dengan Viola.

-Gue udahan dulu lah,- Diana pergi meninggalkan lapangan sambil membawa-bawa haduk yang ada di samping ring.

-Yaudah, bubar bubar!- salah satu teman Diana yang memegang bola sambil berjalan di samping Diana.

-Tumben lu duluan yang ngajakin udahan?-

-Iya gue lagi haus banget, kantin yuk!- seru Diana melewati Haru dan yang lain sambil mengelapi keringat.

Mereka hanya melihati Diana melewatinya dengan wajah datar sambil terdiam dengan mata yang masih terfokus ke Diana. Berlalu Haru memainkan ponselnya dengan membuka permainan. Vino terdiam membatu sesaat Diana melewatinya, berlalu menggelengkan kepala sambil menepuk pipi.

 Vino terdiam membatu sesaat Diana melewatinya, berlalu menggelengkan kepala sambil menepuk pipi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ResahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang